Guntur adhi Rahmawan
Ministry of marine affairs and fisheries

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Ekowisata Terintegrasi Situs Kapal Tenggelam di Tidore Kepulauan, Maluku Utara Guntur Adhi Rahmawan; Nia Naelul Hasanah Ridwan; Ulung Jantama Wisha; Ilham Ilham; Wisnu Arya Gemilang; Fitria Wahyu Andriani; Agus Sudaryadi; Irwansyah Irwansyah
Jurnal Kelautan Nasional Vol 16, No 3 (2021): DESEMBER
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1068.523 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v16i3.10189

Abstract

Kota Tidore Kepulauan mempunyai sejarah penting dibuktikan dengan adanya peninggalan historis dan arkeologis di darat maupun di bawah air. Ekowisata terintegrasi situs kapal tenggelam dapat dikembangkan dengan konsep wisata sejarah maritim dan arkelogi bawah air yang bertanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan perairan, memperhatikan keutuhan budaya setempat, dan memberi manfaat secara ekonomi sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keberadaan situs kapal tenggelam beserta Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) yang dikandungnya, inventarisasi tempat bersejarah di Tidore, serta menilai kesesuaian lingkungan perairan untuk pengembangan ekowisata terintegrasi situs kapal tenggelam di Tidore. Survei arkeologi maritim dilakukan melalui penyelaman SCUBA untuk observasi situs dan mencari BMKT, pemetaan batimetri, dan observasi biota laut. Analisis artefaktual dilakukan untuk mengetahui jenis, umur, tempat asal artefak, dan konteks sejarah maritim. Analisis spasial untuk melihat posisi keletakan situs bawah air di antara tempat bersejarah dilakukan untuk pengembangan Heritage-Trail. Penilaian kualitas air disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lampiran VIII. Berdasarkan hasil survei, ditemukan 2 (dua) situs bawah air yaitu Soasio di kedalaman 10-20m dan Tongowai di kedalaman 38-42m dengan temuan artefak keramik China masa Dinasti Ming abad 16 Masehi, guci gerabah yang diduga produksi Singburi, Thailand, dan meriam Portugis produksi Macao. Nilai parameter kualitas perairan situs sesuai dengan standar baku mutu perairan untuk wisata bahari dan biota laut. Temuan situs dan BMKT di Soasio dan Tongowai memperkuat bukti pentingnya Tidore di Jalur Rempah dan Sutra Laut dan dapat dimanfaatkan untuk ekowisata sejarah situs kapal tenggelam yang terintegrasi dengan lingkungan perairannya dan juga dengan destinasi wisata sejarah lainnya di Tidore Kepulauan.
Estimation of Sediment Distribution Based on Bathymetry Alteration (2014-2016) in the Inner Bay of Ambon, Maluku, Indonesia Guntur Adhi Rahmawan; Wisnu Arya Gemilang; Ulung Jantama Wisha; Ruzana Dhiauddin; Koko Ondara
Jurnal Segara Vol 15, No 2 (2019): Agustus
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1370.579 KB) | DOI: 10.15578/segara.v15i2.6956

Abstract

The development of Ambon city is centered around Ambon Bay. As the major area of marine and social activities, changes occurred directly affect to seawater degradation. Sedimentation is the main issue that has been occurring. Marine ecosystem can be potentially hampered by the high rate of sedimentation in the Inner Bay of Ambon (TAD). This study aimed to determine the distribution of sediment volume within the bay. Bathymetry of TAD was surveyed using transducer (Echosounder Echo track CVM Teledyne Odom Hydrographic Single Beam), which the depth of certain position was connected to GPS to record all the position data accurately. The field data are then analyzed spatially modelled in the form of 2D and 3D maps, overlaid with the past bathymetry data to calculate the bathymetry alteration and sediment volume estimation during 2014-2016. The depth of TAD in 2014 ranged between 0 - -42 meters, while, in 2016 the water depth slightly changed to 0 – -44 meters. The reduction of the water depth is observed in the 25 – 125 m from shoreline, where the bed thickness changes observed ranging from 0.1 - 1.4 m. Total volume of sediment augmentation reaches 13,236,182 m3 that covers about 67.67 Ha. Tidal current, that ranged averagely from 0-1.2 m/s, has a tremendous influence on sediment transport in TAD. The bay mouth, that is a semi-enclosed enclosed area, triggers sediment accumulation due to the weak tidal current transport. If ongoing, these conditions may endanger the environment and biota survival ability.
Pemetaan Morfologi Dasar Perairan dan Pola Arus Pasang Surut di Teluk Bungus, Kota Padang Guntur adhi rahmawan; Ulung Jantama Wisha
Jurnal Segara Vol 16, No 3 (2020): Desember
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1075.026 KB) | DOI: 10.15578/segara.v16i3.9052

Abstract

Teluk bungus merupakan kawasan teluk yang ada di kawasan pesisir kota Sumatra Barat. Banyak aktifitas kepelabuhanan dan perikanan pada kawasan tersebut seperti pelabuhan penyeberangan, bongkar muat ikan tuna, kapal batubara untuk PLTU, serta beberapa kegiatan pariwisata. Kegiatan tersebut menyebabkan degradasi lingkungan perairan kawasan pesisir, meningkatkan pemanfaatan lahan, menimbulkan berbagai kerusakan ekosistem dan sedimentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola arus dan morfologi  dasar perairan Teluk Bungus. Survei lapangan dilakukan dengan menggunakan alat echosunder single beam dual frequency untuk merekan data batimetri dan pemodelan arus. Kedalaman perairan teluk bungus berkisar antara 0- 28 meter dan termasuk dalam kategori perairan dangkal. Perbedaan morfologi antara channel 1 maupun channel 2 berkisar antara 0,3 sd 1,5 meter tersebar di beberapa titik lokasi. Saat pasang purnama kecepatan arus berkisar antara 0 – 2,15 m/s dengan arah dominan menuju daratan, pada kondisi surut purnama kecepatan arus berkisar antara 0-2,11 m/s. Kecepatan arus saat pasang perbani berkisar antara 0-2 m/s. Pada saat surut perbani kecepatan arus menjadi sangat rendah berkisar 0-0,56 m/s dengan arah dominan menuju barat daya. Karakteristik arus yang lemah saat kondisi perbani cenderung memicu sedimentasi di dalam teluk. Gerakan bolak-balik dari arus pasang surut semidiurnal memiliki peran dalam peningkatan sedimentasi pada beberapa area di dalam teluk.