Robinson Simanungkalit
Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

BERTEOLOGI DENGAN SUARA HATI (SUATU PENDEKATAN PASTORAL BAGI PENCANDU NARKOBA) Robinson Simanungkalit
Jurnal Christian Humaniora Vol 3, No 2 (2019): November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46965/jch.v3i2.126

Abstract

Abstrak: Peran gereja yang menggarami dan menerangi masyarakat  seharusnya menempatkan  gereja sebagai kelompok terdepan dalam tugas pastoral sosialnya. Gereja sebagai institusi keagamaan dan institusi sosial tentu diharapkan sumbangsihnya  terhadap  persoalan-persoalan  sosial  masyarakat. Kesalehan religius seharusnya bergandegan dengan kesalehan sosial. Kesalehan religius dan kesalehan sosial tidak bisa dilepaskan dari peranan suara hati gereja sebagai komunitas religius terhadap persoalan-persoalan yang terkait dengan eksistensi suara hati pada komunitas yang lain.BAHASA INDONESIA ABSTRACT: The role of the church as to be salt and light in society are supposed to place herself as the foremost assembly in her pastoral duty. Church as the religious and social institution is highly expected to contribute to all the issues emerged in society. Her religious piety should be in line with her social dovoutness. These two virtues are unattached from the church’s conscience roel as a religios community towards the problems associated with the exixtence of the conscience of other communities.Kata Kunci: Suara hati, Pecandu Narkoba, Pelayanan Pastoral, Relevan, Kontekstual
Pendampingan Pastoral Dengan Paradigma Spiritual Care Pada Pernikahan Beda Agama Robinson Simanungkalit
Jurnal Teologi Cultivation Vol 4, No 2 (2020): Desember
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46965/jtc.v4i2.318

Abstract

AbstrakPernikahan beda agama adalah sebuah fenomena dan realita yang tidak bisa dihindari. Fenomena ini telah menimbulkan berbagai reaksi bahkan kontroversi dari berbagai kalangan. Apologetika Teologipun berkembang untuk merespons fenomena ini. Terlepas dari kontroversi dan apologetika yang berkembang, isu ini telah menjadi sebuah konteks berteologi khususnya dalam perspektif Teologi pastoral yang kontekstual dan kontemporer. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif melalui studi literatur. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk melihat bagaimana pendampingan pastoral dengan paradigma spiritual care yang menekankan prinsip person centered dihubungkan dengan fungsi-fungsi pendampingan pastoral.AbstractDifferent religion marriage is quite a phenomenon and an unavoidable a reality. This phenomenon has provoked various reactions and even controversies from various circles. Theological apology has also evolved to respond to this phenomenon. Despite the growing controversy and apologetics, this issue has become a theological context especially in the contextual and contemporary perspective of pastoral theology. The research method used in this study is a descriptive qualitative research method through literature studies. The purpose of writing this article is to see how pastoral ministry with a spiritual care paradigm that emphasizes the principle of person centered is associated with pastoral care functions.Kata kunci: Pendampingan pastoral, paradigma spiritual care, pernikahan beda agama
PERAN PASTORAL RAJA BIUS PADA KONFLIK SIGAPITON (MENILIK UPAYA BERTEOLOGI PASTORAL KOMUNAL KONTEKSTUAL DI SIGAPITON) Robinson Simanungkalit
Jurnal Teologi Cultivation Vol 3, No 2 (2019): Desember
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46965/jtc.v3i2.273

Abstract

AbstractThe theological paradigm is dynamic and that is the way it supposed to be. The theology we build must be contextual and transformative. By establishing such understanding, theological efforts can be done through every life event and can be used as a reflection of our theology. The conflict at Sigapiton has become a momentum for churches to have theology. The role of society and the ruler, raja bius, of Sigapiton must be seen critically as a theological effort by the community of the church’s congregations which have the dimension of communal and contextual pastoral care.Kata Kunci : Raja Bius, Konflik, Sigapiton, Paradigma, Teologi Pastoral, Komunal, Kontekstual.
Kearifan Lokal Masyarakat Tapanuli Utara sebagai Wahana dalam Membangun Toleransi Umat Beragama Oloria Malau; Ratna Saragih; Rencan Carisma Marbun; Robinson Simanungkalit; Melinda Siahaan
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 1 (2021): APRIL 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i1.20

