Efri Efri
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGARUH BERBAGAI TINGKAT FRAKSI EKSTRAK BUAH MENGKUDU (M. citrifolia) TERHADAP C. capsici PADA CABAI (C. annum L.) SECARA IN VITRO Weni Septiana; Efri Efri; Titik Nur Aeny
Jurnal Agrotek Tropika Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.29 KB) | DOI: 10.23960/jat.v1i2.2020

Abstract

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici merupakan kendala utama dalam budidaya tanaman cabai. Mengkudu merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan penyakit antraknosa. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh setiap tingkat fraksi senyawa ekstrak buah mengkudu pada pelarut alkohol terhadap pertumbuhan jamur C.capsici, penyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabai, secara in vitro. Buah mengkudu diekstraksi bertingkat menggunakan pelarut aquades, alkohol 10%, alkohol 20%, alkohol 30%, alkohol 40%, alkohol 50%, alkohol 60%, alkohol 70%, alkohol 80% dan alkohol 90% sehingga diperoleh serbuk ekstrak buah mengkudu fraksi 1 sampai fraksi 10. Selanjutnya serbuk tersebut diuji untuk mengetahui aktifitas antifungi pada jamur C. capsici. Perlakuan dalam percobaan ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah mengkudu memiliki kemampuan yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan jamur C. capsici penyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabai secara in vitro. Fraksi ekstrak buah mengkudu yang berpotensi sebagai fungisida penghambat pertumbuhan jamur patogen adalah ekstrak yang terlarut dalam alkohol 30%, sedangkan fraksi ekstrak buah mengkudu yang mendorong pertumbuhan jamur C.capsici adalah ekstrak yang terlarut dalam aquades, alkohol 20%, alkohol 40%, alkohol 50%, alkohol 60%, alkohol 70%, alkohol 80% dan alkohol 90%.
KEEFEKTIFAN EKSTRAK DAUN SIRIH DAN DAUN BABADOTAN MENGENDALIKAN PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH CABAI (Capsicum annum L.) Indah Fajar Wati; Efri Efri; Tri Maryono
Jurnal Agrotek Tropika Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.54 KB) | DOI: 10.23960/jat.v2i3.2075

Abstract

Antraknosa pada cabai yang disebabkan oleh Colletotrichum spp. merupakan penyakit penting pada saat tanaman di lapangan maupun pascapanen. Daun sirih (Piper betle L.) dan babadotan (Ageratum conyzoides L.) berpotensi sebagai fungisida nabati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan tingkat fraksi ekstrak daun sirih dan daun babadotan hasil seleksi untuk mengendalikan penyakit antraknosa pada cabai. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan delapan perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas kontrol, propineb, fraksi ekstrak daun sirih+n-Heksana 10%, 50% dan 90%, fraksi ekstrak daun babadotan+n-Heksana 10%, 50%, dan 90%. Data dianalisis dengan sidik ragam dan diuji dengan uji Duncan pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan perlakuan fraksi ekstrakefektif menekan antraknosa. Fraksi ekstrak daun babadotan 50% dan 90% paling efektif dalam menekan penyakit antraknosa.
PENGARUH EKSTRAK GULMA SIAM, SALIARA, DAN KEMUNING TERHADAP BUSUK LUNAK NANAS (Erwinia chrysanthemi) SECARA IN VITRO Nur Aeni; Titik Nur Aeny; Efri Efri; Cipta Ginting
Jurnal Agrotek Tropika Vol 4, No 3 (2016)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.166 KB) | DOI: 10.23960/jat.v4i3.1851

Abstract

Salah satu penyakit penting tanaman nanas adalah penyakit busuk lunak nanas yang disebabkan oleh Erwinia chrysanthemi. Pemanfaatan pestisida nabati menjadi alternatif pengendalian penyakit busuk lunak nanas yang ramah lingkungan. Tujuanpenelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak gulma siam, saliara dan kemuning terhadap pertumbuhan E. chrysanthemi secara in vitro dan mengetahui pengaruh taraf konsentrasi ekstrak gulma siam, saliara dan kemuning terhadap pertumbuhanE. chrysanthemisecarain vitro. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Maret sampai bulan Juli 2016. Pelaksanaan penelitian meliputi penyiapan isolat E.chrysanthemi, penyiapan ekstrak gulma siam, saliara dan kemuning, penyiapan media nutrient agar (NA), penyiapan medium berisi E.chrysanthemi, pengujian penghambatan ekstrak gulma siam, saliara dan kemuning terhadap pertumbuhan E.chrysanthemi secara in vitro,pengamatan dan pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 taraf konsentrasi. Taraf konsentrasi yang digunakan adalah 0%, 20%, 40%, 60% dan 80% dan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak gulma siam dan saliara dengan taraf yang diuji terlihat adanya zona penghambatan. Pada perlakuan ekstrak kemuning dengan taraf konsentrasi 0%-80% tidak tampak adanya zona penghambatan di sekitar cakram. Semakin tinggi taraf konsentrasi ekstrak gulma siam dan saliara semakin menghambat pertumbuhan E.chrysanthemi secara in vitro.
PENGARUH Trichoderma spp. TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum capsici) PADA TANAMAN CABAI VARIETAS FEROSA DAN LARIS Anise Wulandari; Joko Prasetyo; Efri Efri; Suskandini Ratih D
Jurnal Agrotek Tropika Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.502 KB) | DOI: 10.23960/jat.v2i3.2072

