Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

TRANSFORMASI NILAI PENDIDIKAN KEBERAGAMAAN PADA GENERASI MILENIAL Jamal Ghofir; Hibrul Umam
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam Vol 14 No 1 (2020): Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi PAI, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51675/jt.v14i1.74

Abstract

Keragaman dalam keberagamaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam konteks berbangsa dan bernegara. Keragaman yang hadir di sisi kehidupan sosial penting untuk dijaga. Terutama dalam hal memahami keragaman dalam generasi milenial. Generasi muda ini akan menjadi ujung tombak estafet kepemimpinan dalam mengawal peradaban di Nusantara ini. Oleh karena itu transformasi nilai pendidikan agama pada generasi melenial adalah suatu keharusan. Mahasiswa, Pelajar, Santri merupakan bagian dari komunitas kaum muda tersebut yang merupakan kelompok strategis perubah peradaban serta potensial sebagai pengemban misi profetis di masa yang akan datang, perlu kita perhatikan dengan seksama. Mereka jumlahnya sedikit akan tetapi sejarah telah mencatat bahwa perubahan yang ada di negeri ini dan dunia, berawal dari keberanian diri mereka untuk menghadapi tantangan dan kecerdasan intelektual mereka yang mendorong terwujudnya konsolidasi gerakan di manapun berada. Sebenarnya dalam perspektif dimensi agama, semua ajaran agama mengandung klaim kebenaran yang bersifat universal. Namun pada realitanya hal ini memungkinkan terjadi ambiguitas dalam interpretasi menurut tingkat pemahaman, penghayatan, dan moralitas-spiritualitas penganutnya, sehingga memunculkan potensi konflik antar umat beragama.
Nilai Dakwah dalam Kebudayaan Wayang: Pemaknaan atas Cerita Dewa Ruci Jamal Ghofir
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 14, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1939.973 KB) | DOI: 10.14421/jd.2013.14205

Abstract

Bagi orang Jawa keberadaan Wayang tidak sekedar sebagai penghibur akan tetapi wayang bisa dijadikan sebagai sarana pendidikan dan dakwah. Wayang mengandung makna yang lebih dalam, karena mengungkapkan gambaran kehidupan alam semesta (wewayange urip). Wayang dapat memberikan gambaran lakon kehidupan umat manusia dengan segala masalahnya. Dalam dunia pewayangan tersimpan nilai-nilai pandangan hidup Jawa dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan kesulitan hidup.Artikel ini bertujuan untuk menganalisis nilai dakwah yang ada di dalam cerita-cerita wayang, khususnya Cerita Bimo Suci. Sebagai karya sastra simbolik, perjalanan Bimo Suci yang berada di luar teks dapat dijadikan tuntunan, sedangkan nilai moralnya meliputi syariat, tarekat, hakekat, dan ma’rifat.
RELASI BUDAYA DALAM PENYEBARAN ISLAM DI BUMI WALI TUBAN Jamal Ghofir
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam Vol 12 No 2 (2018): Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi PAI, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51675/jt.v12i2.23

Abstract

Tuban As a coastal area has become an important area for all the development of the archipelago's culture. This is partly due to the location of Tuban as a large port in the northern coastal area which is the main route for the entry of all outside cultures in the interior. So that the process of the spread of culture, especially Islam (Middle East), is in Indonesia, so the city of Tuban becomes important to study as the location of the beginning of the cultural scene.
ISLAM DAN PERUBAHAN POLITIK Jamal Ghofir
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam Vol 11 No 1 (2017): Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi PAI, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51675/jt.v9i1.29

Abstract

When the internal Muslims have not been thorough in doing the equation of perception in the interpretation of Islamic political concepts. Already faced with foreign interests and interference in the agitation and propaganda of political concepts that refer to the Western political system. It is also a very difficult challenge for Muslims to implement and apply Islamic political concepts, even within the predominantly Muslim country.
PANCASILA DAN NAHDLATUL ULAMA DALAM BINGKAI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI) Jamal Ghofir
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam Vol 11 No 2 (2017): Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi PAI, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51675/jt.v10i2.39

Abstract

NU's acceptance of Pancasila was deeply and seriously thought NU. This made NU the first community organization to complete its acceptance of Pancasila. However, it has wrongly been used as an excuse to accuse NU for being accommodative in accepting Pancasila; NU acceptance of Pancasila is not based on its accommodative attitude, for it all based in deep thought and consideration. NU decision to leave practical politics and back to become a religious organization is also not an emotional attitude. Not only that NU was the first to receive Pancasila, this organization was also take it without any doubts. While Muhamadiyah came after it. They received Pancasila after the issuance of Law Number 8 Year 1985 on social organization.
PESANTREN DALAM HIMPITAN ARUS GLOBALISASI DAN RADIKALISME AGAMA Jamal Ghofir
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam Vol 13 No 1 (2019): Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi PAI, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51675/jt.v13i1.55

