Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

POTENSI EKSTRAK BUAH KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) SEBAGAI ANTIOSTEOPOROSIS DENGAN PARAMETER PENINGKATAN ALKALIN FOSFATASE PADA TIKUS WISTAR BETINA YANG DIINDUKSI DEKSAMETASON Nurmala Nurmala; Fetri Lestari; Ratu Choesrina
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v1i1.3082

Abstract

Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) merupakan tanaman polong-polongan (Fabaceae) yang mengandung fitoestrogen, berperan dalam mencegah kehilangan massa tulang akibat defisiensi estrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol buah kecipir sebagai antiosteoporosis berdasarkan kadar ALP (Alkaline phosphatase) plasma pada tikus yang diinduksi deksametason. Tikus dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kontrol positif, kontrol negatif dan kelompok uji (ekstrak dosis 500 mg/kg BB). Kelompok kontrol positif dan kelompok uji diberi induksi deksametason 0,1 mg/kg BB. Pemberian induksi dilakukan selama 29 hari, dan pemberian sediaan uji untuk kelompok uji dilakukan selama 18 hari. Pengukuran kadar ALP dilakukan sebanyak tiga kali yaitu ALP awal, ALP pascainduksi dan ALP pascaterapi. Keberhasilan induksi osteoporosis ditandai dengan adanya penurunan kadar ALP pascainduksi dibandingkan kadar ALP awal. Keberhasilan terapi ditandai dengan adanya peningkatan kadar ALP  pascaterapi dibandingkan kadar ALP pascainduksi. Berdasarkan adanya peningkatan kadar ALP plasma pascaterapi pada kelompok uji menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah kecipir dosis 500 mg/kg BB berpotensi sebagai antiosteoporosis.Kata Kunci: buah kecipir (Psophocarpus tetragonolobus), antiosteoporosis, ALP (Alkaline phosphatase), fitoestrogen.
POTENSI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN JAMBU AIR [Eugenia aqueum (Burn F.) Alston] TERHADAP STHAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN ESCHERICHIA COLI Ratu Choesrina; Suwendar Suwendar; Lanny Mulqie; Dieni Mardliyani
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v2i1.4230

Abstract

Staphylococcus aureus (S. Aureus) is a constituent of the Gram positive type of normal flora. But if the amount is excessive it will become a pathogen in humans. Likewise with Escherichia coli (E. coli) which is a gram negative bacterium.Antibacterials that are available generally have a broad spectrum, so that side effects can damage normal flora if used long-term, according to the results of a study by Hariyati et al. The ethanol extract has great potential as an antimicrobial source. flavonoids, phenolic compounds and tannins have antibacterial properties. This antibacterial activity test uses agar diffusion method with wells to determine MIC, work spectrum, and work type against test bacteria (with turbidimetry method), the series of ethyl acetate fraction concentrations used is 50%; 25%; 12.5%; 6.25%; 3.13%; 1.56%; 0.78%; 0.31%. Then compared with the comparative antibiotic tetracycline using regression analysis. Ethyl acetate fraction of guava leaves has anti-bacterial activity against S. aureus and E. coli with KHM values of 12.50%. The working type of ethyl acetate fraction tends to be bactericidal in both S. aureus and E. coli. Equality of activity against S. aureus from 1 g of ethyl acetate fraction to tetracycline was 0.0295 g whereas for E. coli it was 0.0186 g.Keywords: antibacterial, Staphylococcus aureus, Escherichia coli
Kajian Potensi Interaksi Obat Pada Resep Gangguan Pernapasan di Puskesmas Cibolerang Kota Bandung Ananda Rizkita Najla Cahyadi; Ratu Choesrina; Fetri Lestari
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8114

