Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Karakteristik dan Pembentukan Batuan Beku di Pegunungan Jiwo, Bayat, Jawa Tengah Sutarto Hartosuwarno; Joko Soesilo; Bambang Tri Wibowo; Hafiz Hamdalah; Abdul Majid; Shabrina Aqiilah N
Jurnal Mineral, Energi dan Lingkungan Vol 4, No 2 (2020): Desember
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmel.v4i2.3235

Abstract

Pegunungan Jiwo, Bayat merupakan salah satu dari tiga wilayah di Jawa yang memperlihatkan adanya singkapan batuan-batuan metamorf yang berumur Pra-Tersier. Di atas batuan-batuan metamorf tersebut diendapkan tidak selaras batuan-batuan sedimen Tersier yang termasuk kedalam Formasi Wungkal-Gamping. Batuan-batuan metamorf maupun sedimen pada beberapa tempat diterobos oleh batuan-batuan beku diantaranya adalah gabro, diabas, basalt, dan diorite. Keberadaan batuan-batuan beku tersebut menjadi menarik karena sedikit terpisah dari jalur magmatic Pegunungan Selatan Jawa Timur. Batuan-batuan beku hasil kegiatan magmatisme tesebut di atas, hadir sebagai batuan beku plutonik (gabro, gabro mikro atau diabas, diorit), dan batuan beku vulkanik (basalt), yang hadir baik  sebai intrusi (retas) maupun lava. Sebagian besar batuan beku tersebut di permukaan dalam keadan lapuk, dan hanya sebagian kecil singkapan yang memperlihatkan keadaan yang fres atau segar, diantaranya pada beberapa inti batuan beku yang mengalamai pelapukan mengulit bawang (spheroidal weathering). Kenampakan mikroskopik, gabro dan gabro mikro umumnya memperlihatkan tekstur equigranular, kumulus, ofitik, subofitik, dan diabasik disusun oleh mineral-mineral primer plagioklas (±52-66%), Olivin (±0-14%), piroksen (±4-18%), mineral opak, baik kemungkinan primer maupun sekunder (±2-12%). Sebagian besar  gabro mengalami ubahan hidrotermal lemah-sedang, yang dicirikan oleh terubahnya beberapa mineral primer menjadi mineral-mineral klorit, silica, epidot, karbonat, serpentin,dan aktinolit. Basalt secara mikroskopik, memperlihatkan tekstur inequigranular, porfiritik-porfiroafanitik, disusun oleh mineral-mineral primer plagioklas, olivin, piroksen, mineral opak, baik kemungkinan primer maupun sekunder  dengan mineral sekunder seperti klorit dan  karbonat . Batuan-batuan beku di Pegunungan Jiwo tersebut, diperkirakan merupakan hasil magmatisme yang berumur Eosen Akhir-Miosen Awal (39,82±1,49 Ma sampai  13.852±5.45 juta tahun)  dan merupakan bagian dari busur kepulauan Sunda-Banda. Magmatisme tersebut disebabkan oleh adanya subduksi kearah utara lempeng Hindia-Australia di bawah bagian tenggara lempeng Eurasia yang dikenal sebagai Sundaland.
Analisis struktur batuan di bawah permukaan kompleks arkeologis situs liyangan menggunakan electrical resistivity tomography dan analytic signal geomagnetik Wrego Seno Giamboro; Wahyu Hidayat; Hafiz Hamdalah; Bambang Kuncoro Prasongko; Bonang Surya Utama; Tegar Anandya Fathoni
Jurnal Teras Fisika: Teori, Modeling, dan Aplikasi Fisika Vol 5 No 2 (2022): Jurnal Teras Fisika: Teori, Modeling, dan Aplikasi Fisika
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jtf.2022.5.2.6804

Abstract

Situs Liyangan yang berada di lereng Gunung Sindoro merupakan kompleks pemukiman kuno yang dibangun di area basah yang kaya akan tumbuh – tumbuhan, ladang, dan area pesawahan. Investigasi geofisika menggunakan metode Electrical Resistivity Tomography (ERT) dan Analytic Signal Geomagnetic (ASG) dilakukan di daerah penelitian untuk mengetahui struktur batuan di bawah permukaan. Data Electrical Resistivity Tomography (ERT) menunjukkan bangunan arkeologi pada situs Liyangan dibangun di atas batuan dengan tingkat nilai resistivitas rendah (<100 ohm.m) yang diinterpretasikan sebagai endapan alluvial yang memiliki saturasi air yang tinggi. Kedalaman endapan alluvial ini terdeteksi bervariasi antara 3 – 16 meter di bawah permukaan dan terdapat batuan dasar di bawah endapan alluvial ini yang berupa batuan vulkanik Gunung Sindoro. Hasil ini menunjukkan bahwa Situs Liyangan memiliki area yang subur dan kaya akan air sehingga memungkinkan peradaban masa lalu berkembang di sekitar area situs. Beberapa anomali yang diduga sebagai bagunan arkeologi yang terpendam juga terdeteksi pada penampang ERT dengan nilai resistivitas sedang – tinggi (1000-5000 ohm.m). Data ASG menunjukkan daerah Situs Liyangan yang terungkap saat ini memiliki rentang nilai intensitas kemagnetan rendah – sedang ((-55)-4.4nT), sedangankan area dugaan bangunan situs yang masih terpendam memiliki nilai intensitas magnetik tinggi (>22nT). Melalui peta ASG juga didapatkan dua buah struktur patahan berdasarkan nilai kontras intensitas magnetik yang berarah tenggara – barat laut dan timur laut – barat daya
KEUNIKAN SISTEM PETROLEUM ANTIKLIN LEDOK BLORA JAWA TIMUR Hafiz Hamdalah
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 7, No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v7i2.5220

Abstract

SARI – Lapangan Ledok merupakan lapangan tua, ditemukan pada tahun 1893 (BPM), kondisi saat ini fulldeveloped (depleted Reservoir), terletak ± 11 km sebelah utara-barat laut kota Cepu. Struktur Ledok merupakanantiklin berarah Timur-Barat dengan luas lapangan: panjang 2,5 km dan lebar 1,25 km. Keunikan sistempetroleum Antiklin Ledok perlu dan menarik untuk dilakukan, mengingat kerapatan sumur maupun usiaeksploitasi yang sudah sejak tahun 1893 sampai dengan sekarang (lebih dari satu abad). Bagaimana keberadaandan pengembangan minyak di daerah ini, khususnya lapisan produktif pada zona dangkal yang sebagian dikelolasebagai tambang rakyat. Hasil kajian diperoleh gambaran sebagai berikut; batuan induk berasal dari beberapaformasi, antara lain Formasi Ngimbang dan Kujung, sedangkan batuan reservoar berada di Formasi Ngrayong,Bulu, dan Wonocolo, jebakannya berupa tutupan struktur antiklin yang terbentuk pada umur Miosen dan PlioPlistosen,Lapisan penutupnya berupa batuan impermeabel di antara/intra Formasi Ngrayong, Bulu danWonocolo. Migrasi berlangsung sejak Miosen Akhir dan Plio-Plistosen sampai sekarang, baik secara vertikaldan mengalir menuju jebakan secara horisontal melalui lapisan reservoarnya. Sumur-sumur yang berdekatanjaraknya ternyata mengambil minyak dari lapisan yang berbeda, sehingga masih dimungkinkan untukmenambah sumur produksi yang berada di antara sumur-sumur tersebut.Kata-kata Kunci: Sistem Petroleum, Tambang Rakyat, reservoir, Antiklin Ledok