Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Penerapan Irigasi Tetes Untuk Peningkatan Produksi Tanaman Apel dan Strawberi di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan Ahmad Munir; Sitti Nur Faridah; Suhardi Suhardi; Haerani Haerani; Mursalim Mursalim; Junaedi Muhidong; Supratomo Supratomo; J Astuti
Abdi Techno Jurnal AbdiTechno, Vol. 1, Nomor 1, Januari 2021
Publisher : Departemen Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.464 KB) | DOI: 10.20956/abditechno.v1i1.111

Abstract

Microdripper irigasi tetes yang telah dikembangkan, digunakan untuk mengatasi defisit kelengasan tanah. pada tanaman strawberry dan apel di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Metoda pendekatan yang digunakan adalah pada tahap pertama diimplementasikan dengan pembuatan plot percontohan, scale up penerapan 0.25 ha dan tahap selanjutnya adalah sekolah lapang tentang pembuatan dan penerapan irigasi tetes. Dari hasil observasi, diperoleh gambaran bahwa pada umummnya petani berpendapat bahwa teknologi yang diintroduksikan ‘mudah’ diterapkan (80 persen berpendapat mudah diterapkan), teknologi yang diintroduksikan ‘siap’ diterapkan (80 persen berpendapat siap diterapkan), pada umummnya petani mengharapkan agar teknologi yang diintroduksikan dapat meningkatkan produksi usaha taninya (60 persen berpendapat agar usaha yang dikembangkan dapat meningkat produksinya setelah teknologi ini diterapkan)
Mempelajari Sifat Fisik Beras Varietas Padi Cigeulis Dan Inpari – 4 Pada Penggilingan Padi Mobile Hastang Hastang; Mursalim Mursalim; Junaedi Muhidong
Jurnal Agritechno Jurnal Agritechno Vol. 10, Nomor 1, April 2017
Publisher : Depertemen Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (799.095 KB) | DOI: 10.20956/at.v10i1.51

Abstract

Penggilingan padi mempunyai peranan yang penting dalam mengkonversi padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan. Dalam kaitan dengan proses penggilingan padi, karakteristik fisik padi sangat perlu diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan dimensi (panjang, lebar, tebal) dan perubahan berat dari gabah menjadi beras utuh, selama proses penggilingan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2015 di Laboratorium Program Studi Keteknikan Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan melakukan pengamatan dan pengukuran pada masing – masing varietas padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa rata – rata perubahan dimensi dari masing – masing varietas meliputi panjang, tebal, dan tinggi dari gabah menjadi beras utuh selama proses penggilingan varietas Cigeulis yaitu 9,722 %, 6,778 %, dan 30,29 %. Sedangkan varietas Inpari-4 yaitu 9,845 %, 6,730 % dan 31,66 %. Sedangkan persentase berat beras utuh, patah dan menir dengan rata- rata persentase yaitu Beras Utuh 40,42%, BP 34,42% dan BM 25,14%. Sedangkan varietas Inpari-4 memiliki rata – rata yaitu BU 39,26 %, 34,88%, 25,84%.
Karakteristik Penurunan Kadar Air dan Perubahan Volume Bengkoang (Pachyrizus erosus) Selama Pengeringan Rizka Amaliah; Junaedi Muhidong; Muhammad Tahir Sapsal
Jurnal Agritechno Jurnal Agritechno Vol. 10, Nomor 1, April 2017
Publisher : Depertemen Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (953.775 KB) | DOI: 10.20956/at.v10i1.57

Abstract

Pola penurunan kadar air pada pengeringan bengkoang (Pachyrhizus erosus) terjadi akibat perbedaan suhu serta bentuk bahan. Penelitian karakteristik penurunan kadar air dan perubahan volume selama pengeringan menggunakan bahan utama berupa bengkoang (Pachyrhizus erosus). Proses pengeringan bahan menggunakan alat pengering tipe batch dryer, bengkoang dikeringkan dengan menggunakan variasi suhu yaitu 400C, 500C, 600C serta bentuk yaitu bentuk bulat dan kotak. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu, maka akan semakin cepat laju pengeringan baik bahan dengan bentuk bulat ataupun kotak. Sampel dengan suhu 600C (baik bentuk bulat maupun kotak) membutuhkan waktu yang lebih singkat (waktu pengeringan 8 jam) untuk mencapai kadar air kesetimbangan dibandingkan dengan sampel yangmenggunakan suhu 400C ataupun 500C. Penelitian ini menggunakan 6 model pengeringan untuk mendeteksi perilaku MR. Enam model yang dimaksud adalah model Newton, model Henderson dan Pabis, model Page, model Modified Page, model hii et all dan model Two Term. Persamaan model Hii et al untuk 3 tingkatan suhu dan dua bentuk sampel yang berbeda menunjukkan nilai R2 yang lebih besar dibandingkan dengan 5 persamaan model lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa model Hii et al adalah model terbaik untuk merepresentasikan laju pengeringan dari bengkoang karena memiliki nilai kesesuaian yang besar terhadap karakteristik pengeringan pengeringan bengkoang.
Penentuan Jumlah Butir Gabah dengan Computer Vision Andi Muhammad Tamrin; Junaedi Muhidong; Muhammad Tahir Sapsal
Jurnal Agritechno Jurnal Agritechno Vol. 10, Nomor 2, Oktober 2017
Publisher : Depertemen Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (821.337 KB) | DOI: 10.20956/at.v10i2.61

