Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Kebudayaan Pesisir dalam Antologi Cerpen Ziarah Bagi yang Hidup : Kajian Antropologi Sastra I Nyoman Suaka
WACANA : MAJALAH ILMIAH TENTANG BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA Vol 19 No 1 (2019): WACANA SARASWATI
Publisher : FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI IKIP SARASWATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.948 KB) | DOI: 10.46444/wacanasaraswati.v19i1.37

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan kebudayaaan pesisir melalui analisis antologi cerpen yang berjudul Ziarah Bagi yang Hidup karya Raudal Tanjung Banua. Permasalahanya adalah, budaya pesisir belum banyak terungkap padahal memiliki kekhasan budaya tersendiri dari segi sosial, individual, lingkungan dan kehidupan. Teori yang digunakan adalah teori antropologi sastra dengan analisis bersifat hermeutika untuk mengungkapkan makna dibalik teks. Hasil kajian menunjukkan bahwa kebudayaan pesisir penuh dinamika dan memiliki pesona. Dinamika kebudayaan pesisir adalah seorang pelaut yang telah pergi melebihi hitungan jari (lebih dari sepuluh hari), maka ia akan ditempatkan pada kata ketiadaan (pasrah karena keceakaan di laut). Lautan menurut adat para pelaut atau nelayan dan masyarakat pesisir penuh dengan kemungkinan. Mungkin tenggelam, terdampar atau memilih tempat tinggal baru. Bisa saja pelaut digulung atau dibuuh oleh komplotannya atau pembajak laut. Kebudayaan yang sangat kuat ini sangat disadari istri pelaut, anak dan sanak keluarganya. Hal ini sangat bertentangan dengan adat dan budaya masyarakat di daratan.
Literasi Media Kritis dalam Adaptasi Novel Salah Asuhan ke Sinetron dan Film I Nyoman Suaka
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 2 (2020): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v35i2.972

Abstract

Tujuan artikel ini untuk mengetahui hasil adaptasi dari teks novel Salah Asuhan ke film dan sinetron. Masalahnya adalah sejauh mana perubahan teks tersebut dan faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadi perubahan?. Masalah tersebut akan dikaji dari teori literasi media kritis dari Devito (2008), sebab peran media dan aktor-aktor media sangat menentukan keberhasilan sebuah program acara. Objek Penelitian adalah novel Salah Asuhan (2008) karya Abdul Muis, film Salah Asuhan (1972), sutradara Asrul Sani dan sinteron Salah Asuhan (1994), sutradara Ami Priyono. Data-data dalam film dan sinetron diperoleh melalui VCD Salah Asuhan. Data-data dikumpulkan dengan teknik catat dan audio visual. Berdasarkan analisis data, maka temuan penelitian adalah, film Salah Asuhan sutradara Asrul Sani merupakan adaptasi murni dari novelnya, sedangkan sinetron Salah Asuhan merupakan adaptasi bebas dari sutradara Ami Priyono. Sinetron tersebut berhasil menggali ide atau gagasan asli pengarang Abdul Muis. Teks novel Salah Asuhan yang beredar di pasaran merupakan karya yang sudah disensor oleh redaksi Volkslectuur, sebuah penerbitan di bawah pemerintah kolonial Belanda. Dengan demikian, melalui literasi media kritis dapat menempatkan teks Salah Asuhan dengan variasi masing-masing sesuai konteks zamannya.
UNSUR INTRINSIK ROMAN SALAH ASUHAN KARYA ABDOEL MOEIS Nurhidayah Nurhidayah; Ni Nyoman Karmini; I Nyoman Suaka
Suluh Pendidikan Vol 16 No 1 (2018)
Publisher : IKIP SARASWATI TABANAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.438 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan unsur intrinsik yang terkandung dalam roman Salah Asuhan karya Abdoel Moeis. Objek penelitian ini berupa karya sastra. Karena itu, penelitian ini merupakan penelitian sastra atau disebut juga penelitian kualitatif. Data penelitian dikumpulkan dengan metode observasi dan metode dokumentasi dengan teknik catat. Selanjutnya, data dianalisis dengan metode hermeneutika atau metode verstehen. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif dengan teknik induktif dan deduktif.
Kebudayaan Pesisir dalam Antologi Cerpen Ziarah Bagi yang Hidup : Kajian Antropologi Sastra I Nyoman Suaka
Wacana Saraswati Majalah Ilmiah Tentang Bahasa Sastra Dan Pembelajarannya Vol 19 No 1 (2019): WACANA SARASWATI
Publisher : FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI IKIP SARASWATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.948 KB) | DOI: 10.46444/wacanasaraswati.v19i1.37

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan kebudayaaan pesisir melalui analisis antologi cerpen yang berjudul Ziarah Bagi yang Hidup karya Raudal Tanjung Banua. Permasalahanya adalah, budaya pesisir belum banyak terungkap padahal memiliki kekhasan budaya tersendiri dari segi sosial, individual, lingkungan dan kehidupan. Teori yang digunakan adalah teori antropologi sastra dengan analisis bersifat hermeutika untuk mengungkapkan makna dibalik teks. Hasil kajian menunjukkan bahwa kebudayaan pesisir penuh dinamika dan memiliki pesona. Dinamika kebudayaan pesisir adalah seorang pelaut yang telah pergi melebihi hitungan jari (lebih dari sepuluh hari), maka ia akan ditempatkan pada kata ketiadaan (pasrah karena keceakaan di laut). Lautan menurut adat para pelaut atau nelayan dan masyarakat pesisir penuh dengan kemungkinan. Mungkin tenggelam, terdampar atau memilih tempat tinggal baru. Bisa saja pelaut digulung atau dibuuh oleh komplotannya atau pembajak laut. Kebudayaan yang sangat kuat ini sangat disadari istri pelaut, anak dan sanak keluarganya. Hal ini sangat bertentangan dengan adat dan budaya masyarakat di daratan.
Puppet Show as Popular Culture in Bali: The Revitalization of Puppet Performing Arts through the Rhetoric Originality of Wayang Cenk Blonk I Nyoman Suaka; I Made Budiasa
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol 14 No 1 (2024): ARTICULATING IDENTITY
Publisher : Pusat Kajian Bali Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JKB.2024.v14.i01.p03

Abstract

The contemporary history of Balinese performing arts is characterized by the inception of the renowned puppeteer Wayan Nardayana’s monumental puppet show, popularly known as puppet or wayang Cenk Blonk, derived from the name of their punakawan characters (servants to the main hero) who are comical, intelligent, critical, and possessed of a broad range of social knowledge. The emergence of the Cenk Blonk puppeteer since the early 1990s has led to a significant expansion of the wayang performance in Bali, from rural older adult to urban youth audiences. This article examines the popularity of puppeteer Nardayana, focusing on his ability to incorporate rhetoric into his performances. The data was taken from the dialogue texts of his performances and examined with rhetoric theory. The study demonstrates that puppeteer Nardayana’s popularity is attributed to his ability to present stories in a refreshing, original, critical, and entertaining style without sacrificing the traditional puppetry principles. This study contributes to appreciating the revitalization of traditional art in a globalized era.