Abstract

Abstrak. Gangguan pernapasan merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan sebagainya. Pemberian obat pada gangguan pernapasan dapat lebih dari satu macam obat misalnya pada penyakit yang disebabkan oleh infeski bakteri dapat diberikan antibiotik dan terapi simptomatis sehingga dapat menyebabkan interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pontensi interaksi obat, dampak interaksi yang terjadi, serta mengetahui solusi yang dapat diberikan dari resep pasien gangguan pernapasan di Puskesmas Cibolerang Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pengumpulan data secara retrospektif. Berdasarkan hasil penelitian dari 91 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi ditemukan kejadian interaksi obat sebanyak 28 kasus dimana interaksi obat yang paling banyak terjadi adalah ranitidin dengan parasetamol sebanyak 12 kasus kemudian salbutamol dengan fenilpropanolamin HCl sebanyak 4 kasus. Abstract. Respiratory disorders are disease that can be caused by bacteria, virus, etc. Drug administration for respiratory disorders can be more than one type of drug, for example in disease caused by bacteria infections that antibiotics and symptomatic therapy can be given so that they can cause drug interactions. This study aims to determine the number of potential drug interactions, the impact of interactions that occur, and to find out the solutions that can be given from prescriptions for patients with respiratory disorders at Puskesmas Cibolerang Kota Bandung. The research method is descriptive with retrospective data collection. Based on the results of the study from 91 samples that met the inclusion and exclusion criteria there are 28 cases of drug interactions were found, where the most frequent drug interactions were ranitidine and paracetamol in 12 cases, then salbutamol with phenylpropanolamine HCl in 4 cases.
STUDI KEPATUHAN PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 DI RSUD AL- IHSAN KABUPATEN BANDUNG Annas Tasya Pertiwi; Ratu Choesrina; Fetri Lestari
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8276

Abstract

Abstrak. Diabetes Melitus (DM) adalah sindrom metabolik di mana insulin tidak diproduksi atau tidak bekerja dengan baik dan insulin dapat diproduksi namun tidak cukup untuk tubuh. Kadar glukosa yang tidak terkontrol dapat merusak jaringan tubuh dan menimbulkan komplikasi. Supaya kadar glukosa dalam tubuh pasien penderita DM tipe 2 dapat terkendali, dapat dilakukan dengan salah satu car aini yaitu mengkonsumsi antidiabetes secara teratur, sehingga kepatuhan mengkonsumsi anti diabetes pada pasien DM tipe 2 menjadi hal yang sangat penting. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan karakteristik deskriptif. Subyek penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang melakukan perawatan di Rumah Sakit Al Ihsan Kab.Bandung pada periode Februari- April 2023. Penelitian ini menggunakan metode tidak langsung, yaitu dengan cara menggunakan kuesioner yaitu kuesioner MMAS-8. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode slovin. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 24 pasien memiliki tingkat kepatuhan tinggi (25%), 33 pasien memiliki tingkat kepatuhan sedang (34%), dan 40 pasien memiliki kepatuhan rendah (41%). Kata Kunci: Kepatuhan, diabetes melitus tipe 2, MMAS-8 Abstract. Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic syndrome in which insulin is not produced or does not work properly and insulin can be produced but not enough for the body. Uncontrolled glucose levels can damage body tissues and cause complications. In order for glucose levels in the body of patients with type 2 diabetes to be controlled, it can be done with one of the ways aini is to consume antidiabetics regularly, so that adherence to taking anti-diabetics in patients with type 2 diabetes becomes very important. This study is an observational study with descriptive characteristics. The subjects of this study were type 2 DM patients who underwent treatment at Al Ihsan Hospital Kab.Bandung in the period February-April 2023. This study used an indirect method, namely by using a questionnaire, namely the MMAS-8 questionnaire. The sampling technique used in this study used the slovin method. The results showed that 24 patients had high adherence rates (25%), 33 patients had moderate adherence rates (34%), and 40 patients had low adherence (41%). Keywords: Adherence, diabetes mellitus type 2, MMAS-8
Uji Efektivitas Antihiperglikemia Ekstrak Etanol Daun Sirih Hijau (Piper betla L.) Pada Mencit Jantan (Mus musculus) Dengan Metode Test Toleransi Sukrosa Jasmine Ayu Diningrum; Ratu Choesrina; Umi Yuniarni
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8720