Abstract

Pesantren is a stronghold of Indonesian morality. Pesantren never teach intolerance, coercion of religion, judge fellow human beings and even fellow Muslims. And pesantren never teach radical values ​​in every learning to students. He was present as part of the formation of Indonesian civilization. Therefore, the existence of pesantren becomes very important in the continued development of the values ​​of Islamic teachings which are rahmatan lil alamin and the stronghold of the strength of Indonesian morality. But lately, the existence of pesantren is confronted by various challenges of the times. The current position of globalization and the openness of democracy are part of the struggle for the challenges of the times and the seeds of religious radicalism develop behind the openness of democracy. Therefore, strengthening the existence and position of Islamic boarding schools must and always be strengthened both in the realm of the learning system and in its development. Thus, the existence of Pesantren will continue to exist as a stronghold of the strength of the morality of the Indonesian nation, which spread friendly and friendly without having to be burdened with the current of globalization and the progress of the times.
INTERNALISASI NILAI ASWAJA DALAM PENDIDIKAN BERPERADABAN DI ERA 4.0 Jamal Ghofir
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam Vol 13 No 2 (2019): Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi PAI, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51675/jt.v13i2.64

Abstract

Nahdlatul Ulama with its active role participated in the intellectual life of the nation, from the colonial era to the present, which is always consistent in the line of struggle. Nahdlatul Ulama as a religious social organization which is considered old-fashioned and narrow-minded is not an obstacle in serving and basing its life for the sake of religion and nation. History will be able to prove how Nahdlatul Ulama's intellectual role is without having to brag about modernity.
PENERAPAN PROGRAM NGAQU (NGAJI ALQURAN) BAGI WARGA LAPAS KELAS II B TUBAN UNTUK MENINGKATKAN PEACEFULNESS OF SOUL M. Fauzi; Jamal Ghofir
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam Vol 14 No 2 (2020): Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi PAI, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51675/jt.v14i2.101

Abstract

Peacefulness of soul atau ketenangan jiwa bagi warga lapas, khususnya lapas kelas II B Tuban sangatlah penting, karena keterbatasan ruang dan gerak akan sangat memungkinkan penghuninya untuk mengalami goncangan-goncangan psikologis/kejiwaan. Untuk mendapatkan ketenangan jiwa, perlu melakukan aktifitas yang dapat menenangkan jiwanya, dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt, salah satunya dengan membaca AlQuran. Di dalam lapas kelas II B Tuban sudah di bentuk sebuah lembaga TPQ yang mana semua Pengajarnya merupakan warga lapas sendiri. Namun, Kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa para Pengajar yang keseluruhan berasal dari warga lapas, dalam mengajarkan Al-Quran belum mempunyai metode khusus untuk menunjang keberhasilan kegiatan mengaji Al-Quran. Padahal kegiatan mengaji Al-Quran ini sangat penting bagi warga lapas untuk menciptakan ketenangan jiwa, maka diperlukan hal-hal yang dapat menunjang tercapainya tujuan kegiatan ini. Berangkat dari persoalan di atas, maka pendampingan program NGAQU (Ngaji Al-Quran) bagi para Pengajar TPQ di lapas kelas II B Tuban sangat relevan khususnya untuk Developing peacefulness of soul atau ketenangan jiwa bagi warga lapas kelas II B Tuban.
RELEVANSI ISLAM, BUDAYA, DAN KEARIFAN LOKAL MANGANAN LAUT PADA MASYARAKAT PALANG TUBAN TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL Jamal Ghofir; Siswoyo
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam Vol 15 No 2 (2021): Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi PAI, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51675/jt.v15i2.179

