Sel punca mesenkimal (SPM) telah banyak digunakan dalam uji klinis maupun pre klinis dan menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan sebagai alternatif terapi pengobatan penyakit degeneratif. Efektivitas terapi SPM bukan hanya dipengaruhi oleh sel yang ditransplantasikan, tetapi juga oleh efek parakrin SPM melalui sekresi molekul sinyaling berupa protein baik secara in vivo maupun in vitro. Efek parakrin terjadi saat sel menerima signal kerusakan, yang secara in vitro dapat dikondisikan dengan pengaturan lingkungan hipoksia bagi pertumbuhan sel. Penelitian ini membandingkan total protein yang dihasilkan oleh SPM dari dua macam sumber, yaitu jaringan tali pusat dan lemak, yang dikultur dalam kondisi hipoksia dan normoksia selama 24 dan 48 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa protein yang dihasilkan oleh SPM dari jaringan lemak menghasilkan protein dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan SPM dari tali pusat. Sedangkan jika dilihat dari parameter waktu perlakuan, protein yang dihasilkan setelah perlakuan 48 jam lebih banyak dibandingkan protein yang dihasilkan oleh perlakuan selama 24 jam.