Abstract

Abstract. Hyperglycemia is a condition of high blood glucose levels that describes the disease of diabetes mellitus. The bioactive components of phenolic compounds found in green betel leaves are considered to have the potential to reduce blood glucose levels. This study aims to determine the effectiveness of ethanol extract of green betel leaf (Piper betle L.) in reducing blood glucose levels in male mice with sucrose tolerance method, and to determine the most effective dose in reducing blood glucose levels. The research was conducted with an experimental approach through in vivo tests with the sucrose tolerance test method. Mice were divided into 7 groups, consisting of a negative control group, positive control group, test group of ethanol extract of green betel leaves in doses of 150 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, 350 mg/kgBB, and 450 mg/kgBB and a comparison group. Data obtained in the form of blood glucose levels at minutes 0, 60, 90, 120, 150, 180, 210 and 240, then performed statistical analysis using One Away Anova test and Tukey test. The results of statistical analysis showed a decrease in blood glucose levels with a significant difference between the four doses of green betel leaf ethanol extract when compared to positive control (P < 0.05). The higher the dose, the more effective it is in reducing blood glucose levels. A dose of 450 mg/kgBB of ethanol extract of green betel leaf is the most effective dose. In this case, it is necessary to further study the side effects through the toxicity test of the preparation to assess the safety of the use of ethanol extract of green betel leaf (Piper betle L.). to assess the safety of using green betel leaf ethanol extract preparations (Piper betle L.). Keywords: Green Betel Leaf (Piper betle L.), Antihyperglycemia, Antidiabetes Abstrak. Hiperglikemia merupakan kondisi tinggnya kadar glukosa darah yang menggambarkan penyakit dari diabetes melitus. Komponen bioaktif senyawa fenolik yang terdapat pada daun sirih hijau dinilai berpotensi dalam menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betle L.) dalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit jantan dengan metode toleransi sukrosa, dan mengetahui dosis yang paling efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian dilakukan dengan pendekatan eksperimental melalui uji in vivo dengan metode test toleransi sukrosa. Mencit dibagi menjadi 7 kelompok, terdiri dari kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, kelompok uji ekstrak etanol daun sirih hijau dosis 150 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, 350 mg/kgBB, dan 450 mg/kgBB serta kelompok pembanding. Data yang diperoleh berupa kadar glukosa darah pada menit ke-0, 60, 90, 120, 150, 180, 210 dan 240, kemudian dilakukan analisis statistik menggunakan uji One Away Anova dan uji Tukey. Hasil analisis statistik menunjukan penurunan kadar glukosa darah dengan adanya perbedaan yang signifikan antara empat dosis ekstrak etanol daun sirih hijau jika dibandingkan dengan kontrol positif (P<0,05). Semakin tinggi dosis, semakin efektif bekerja menurunkan kadar glukosa darah. Dosis 450 mg/kgBB ekstrak etanol daun sirih hijau merupakan dosis paling efektif. Dalam hal ini, perlu dikaji lebih lanjut mengenai efek samping melalui uji toksisitas sediaan untuk menilai keamanan penggunaan sediaan ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betle L.). Kata Kunci: Daun Sirih Hijau (Piper betle L.), Antihiperglikemia, Antidiabetes
Pola Penggunaan dan Interaksi Obat Antidiabetes dan Antihipertensi pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Komplikasi Hipertensi di RSUD Subang Muhammad Fajar; Umi Yuniarni; Ratu Choesrina
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8753