Abstract

Kehadiran Islam sebagai agama yang hadir di Bumi Nusantara menjadi perbincangan khususnya para cendekiawan. Sebagai agama baru setelah Hindu-Budha. Ia mampu menarik simpati masyarakat Nusantara untuk masuk dan mengikutinya. Keluwesan Islam dalam konteks budaya, tradisi dan kearifan lokal menjadi pertimbangan tersendiri bagi masyarakat. Islam dengan kultur budaya mampu masuk ke urat nadi bahkan jantung tradisi masyarakat Nusantara. Dengan kemajemukan masyarakat baik dari segi tradisi, budaya, etnis, bahasa, dan agama. Mampu dipertemukan dengan mengedepankan nilai-nilai tasamuh dalam keragaman. Relasi antara agama dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan. Islam yang sudah tersitem rapi pada masa rasulullah Saw di Kota Madinah menjadi pijakan kita untuk meneladinya. Sendi-sendi keragaman yang hadir pada masyarakat yang beraneka ragam agama, suku, ras, dan budaya dapat dipersatukan dalam sebuah ikatan kebersamaan yang kuat. Islam sebagai agama minoritas mampu menjadi ujung tombak terciptanya kedamaian dan keharmonisan anak bangsa. Tauladan tersebut dapat diterapkan di Bumi Nusantara yang secara kultur dan budaya sangat berbeda. Kemajemukan yang ada terkadang menjadi pemantik pertikaian antar anak bangsa. Keberadaan Islam yang mengedepankan nilai-nilai tradisi dan budaya menjadi benteng kekuatan kultur Nusantara. Kenapa demikian? Dapat dibuktikan sampai detik ini keberadaan Islam sebagai sebuah agama yang mayoritas menjadi payung keharmonisan bagi yang minoritas. Multikulturalisme yang hadir menjadi pengikat antar anak bangsa untuk saling bergandengan tangan dalam membangun dan mengembangan tradisi dan kebudayaan.
Pluralisme Budaya dalam Pendidikan Dakwah Islam Multikultural Jamal Ghofir; Khoiriyah
Busyro : Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam Vol 3 No 2 (2022): Mei : Busyro : Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam
Publisher : Prodi. Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah, Institut Pesantren Sunan Drajat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.215 KB) | DOI: 10.55352/kpi.v3i2.582

Abstract

Indonesia sebagai sebuah Negara pastilah memiliki keragaman baik pada sisi sosial, masyarakat, suku, ras, agama dan budaya. Keanekaragaman yang hadir di bumi Nusantara bukanlah hal yang aneh. Sejarah telah mencatat, pondasi peradaban sudah terbentuk dengan begitu indahnya oleh nenek moyang kita. Begitu juga halnya, ketika Islam sebagai sebuah teologi baru yang dibawa oleh para pendakwah atau yang kita kenal dengan sebutan Wali, mulai menapakkan jejak tradisi dan kebudayaan. Kehadiran teologi baru yakni Islam menambah khazanah kebudayaan yang disandingkan dengan tradisi dan kebudayaan masyarakat lokal. Pertemuan budaya inilah melahirkan nilai-nilai keadaban dalam berbagai aspek kehidupan terutama pada nilai-nilai pendidikan budaya. Warisan kebudayaan yang ditinggalkan oleh para Wali dengan mengedepankan nilai-nilai penghormatan pada perbedaan (tasammuh) menjadi inti kuatnya ikatan antar anak bangsa dalam menyikapi perbedaan. Bertemunya unsur kebudayaan lama dan kebudayaan baru yang saling mengisi, merupakan contah nyata dalam menyikapi pluralisme budaya yang hadir di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai pendidikan kebudayaan yang sudah diukir dalam catatan sejarah leluhur bangsa ini, seyogyanyalah tetap dipertahankan dan bahkan dikembangan dalam sebuah institusi pendidikan yang berorientasikan pada penyelamatan dan pengimplementasian nilai-nilai luhur keragaman budaya. Kata kunci : Islam, Pluralisme, Budaya, Dakwah, Pendidikan Abstract Indonesia as a country must have diversity in terms of social, community, ethnicity, race, religion and culture. The diversity that is present in the archipelago is not a strange thing. History has recorded, the foundation of civilization has been formed so beautifully by our ancestors. Likewise, when Islam as a new theology brought by the preachers or what we know as Wali, began to tread traces of tradition and culture. The presence of a new theology, namely Islam, adds to the cultural treasures that are juxtaposed with the traditions and culture of the local community. This cultural meeting gave birth to the values ​​of civilization in various aspects of life, especially in the values ​​of cultural education. The cultural heritage left by the Guardians by prioritizing the values ​​of respect for differences (tasammuh) is the core of the strong bond between the nation's children in responding to differences. The meeting of elements of old culture and new culture that complement each other is a real example in responding to cultural pluralism that is present in the midst of national and state life. The values ​​of cultural education that have been engraved in the historical records of this nation's ancestors should be maintained and even developed in an educational institution that is oriented towards saving and implementing the noble values ​​of cultural diversity. Keywords: Islam, Pluralism, Culture, Da'wah, Education