Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pelatihan Tari tradisionalonal Sebagai Promosi Pariwisata Menggunakan Media Sosial di Kampung Caping Mendawai Pontianak Regaria Tindarika
Dikmas: Jurnal Pendidikan Masyarakat dan Pengabdian Vol 2, No 2 (2022): June
Publisher : Magister Pendidikan Nonformal Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/dikmas.2.2.375-382.2022

Abstract

Masyarakat erat kaitannya dengan budaya seni, akan tetapi pada Kampung Caping ini para remaja dan anak-anak tidak mengetahui seni tari tradisionalonal yang ada di wilayah mereka. Pelatihan tari tradisionalonal di Kampung Caping Desa Mendawai Kelurahan Bansir Laut yang merupakan destinasi wisata di kota Pontianak dilakukan sebagai upaya promosi pariwisata dengan menggunakan media sosial. Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab, imitasi dan demonstrasi. Hasil pelatihan ini memenuhi keinginan masyarakat yang ingin memiliki pengalaman berkesenian khususnya dalam bidang seni tari dengan memanfaatkan media sosial sebagai upaya pariwisata.
Kesenian Hadrah Sebagai Warisan Budaya Di Kota Pontianak Kalimantan Barat Regaria Tindarika; Iwan Ramadhan
Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal Vol 7, No 3 (2021): September 2021
Publisher : Magister Pendidikan Nonformal Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/aksara.7.3.907-926.2021

Abstract

Kesenian Hadrah telah menjadi kesenian yang di bawakan dalam beberapa acara yang ruang lingkupnya kecil yang dilakukan oleh kepala keluarga hingga besar seperti perlombaan tingkat provinsi. Oleh karena itu peneliti tertarik mengetahui lebih lanjut keberadaan seni hadrah sebagai warisan budaya di kota Pontianak, Kalimantan Barat. Metode yang dipakai adalah kualitatif deskriptif serta penelitian ini dilakukan dibantu dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara kepada narasumber, pengamatan secara langsung dan studi dokumentasi. Dalam mengalisis hasil data, menggunakan suatu pendekatan historis dan antropologis. Setelah dilakukan penganaisisan, didapatkan data bahwa Seni Hadrah mengalami beberapa kali kemunduran dari awal kedatangannya di Kota Pontianak hingga sekarang. Walaupun sempat mengalami kemunduran pada masa penjajahan Jepang, akan tetapi masih terus dipertahankan dan ditampilkan di Kota Pontianak hingga sekarang. Hal ini dibuktikan dengan masih bertahannya grup kesenian Hadrah di Pontianak yang biasanya tampil pada saat peringatan Maulid Nabi, khitanan, pesta nikah dan aqiqah. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan rasa cinta dan kepedulian kepada generasi muda, sehingga dapat melestarikan serta menjaga potensi budaya yang dimiliki melalui nilai-nilai khususnya nilai-nilai agama Islam yangterkandung dalam seni Hadrah.
Metode Grambayangan Dalam Pembelajaran Mata Kuliah Tari Prawira Watang di Jurusan Seni Tari Isi Surakarta Mega Cantik Putri Aditya; Aline Rizky Oktaviari Satrianingsih; Regaria Tindarika
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 5 No. 2 (2023): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v5i2.13496