Abstract

Cabai adalah salah satu komoditas yang bernilai tinggi. Penyebab rendahnya produksi cabai diantaranya adalahpenyakitantraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici. Trichoderma spp.memiliki potensi untuk mengendalikan penyakit antraknosa. Peneltian bertujuan untuk mengetahui efektifitas Trichoderma spp. dalam mengendalikan penyakit antraknosa pada varietas cabai Ferosa dan Laris. Metode yang digunakan adalah percobaan dengan Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor percobaan 3 ulangan dan 4 perlakuan. Faktor pertama adalah varietas cabai Ferosa (V1), Laris (V2). Faktor kedua adalah Tricoderma spp. terdiri 4 taraf tanpa Trichoderma T0), Trichoderma harzianum (T1), Trichoderma viride (T2), Trichoderma koningii (T3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi T. harzianum, T. viride dan T. koningii pada varietas Ferosa menurunkan keparahan penyakit tanaman. Pada varietas Laris aplikasi T. viride dapat menurunkan keparahan penyakit tanaman, sedangkan aplikasi T.harzianum dan T. koningii dapat menurunkan keparahan penyakit hanya pada pengamatan 87 hst. Aplikasi T. viride, dan T. koningii pada varietas Ferosa dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah buah.
PENGARUH BEBERAPA EKSTRAK TANAMAN TERHADAP PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) Winda Giofanny; Joko Prasetyo; Efri Efri
Jurnal Agrotek Tropika Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.978 KB) | DOI: 10.23960/jat.v2i3.2076

Abstract

Penyakit bulai merupakan penyakit utama tanaman jagung di Indonesia. Alternatif pengendalian penyakit yang mulai dikembangkan adalah penggunaan fungisida nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun cengkeh, daun mengkudu dan bawang putih untuk menekan keterjadiaan penyakit bulai pada tanaman jagung manis. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan lima perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan terdiri atas ekstrak daun cengkeh, daun mengkudu, bawang putih dan fungisida metalaksil. Persentase keterjadian penyakit bulai yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak daun cengkeh, daun mengkudu dan bawang putih efektif dalam menekan keterjadian penyakit bulai dan lebih efektif dibandingkan aplikasi fungisida metalaksil. Ekstrak daun mengkudu dan bawang putih lebih efektif dibandingkan dengan ekstrak daun cengkeh dan fungisida pembanding.
KEEFEKTIFAN BEBERAPA SPESIES Trichoderma DALAM MENGENDALIKAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum musae) PADA BUAH PISANG CAVENDISH Senja Aklirinhua; Efri Efri; Joko Prasetyo
Jurnal Agrotek Tropika Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.778 KB) | DOI: 10.23960/jat.v3i2.2010

Abstract

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan beberapa spesies Trichoderma dalam mengendalikan Colletotrichum musae, penyebab penyakit antraknosa pada buah pisang cavendish. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, dari bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2014. Percobaan dilakukan dengan 2 tahap yaitu secara in vitro dan in vivo. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan, yaitu Kontrol,Trichoderma viride, Trichoderma koningii, danTrichoderma harzianum. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 10 hari. Peubah yang diamati adalah persentase penghambatan dan keparahan penyakit. Data dianalisis menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji BNT pada taraf nyata 1%. Hasil pengujian secara in vitro dan in vivo, perlakuanT. viride, T. koningii, dan T. harzianum. efektif menghambat pertumbuhan koloni jamur C. musae serta intensitas penyakit antraknosa.T. viride, T. koningii, dan T. harzianum memiliki kemampuan yang sama dalam menghambat pertumbuhan koloni jamur C. musae, baik secara in vitro maupun secara in vivo.