Matius I Totok Dwikoryanto
Sekolah Tinggi Teologi Kadesi, Yogyakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Studi Teologis Prinsip Penginjilan Paulus dalam 1 Korintus 9:16 Yonatan Alex Arifianto; Kristien Oktavia; Matius I Totok Dwikoryanto
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 2, No 1 (2020): Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v2i1.42

Abstract

Abstract: church that has the wrong mindset towards the principles and concepts of evangelism will experience things that cannot add new soul members to it, because the principles and concepts of mission are very important in church growth. So that the church enters into unhealthy competitive competition by stealing sheep or souls from other churches. The author by using a descriptive qualitative approach to this research can begin with text analysis so as to produce findings, among others: first, the responsibility and obligation of people who believe in God to evangelize. Second, Paul was willing to give up the rights for the sake of the gospel and third There is no reason to boast all for Christ. Because the gospel must be preached like Paul did, there is a solid basis for being in God's mission through the papa Paul built Abstrak: Gereja yang memiliki pola pikir yang salah terhadap prinsip dan konsep penginjilan maka akan mengalami hal yang tidak dapat menambahkan anggota jiwa baru kedalamnya, karena prinsip dan konsep misi sangat penting dalam pertumbuhan gereja. Sehingga gereja masuk dalam kompetisi persaingan yang tidak sehat dengan mencuri domba atau jiwa dari gereja lain. penulis mendeskripsikan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif penelitian ini dapat dimulai dengan analisa teks sehingga menghasilkan hasil temuan antara lain: pertama, Tanggung jawab dan keharusan orang yang percaya kepada Tuhan untuk Menginjil. Kedua Paulus rela melepaskan hak demi Injil dan ketiga Tidak ada alasan memegahkan diri semua bagi kristus. Sebab injil harus diberitakan seperti yang dilakukan oleh Paulus ada dasar yang kuat untuk berada dalam misinya Tuhan melalui setiap apa yang dibangun Paulus dalam memotivasinya.
Sekolah Kristen dan Pendidikan Agama Kristen dalam Persiapan Menghadapi Era Society 5.0 Matius I Totok Dwikoryanto; Yudi Hendrilia; Carolina Etnasari Anjaya
Regula Fidei : Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 6, No 2: September 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan, Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46307/rfidei.v6i2.102

Abstract

Society 5.0 perlu dihadapi dengan persiapan yang serius dan matang dari Sekolah Kristen sebagai penyelenggara PAK.  Sekolah Kristen melalui PAK dituntut mampu melahirkan generasi unggul yang berkarakter Kristus  untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia berkualitas pada society 5.0. Dibutuhkan upaya keras untuk dapat mencapai hal ini.  Metode riset mempergunakan jenis kualitatif deskriptif dengan dilengkapi studi pustaka. Hasil dari riset ditemukan bahwa meskipun gagasan society 5.0 saat ini masih terasa sebatas konsep namun persiapan ke arah masa itu tetaplah menjadi suatu tuntutan yang harus dipenuhi. Dalam hal ini diperlukan evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan PAK mengingat PAK memegang peranan sangat penting dalam menyiapkan peserta didik yang unggul tidak hanya secara intelektual namun dalam karakter, mental dan spiritual. Upaya sekolah Kristen untuk menyiapkan society 5.0 adalah dengan cara: pertama,  merumuskan ulang visi dan misi sekolah.Kedua,  sekolah Kristen perlu mengembalikan orientasi atau fokus pelayanan kepada Tuhan semata. Ketiga, secara serius membangun budaya sekolah dan mengaktualisasikan secara nyata sehingga seluruh anggota keluarga sekolah dapat mengalami transformasi kehidupan serupa dengan Tuhan.   Keempat, peningkatan mutu PAK melalui pengembangan kualitas dan profesionalitas guru, pengembangan materi dan metode pembelajaran yang fleksibel dan kontekstual, peningkatan literasi bagi guru dan peserta didik serta peningkatan kesejahteraan guru.Kelima,  menyediakan sarana dan perlengkapan pembelajaran sesuai kebutuhan.Keenam, sekolah perlu membangun sinergi dengan semua pihak, yaitu gereja, masyarakat, keluarga dan dunia usaha. Salah satu program bersama yang dapat dilakukan adalah melakukan penelitian demi perkembangan ilmu PAK, ilmu sosial maupun ilmu lain. Hasil penelitian dapat membantu mengatasi permasalahan sosial dan membangun kehidupan masyarakat yang berkualitas
Pengajaran Tuhan Yesus tentang Prinsip Melayani Anak Berdasarkan Markus 7:27-28 dan 9:35-42 Matius I Totok Dwikoryanto
DIDAKTIKOS: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Duta Harapan Vol 4, No 1: Juni 2021
Publisher : STIPAK Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.722 KB) | DOI: 10.32490/didaktik.v4i1.33