Abstract

Proses pembelajaran dalam bidang apapun selalu didasari metode dan sistem yang terukur, baik itu dalam pendidikan praktik mapun teoritis. Penelitian ini membahas tentang metode grambyangan pada sistem pendidikan tari Prawira Watang di Jurusan Seni Tari ISI Surakarta. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah, metode tersebut secara sadar dan tidak sadar telah menjadi fenomena alami yang berlangsung lama, namun belum masuk ke dalam bagian sistem pendidikan yang tertulis secara ilmiah. Selain itu, model grambyangan merupakan metode unggulan dalam wilayah mata kuliah praktik utamanaya pada mata kuliah tari Prawira Watang. Hal yang ingin dijelaskan dari penelitian ini adalah model grambyangan pada mata kuliah tari Prawira Watang. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Perangkat analisis yang diguanakan dalam mengungap permasalahan adalah pemikirannya Komarudin tentang sistem pendidikan yang dieksplanasi menjadi beberapa bagian pembahasan: ruang lingkup pendidikan tari Prawira Watang, grambyangan sebagai salah satu model sistem pembelajaran mata kulaih praktik tari Prawira Watang. Hasil analisis disimpulkan dan ditemukan bahwa, metode grambyangan menjadi metode unggulan dan memiliki tiga dimensi penting di dalamnya, meliputi: aspek refleksi materi perkuliahan, ungkapan imajinasi, serta gambran kongkret pra ujian.
Nilai Karakter Pada Gerak Tari Melinting Sebagai Penguatan Profil Pelajar Pancasila aline rizky oktaviari satrianingsih; Mega Cantik Putri Aditya; Regaria Tindarika; Imma Fretisari
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 5 No. 2 (2023): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v5i2.13573

Abstract

Pendidikan karakter pada peserta didik saat ini menjadi salah satu tujuan penting dalam keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran tari nusantara di Indonesia mengandung nilai dan norma dalam berperilaku yang relevan dengan kurikulum. Sehingga pemberian materi pembelajaran yang berasal dari seni budaya nusantara dapat menjadi salah satu sarana menguatkan nilai pendidikan karakter peserta didik. Tari Melinting merupakan salah satu tari tradisional yang berasal dari Provinsi Lampung, sehingga dapat termasuk dalam materi tari daerah setempat atau tari nusantara jika dipelajari di luar Provinsi Lampung. Tari Melinting dapat menjadi salah satu variasi tarian sebagai sarana menstimulus karakter siswa untuk menghormati dan menjunjung tinggi perilaku dalam bersikap. Berdasarkan bentuk penyajiannya, Tari Melinting disajikan secara berkelompok yang terdiri dari beberapa penari wanita dan penari laki-laki. Berdasarkan dari analisis struktur tekstual gerak Tari Melinting dapat disimpulkan bahwa gerak Tari Melinting memiliki makna yang relevan dengan profilĀ  pelajar Pancasila kurikulum merdeka yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, Berkebhinekaan Global, Bergotong Royong, Kreatif, Bernalar Kritis, dan Mandiri. Berdasarkan hasil penelitian ini gerak Tari Melinting yang mengandung nilai profil pelajar Pancasila adalah Balik Palau, Sukhung Sekapan, Babar Kipas, Salaman, Nginyau Bias, Kenui Melayang, dan Jong Sumbah.
Pelatihan Proses Penciptaan Gerak Kreasi Pada Tari Tradisi Nusantara Di Langkau Etnika Art Space Mega Cantik Putri Aditya; Aline Rizky Oktaviari Satrianingsih; Regaria Tindarika; Iwan Ramadhan
Journal Of Human And Education (JAHE) Vol. 3 No. 2 (2023): Journal Of Human And Education (JAHE)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jh.v3i2.176

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk memberikan pengalaman kepada peserta pelatihan tari agar mengetahui dan memahami teknik pengembangan gerak tradisi nusantara sebagai langkah awal proses penciptaan, kemudian peserta pelatihan dapat menginternalisasi dan mengimplementasi hasil pengembangan gerak tradisi nusantara sebagai langkah awal penciptaan pada berbagai event kesenian khususnya tari. Penelitian ini menggunakan metode pelaksanaan secara singkat melalui pemberian ceramah dan diskusi terhadap pengetahuan dan teori pengembangan gerak tari tradisi serta demonstrasi dan drill terhadap keterampilan dan aplikasinya pada peserta. Metode-metode yang digunakan melalui ceramah, diskusi, demonstrasi dan latihan (Drill). Hasil pengabdian kepada masyarakat ini yaitu peserta pelatihan dapat menginternalisasi dan mengimplementasi hasil pengembangan gerak tradisi nusantara sebagai langkah awal penciptaan pada berbagai event kesenian khususnya tari.
Fungsi Upacara Adat Tentobus pada Suku Dayak Pesaguan di Kecamatan Tumbang Titi Kalimantan Barat Aline Rizky Oktaviari Satrianingsih; Regaria Tindarika; Mega Cantik Purti Aditya; Fernandus Deo Decapriyo
SENDRATASIK UNP Vol 12, No 3 (2023): (In Progress)
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/js.v12i3.123664

