Mursalim Mursalim
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pilihan Hidup Tokoh Utama Zarah Amala dalam Novel "Supernova Episode: Partikel" Karya Dee Lestari: Kajian Feminisme Liberal Wahid Tawaqal; Mursalim Mursalim; Irma Surayya Hanum
Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 3 No 4 (2020)
Publisher : Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.674 KB) | DOI: 10.30872/diglosia.v3i4.165

Abstract

This research raises the topic of liberal feminism Zarah Amala, the main character in the Supernova Episode: Partikel by Dee Lestari. The purpose of this research is to describe the liberal feminist attitude of the main character and at the same time describe the impact of the life choice of the main character on the main additional character. This research is a type of library research. The discussion of liberal feminism studies uses the theory developed by Wolf (1997), namely the Feminism of Power and the theory of figures and characterizations. Zarah practices liberal feminism in the form of Power Feminism, among others: (1) observing power against women, (2) firmness in choice, (3) desire that women are not destitute, (4) tolerant, (5) women's competition, and (6) ) have strong confidence. The figures affected by the liberal feminism idea adopted by Zarah were a group of main additional figures: (1) Firas: Zarah gives loyalty so that her father does not feel alone; (2) Aisyah: Zarah made Aisyah feel depressed because of the quarrel they were maintaining; (3) Abah Hamid: Zarah is no longer considered a grandchild because of her very different views; (4) Hara: Zarah has a stake in the character of her mature and stoic sister; (5) Ibu Inga: Zarah becomes a foster mother of an orangutan. (6) Paul: Zarah makes Paul fall in love; (7) Simon: Zarah makes Simon busier than usual; (8) Koso: Zarah becomes a loyal friend; and (9) Storm: Zarah gives her virginity to Storm.
GAYA BAHASA JUAL BELI PEDAGANG DI PULAU BUNYU KALIMANTAN UTARA Jurianto Jurianto; Mursalim Mursalim; Syamsul Rijal
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 4, No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.346 KB) | DOI: 10.30872/jbssb.v4i1.2614

Abstract

This research aims to determine which language styles are used in buying and selling merchants in Bunyu Island. North Kalimantan and to know what language style function is contained in greeting buying and selling merchants in Bunyu Island, Kalimantan North. This research uses qualitative descriptive methods that describe the use of language styles in buying and selling in Bunyu Island market, North Kalimantan. The object of this research is traders and buyers who are doing buy and sell transactions. Data on the use of the language styles of merchants and buyers is obtained through observation. The techniques used in this research are the recording techniques, the reading techniques and the data analysis techniques. The results of this study are (1) the style of the language used in sale and purchase transactions in Bunyu Island, North Kalimantan, the comparative language style, the style of language opposition, the style of association language, and the repetition language style, (2) The function of language style that Contained in the greeting of buying and selling merchants in Bunyu Island, North Kalimantan, namely the function explaining, function strengthening, function animate the Dead object, the function of stimulating the association, the function raises laughter, and functions to garnish.
MAKNA PEKATOQ DALAM TRADISI UMAN JENAI SUKU DAYAK KENYAH LEPO’ TAU DESA NAWANG BARU KECAMATAN KAYAN HULU KABUPATEN MALINAU (KAJIAN FOLKLOR) Ernny James; Mursalim Mursalim; Dahri Dahlan
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 5, No 2 (2021): April 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v5i2.3952

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana makna pekatoq dalam tradisi uman jenai Suku Dayak Kenyah Lepo’ Tau? (2) Bagaimana fungsi pekatoq dalam Tradisi uman jenai suku Dayak Kenyah Lepo’ Tau?. Tujuan penelitian adalah (1) mendeksripsikan makna pekatoq dalam tradisi uman jenai Suku Dayak Kenyah Lepo’ Tau, (2) mendeksripsikan fungsi pekatoq dalam Tradisi uman jenai suku Dayak Kenyah Lepo’ Tau. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Data yang digunakan  dalam penelitian ini adalah kalimat hasil transkripsi dari wawancara dan rekaman terhadap narasumber dalam upacara uman jenai suku Dayak Kenyah Lepo’ Tau. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini yaitu informan yang mengetahui atau mengerti betul tentang pekatoq dalam tradisi Uman Jenai. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini meliputi: observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini yakni transkripsi, transliterasi, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil analisis makna dan fungsi pekatoq dalam tradisi Uman Jenai Suku Dayak Kenyah Lepo’ Tau adalah sebelum adanya tradisi Uman Jenai orang Dayak tidak tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik, sehingga orang-orang dulu sering berkelahi mengambil hak orang lain bahkan sering membunuh satu sama lain. Hal itu terjadi karena tidak adanya aturan ataupun kepercayaan yang mengikat mereka. Sehingga diadakanlah tradisi Uman Jenai dimana semua aturan-aturan hidup bermasyarakat di buat oleh para leluhur pada saat itu dan aturan tersebut masih berlaku hingga sekarang bagi masyarakat suku Dayak Kenyah Lepo’ Tau. Adapun fungsi dari Pekatoq terdiri atas empat, di antaranya: Sebagai sistem proyeksi, sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan, fungsi pendidikan, dan pengawas norma di dalam masyarakat.