Abstract

Perkiraan produksi padi, salah satunya dapat dilakukan dengan menghitung jumlah butir padi atau gabah yang dihasilkan. Metode perkiran ini digunakan dalam berbagai penelitian yang berhubungan dengan peningkatan produksi padi, seperti pengaruh pemberian pupuk, perlakuan metode tanam dan lainnya. Menghitung jumlah butir padi tentu saja membutuhkan waktu, ketekunan dan ketelitian. Untuk itu diperlukan sebuah metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah gabah yang dihasilkan dengan cepat dan akurat. Salah satunya dengan Computer Vision.Penelitian ini menggunakan Raspberry Pi tipe B yang dilengkapi dengan kamera 5 MP. Proses pengolahan citra meliputi penentuan Region of Interest (ROI) dan proses deteksi menggunakan ContourFinding. Tingkat akurasi dari hasil deteksi yaitu 99%. Posisi benih yang terdeteksi dengan tepat yaitu posisi benih yang terpisah dengan benih lain lebih dari 1 mm dan posisi benih yang berpeluang tidak terdeteksi dengan tepat yaitu posisi berhimpit dan bertumpuk serta tingkat kesalahan (error rate) pada proses pengujian yaitu pada benih berhimpit sebesar (0,23), pada benih bertumpuk sebesar (0,09) dan benih terpisah sebesar (0,01) serta tingkat kesalahan dalam proses perhitungan sebesar (0,03). Adapun ukuran gambar yang sesuai untuk proses pengolahan citra yaitu ukuran dengan Resize 75% (3,75 MP) dengan kecepatan deteksi 1.34 detik.
PROFIL SIFAT FISIK BUAH TERUNG BELANDA (Cyphomandra betacea) Fani Lande Pakiding; Junaedi Muhidong; Olly Sanny Hutabarat
Jurnal Agritechno Jurnal Agritechno Vol. 8, Nomor 2, Oktober 2015
Publisher : Depertemen Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (957.488 KB) | DOI: 10.20956/at.v8i2.78

Abstract

Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk komoditi hortikultura unggulan dan hanya tumbuh di daerah dataran tinggi sehingga penanganan pasca panen yang tepat sangat dibutuhkan agar tidak merusak kualitas buah. Terung belanda sering mengalami kerusakan karena beberapa faktor yaitu faktor fisiologis, mekanis, hama dan penyakit. Buah matang yang sudah dipetik dan disimpan pada suhu kamar hanya dapat bertahan lima sampai enam hari dan setelah itu kulit buah akan memar kemudian membusuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisik meliputi distribusi berat dan volume dan tingkat kekerasan bahan, rolling angle serta perubahan warna dengan waktu penyimpanan selama 7 hari pada suhu 290C dan suhu 90C sehingga dapat menjadi acuan dan referensi dasar untuk industri pengolahan terung belanda. Hasil penelitian menunjukkan distribusi berat maupun volume terung belanda mendekati pola distribusi normal. Pengujian tingkat kekerasan tidak terlalu berpengaruh terhadap volume dan berat karena tidak memiliki suatu pola yang saling berhubungan, begitupula pada pengujian rollig angle terhadap volume dan berat pada terung belanda. Pada proses pengamatan warna selama 7 hari dengan menggunakan photoshop dan munsell pada suhu 290C maupun suhu 90C menunjukkan perubahan dari warna kuning kemerahan menjadi merah tua, namun buah yang disimpan pada suhu 290C mengalami kerusakan pada penyimpanan hari ke empat dimana terjadi pengerutan sedangkan buah yang disimpan pada suhu dingin tidak mengalami perubahan fisik.
Pola Perubahan Dimensi Biji Kopi Arabika (Coffea arabica) Selama Proses Pengeringan Sari Ramadhani; Junaedi Muhidong; Mursalim Mursalim
Jurnal Agritechno Jurnal AgriTechno Vol. 12, Nomor 1, April 2019
Publisher : Depertemen Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (760.711 KB) | DOI: 10.20956/at.v12i1.194

Abstract

Kopi arabika (Coffea arabica) merupakan tipe kopi tradisional dengan cita rasa terbaik. Biji kopi yang dihasilkan berwarna hijau hingga merah gelap. Kopi ini berasal dari Etiopia dan sekarang telah dibudidayakan di berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India dan Indonesia. Secara umum, kopi ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 700-1.700 m dpl, suhu tumbuh optimalnya adalah 16-200C. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan dimensi biji kopi selama proses pengeringan akibat adanya perubahan kadar air untuk dijadikan sebagai bahan informasi bagi petani kopi dan industri pengolahan biji kopi serta desain mesin pascapanen kopi. Penelitian ini menggunakan biji kopi yang diperoleh dari desa Kalimbua, kecamatan Baroko, kabupaten Enrekang. Parameter yang diamati adalah perubahan panjang, lebar dan tebal yang digunakan untuk menghitung diameter geometri, berat biji kopi dan kadar air. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan alat pengering tray dryer dengan variasi suhu (500C dan 600C) dan kecepatan udara 1,0 m/s. Pengukuran dimensi dan berat dilakukan pada 0 jam sampai dengan 12 jam. Penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan dimensi (panjang, lebar dan tebal) biji kopi arabika sejalan dengan bertambahnya waktu pengeringan dan penurunan kadar air bahan. Pola penurunan dimensi ini seiring dengan lama pengeringan dan perubahan kadar air mengikuti pola logarithmic dengan nilai R2 lebih besar dari 0,90. Pola penurunan diameter geometri pada saat kadar air basis kering menurun mengikuti pola logarithmic.