Abstract

The Tentobus traditional ceremony procession is usually carried out by the Dayak Pesaguan ethnic in West Kalimantan Province. The Pesaguan Dayak ethnic is close to nature and often carries out activities by working together. They respect the norms and rules that are still attached, so that the activities they carry out for survival are accompanied by rituals as expressions of gratitude and requests for permission. Based on believed folklore, the traditions and rituals passed down from ancestors are related to the culture brought by the Majapahit era and are part of the civilization of the Dayak Pesaguan tribe in Tumbang Titi District, Ketapang Regency. This research is descriptive qualitative research with an anthropological approach. Researchers conducted interviews and documentation studies. Data collection through interviews with sources and literature study. The credibility test was carried out by extending observations and data triangulation. The results of this research state that the Tentobus Traditional Ceremony aims to cleanse oneself and reject evil as well as cleanse oneself from mistakes in the past year, the old year, and the following year. The Tentobus Traditional Ceremony process is carried out sequentially with different procession sequences. Overall, each procession boils down to expressions of gratitude and protection.
Bentuk Penyajian Tari Pilanuk di Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat Desi Susilawati; Regaria Tindarika; Dwi Oktariani
SENDRATASIK UNP Vol 12, No 3 (2023): (In Progress)
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/js.v12i3.124848

Abstract

The background of this research is because of the researcher's concern about the authenticity of the Pilanuk Dance performance, which in the future will experience changes. Therefore the researcher describes and documents the Pilanuk Dance in the form of videos, writings, pictures. This study uses descriptive methods, qualitative research forms, ethnochoreological approaches and choreographic approaches. Data collection techniques in the form of observation techniques, interview techniques, and documentation techniques. The technique to test the validity of the data used is the extension of observations and source triangulation. Based on the data analysis, it was concluded that the form of presentation of the Pilanuk Dance has a movement structure, namely the opening movement, the core movement which consists of agile footsteps and closing movements. The number of dancers must be even, namely 8 and so on. This dance can be danced by both men and women. The floor pattern is in the form of straight lines, circles and plus signs which are interpreted as the direction of the compass. drum). The costumes used by female dancers are traditional Dayak Kanayant clothes, skirts, shawls, headbands, roof tiles, obi/belts, necklaces, earrings, rinyuakng leaves. For male costumes, they use loincloths, scarves, headbands, tiles, necklaces, rinyuakng leaves, obi/belt. The facial makeup used by dancers is natural makeup. The place for the performance uses an open stage or the hall of a traditional house.
PESAGUAN DAYAK CULTURE: TENTOBUS TRADITIONAL CEREMONY Regaria Tindarika; Aline Rizky Oktaviari Satrianingsih; Mega Cantik Putri Aditya; Ahadi Sulissusiawan
Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora Vol 14, No 2 (2023): Edisi Oktober 2023
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/j-psh.v14i2.71510

Abstract

The Pesaguan Dayak ethnic has various types of culture and customs within it. One of the cultures it has is in the form of traditional ceremonies. The Tentobus Traditional Ceremony has a series of activities that have been arranged systematically from start to finish. This research aims to describe the processions contained in the Tentobus Traditional Ceremony considering that carrying out traditional ceremonies has its own applicable rules and procedures. The rules and procedures for carrying out traditional ceremonies in an ethnic group are a reflection of the society that has them. The data was obtained using data collection techniques such as direct observation, in-depth interviews, documentation and literature studies related to the object and focus of the research. The results of this research are that the Tentobus traditional ceremony procession was held for 2 consecutive days. The traditional ceremonial procession on the first day consists of tentobus; penyorahan sensarang; betare; and menanam ancak. Meanwhile, the Tentobus traditional ceremony procession of the Dayak Pesaguan ethnic on the second day consisted of the Besogak Dance; Makan Betanggai;, and Mengerurutan Payung Langit.