Abstract

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2020 Indonesia menempati urutan ke 3 di Asia Tenggara. DM adalah penyakit hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Penyakit DM terdapat 3 jenis yaitu DM tipe 1, DM tipe 2 dan DM gestasional. DM dapat terjadi komplikasi salah satunya yaitu hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat antidiabetes dengan antihipertensi dan terdapat interaksi obat untuk antidiabetes dengan antihipertensi di RSUD Kabupaten Subang. Penelitian ini merupakan analisis secara deskriptif observasional. Pengambilan data dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan mencatat rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi. Terdapat 70 rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi. Karakteristik pasien didominasi oleh perempuan (68,6%) dan laki-laki (31,4%) dengan usia 60-74 tahun (50%). Obat antidiabetes dan antihipertensi yang paling banyak digunakan yaitu metformin (biguanide) 41% dan amlodipin (calcium channel blocker) 70,6%. Interaksi obat paling banyak yaitu metformin dengan amlodipin sebanyak 33 resep (57,7), mekanisme terbanyak yaitu farmakodinamika tingkat keparahan yaitu moderate. Diabetes mellitus (DM) is one of the diseases that always increases from year to year. In 2020 Indonesia ranks 3rd in Southeast Asia. DM is a hyperglycemia disease that occurs due to abnormalities in insulin secretion, insulin action, or both. There are 3 types of DM disease, namely type 1, type 2 DM and DM gestasional. DM can have complications, one of which is hypertension. This study aims to determine the pattern of use of antidiabetic drugs with antihypertensives and drug interactions for antidiabetics with antihypertensives at the RSUD Subang. This research is an observational descriptive analysis. Data were collected using purposive sampling technique by recording medical records that met the inclusion criteria. There were 70 medical records that met the inclusion criteria. Patient characteristics were dominated by women (68.6%) and men (31.4%) with ages 60-74 years (50%). The most commonly used antidiabetic and antihypertensive drugs were metformin (biguanide) 41% and amlodipine (calcium channel blocker) 70.6%. The most common drug interaction was metformin with amlodipine as many as 33 prescriptions (57.7), the most mechanism was pharmacodynamics, the severity level was moderate.
Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum americanum L.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Candida albicans dan Aspergillus niger Syarifah Hasanah; Lanny Mulqie; Ratu Choesrina
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8807

Abstract

Abstrak. Infeksi jamur termasuk salah satu penyakit yang masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. daun kemangi (Ocimum americanum L.) memiliki berbagai macam khasiat dalam dunia pengobatan, salah satunya untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji aktivitas antijamur ekstrak daun kemangi terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans dan Aspergillus niger. Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metode difusi agar (sumuran) dengan konsentrasi 2%,4%,6%,8% dan 10%. Kontrol positif yang digunakan ketokonazol dan kontrol negatif yaitu DMSO. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan jamur Candida albicans dan Aspergillus niger dengan variasi konsentrasi yaitu 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% adalah 13,2 mm,15 mm, 16,4 mm, 17,8 mm, 18,6 mm. Sedangkan rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan jamur Aspergillus niger yaitu 14 mm, 16 mm, 16,5 mm, 19,1 mm, 20,2 mm. Dari hasil data penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kemangi memiliki aktivitas antijamur dengan terbentuknya zona bening disekitaran sumuran. Kata kunci: Daun kemangi, antijamur, Candida albicans, Aspergillus niger Abstract. Fungal infection is a disease that is still a health problem in Indonesia. Basil leaves (Ocimum americanum L.) have various properties in the world of medicine, One of them is to treat diseases caused by fungal infection. This study aims to determine the antifungal activity of basil leaf extract on the growth of Candida albicans and Aspergillus niger. Extract was carried out using the agar diffusion method (wells) with concentrations of 2%, 4%, 6%, 8% and 10%. Positive control using ketoconazole and negative control using DMSO. The results showed that the average diameter of the growth inhibition zones of Candida albicans and Aspergillus niger with varying concentrations of 2%, 4%, 6%, 8% and 10% was 13,2 mm,15 mm, 16,4 mm, 17,8 mm, 18,6 mm. While the average diameter of the growth inhibition zone of Aspergillus niger is 14 mm, 16 mm, 16,5 mm, 19,1 mm, 20,2 mm. From the results of the research data above, it can be concluded that basil leaf extract has antifungal activity with the formation of clear zones around the wells. Keywords: Basil leaves, antifungal, Candida albicans, Aspergillus niger