Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Dinamika Penggunaan, Kebakaran, dan Upaya Restorasi Lahan Gambut: Studi Kasus di Desa Tanjung Leban, Bengkalis Arifudin Arifudin; Almasdi Syahza; Osamu Kozan; Kei Mizuno; Kosuke Mizuno; Zuli Laili Isnaini; Wahyu Iskandar; Sunawiruddin Hadi; Asnawi Asnawi; Ayu Aizatul Natasya; Hasrullah Hasrullah
Unri Conference Series: Agriculture and Food Security Vol 1 (2019): Seminar Nasional Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.101 KB) | DOI: 10.31258/unricsagr.1a6

Abstract

Pemanfaatan lahan gambut dalam kegiatan pertanian, terutama untuk perkebunan menjadi sorotan akhir-akhir ini, akibat terjadinya kebakaran lahan gambut sebagai penyebab bencana asap selama 18 tahun di Indonesia. Tulisan ini bertujuan menguraikan persoalan penggunaan lahan gambut, kejadian kebakaran, dan restorasi lahan gambut dari perspektif sosial ekonomi. Telah dilakukan penelitian dengan pendekatan studi kasus di Desa Tanjung Leban, Kecamatan Bandar Laksamana, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara terstruktur dan mendalam, FGD, dan observasi partisipatif dengan cara tinggal bersama masyarakat. Dari data yang dikumpulkan, dapat dikatakan bahwa persoalan lahan untuk pertanian adalah kompleks, terutama persoalan kepemilikan lahan oleh orang luar Desa. Masyarakat pada umumnya latah melakukan budidaya tanaman sawit, namun sayangnya lahan selalu terbakar secara berulang. Kemudian ada upaya kegiatan restorasi gambut, sebagai usaha pemulihan lahan gambut terdegradasi akibat kekeringan dan kebakaran. Akan tetapi kegiatan restorasi tidak mudah dilakukan, dimana masyarakat merasakan bahwa restorasi adalah pilihan yang baik untuk menghindari kebakaran lahan gambut berulang, namun mereka mempertanyakan keuntungan ekonomi langsung dan kendala teknis seperti banjir yang mengganggu tanaman sawit yang dibudidayakan. Dari studi kasus ini tetap menyisakan pertanyaan upaya strategis apa yag dapat dilakukan dalam kegiatan restorasi gambut guna mendukung pengelolaan lahan yang berkelanjutan.
The East Asian Economy Post-rebalancing: Domestic Demand-led Growth, Social Security, and Inequality Kosuke Mizuno
IKAT: The Indonesian Journal of Southeast Asian Studies Vol 1, No 1 (2017): July
Publisher : Center for Southeast Asian Social Studies (CESASS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (726.999 KB) | DOI: 10.22146/ikat.v1i1.27468

Abstract

East Asian, including ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), countries have pursued the export-oriented development strategies, attracting foreign direct investment and promoting export-driven growth. However, after the Lehman shock, these countries adopted rebalancing policies from export-driven growth to domestic demand-driven growth. Chinese measures to promote domestic demand since 2008 had succeeded in boosting the economy until 2011 with domestic investments and increase in consumption. Chinese economic growth until 2011–2012 made possible an international commodity boom that resulted in the economic development of Malaysia and Indonesia. However, since 2012, the Chinese economy has been suffering from excess capacity and bad loans, hence ending the international commodity boom. ASEAN countries promptly started rebalancing by cutting back on their reliance on exports and increasing domestic investment and consumption, with variation among the countries. ASEAN countries pursued inclusive policies such as education, medical care, and social security. These policies promoted consumption and investment, helping grow the middle class. However, technological progress, globalization, and market-oriented reforms have also been the driving inequality in many Asian countries in the last two decades, and these forces have changed income distribution through three channels, namely, capital, skill, and spatial bias. Inequality created by conventional development strategies in this region has become the basis for conflicts among the region’s different economic strata. Inequality has had the effect of depressing investment—and thus growth—by fueling economic, financial, and political instability.