Abstract

The Batak ethnic community consisting of the Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak and Mandailing communities are North Tapanuli people who adhere to Christianity, Catholicism and Islam. The North Tapanuli people inhabit the Tarutung sub-district, Sipoholon sub-district, Siborong-borong district, Pahae Julu district. , Pahae Jae District, Sipahutar District, Pangaribuan District and Garoga District. . With a pluralistic community background consisting of various religions, the people of North Tapanuli can maintain tolerance between religious believers. It is proven that until now there has not been any conflict between religious groups. The purpose of this research is to examine how the North Tapanuli community builds tolerance between religious believers. In addition, what potential does North Tapanuli have that are used in building tolerance. This research uses qualitative research with a phenomenological approach by conducting observations and interviews and literature study is used in this study. The results of this study indicate that Dalihan Na Tolu as the Kinship System of the Batak community is the local wisdom of the North Tapanuli community. This kinship concerns kinship ties with blood ties (one offspring) and marital ties. Local keariophan has the potential to build tolerance between people. This study concludes that the people of North Tapanuli can build tolerance between religious believers because their local wisdom lives and develops in that community and is hereditary.AbstrakMasyarakat Batak di Tapanuli Utara meliputi Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak dan Mandailing yang menganut agama Kristen, Katolik dan Islam. MasyarakatTapanuli Utara mendiami wilayah kecamatan Tarutung, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Siborong-borong, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pahae Jae, KecamatanSipahutar, Kecamatan Pangaribuan dan Kecamatan Garoga. Dengan latar belakang masyarakat majemuk agama, masyarakat Tapanuli Utara dapat memelihara toleransi antarumat beragama.Terbukti sampai saat ini belum ditemui konflik antaruamat beragama. Tujuan penelitian  untuk mengkaji bagaimana masyarakat Tapanuli Utara membangun toleransi antarumat beragama. Selain itu, potensi apa yang dimiliki Tapanuli Utara yang digunakan dalam membangun toleransi. Penelitian ini mengunakan penelitian kualititatif dengan pendekatan fenomenologi dengan melakukan observasi dan wawancara serta studi pustaka. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Dalihan na Tolu sebagai sistem kekerabatan masyarakat Batak merupakan kearifan lokal masyarakat Tapanuli Utara. Kekerabatan ini menyangkut hubungan kekeluargaan beradasrakan ikatan darah (satu keturunan) dan ikatan perkawinan. Kearifan lokal memiliki potensi dalam membangun toleransi antarumat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat Tapanuli Utara dapat membangun toleransi antarumat beragama dikarenakan kearifan lokal yang dimiliki mereka hidup dan berkembang di masyarakat tesebut dan secara turun-menurun. 
Pastoral Indigeneous Dalam Sistem Kekerabatan Dalihan Natolu (Sebuah Pendekatan Pastoral Kepribumian Dalam Budaya Batak) Robinson Simanungkalit
Jurnal Euangelion Vol. 1 No. 1 (2021): APRIL
Publisher : Institut Agama kristen Negeri Tarutung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.229 KB)

Abstract

Pastoral indegenous merupakan sebuah upaya berTeologi pastoral dalam pertemuan antara Teologi dan kebudayaan. Salah satunya adalah sistem kekerabatan Dalihan Natolu kebudayaan Batak. Pastoral indegenous berakar dan lahir dari kearifan lokal yang dirancang bagi masyarakat dan sosial budaya suatu komunitas masyarakat yang memiliki sistem nilai-nilai, makna, dan keyakinan serta falsafah. Nilai-nilai dan falsafah hidup tersebut dapat diasimilasi dan diintegrasikan untuk membangun suatu pendekatan pastoral yang kontekstual. Pastoral indigeneous menggabungkan dan menyesuaikan pendekatan tradisional yang telah ada, dengan memasukkan materi budaya dan agama. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif melalui studi literatur. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk melihat bagaimana pastoral indigeneous dalam sistem kekerabatan Dalihan Natolu sebagai bentuk kearifan lokal warisan leluhur Batak yang merepresentasikan fungsi-fungsi pendampingan pastoral.