Abstract

Many Christian families experience problems, the economy, unharmonious marriages, bad relationships, social media challenges, which result in children's spiritual formation often being prioritized to the church rather than the role of the family itself. Therefore, the church must be ready to be a place to prioritize teaching and child formation so that there is spiritual growth. From this, the education of children is important and the church must be able to form its mentality from childhood. By using a descriptive qualitative method and through a literature study approach to the text about the teaching of Jesus in the Gospel of Mark, it can be concluded that the teaching of the Lord Jesus must be carried out by providing maximum service to children's ministry, also paying attention to children's needs, and taking care of the physical child. The teaching of the Lord Jesus also gives meaning in the ethics of teaching faith. Even parents or the church must welcome children in every activity, especially preparing to be God's servants, this must be done as a priority for children.AbstractBanyaknya keluarga Kristen yang mengalami permasalahan, ekonomi, perkawinan yang tidak harmonis, pergaulan buruk, tantangan sosial media, yang berakibat pembinaan rohani anak seringkali diprioritas kepada gereja dari pada peran keluarga sendiri. Maka itu  gereja  harus siap menjadi tempat dalam memprioritaskan pengajaran dan pembentukan anak sehingga ada pertumbuhan rohani. Dari hal itu pendidikan kepada anak-anak merupakan hal yang  penting dan gereja harus mampu membentuk mentalitasnya dari sejak anak-anak. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dan melalui pendekatan studi pustaka terhadap teks tentang pengajaran Yesus dalam Injil Markus, dengan demikian dapat disimpulkan pengajaran Tuhan Yesus harus dilaksanakan dengan memberikan pelayanan maksimal terhadap  pelayanan Anak-anak, juga memperhatian terhadap kebutuhan anak, serta  memeliharaan jasmani Anak. Pengajaran Tuhan Yesus juga memberikan makna dalam etika pengajaran Iman bahkan Orangtua atau gereja harus Menyambut Anak dalam setiap kegiatan terlebih  mempersiapkan Menjadi Pelayan Tuhan hal itu harus dilakukan sebagai prioritas bagi anak.
Personal Branding dan Pemimpin Kristen: Kepemimpinan dalam era Internet Of Things Matius I Totok Dwikoryanto; Yonatan Alex Arifianto
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 5, No 2 (2023): Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen - Agustus 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59177/veritas.v5i2.232

Abstract

The main focus of this research is to explain how personal branding and Christian leaders: leadership in the internet of things era. The thing to remember is that the ambition to be famous is very easy to get in this era through social media, but the achievement to brand oneself must be in accordance with the norms and ethics that must be upheld. The research method used is in the form of descriptive qualitative research with a literature study approach. The purpose of this research is to provide input or ideas for Christian leaders so that they can promote themselves wisely and carefully in developing their leadership in the internet of things era. The conclusion of this research is that personal branding and Christian leaders as a leadership strategy in the era of the internet of things must be utilized as best as possible to reach out, serve, in pastoral care both online and face-to-face. So the first thing Christian leaders must understand is that the paradigm and nature of personal branding and its influence must be understood and actualized with the correct rules and norms. Christian leaders also know the boundaries and scope of Christian leadership. And of course Christian leaders can see opportunities for promotion of their leadership in accordance with humility as the basis for receiving God's grace and plans, of course, according to God's will and plan. So that Christian leaders can actualize Christian leadership in the internet of things era as a form of reaching out and serving those who are in an internet of things connection.AbstrakFokus utama penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana personal branding dan pemimpin Kristen: kepemimpinan dalam era internet of things. Hal yang perlu diingat dalam kepemimpinan saat ini bahwa ambisi untuk terkenal tersebut didapat dengan sangat mudah di era digital saat ini melalui media sosial, namun pencapaian untuk membranding dirinya haruslah sesuai dengan norma dan etika yang harus dijunjung. Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu berupa penelitian kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literature. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memberikan masukan ide atau gagasan bagi para pemimpin Kristen supaya mereka  bijaksana dan penuh kehati-hatian dalam mempromosikan dirinya dengan benar di dalam pengembangan kepemimpinannya di era internet of things. Kesimpulan dari penelitian ini adalah personal branding dan pemimpin Kristen sebagai strategi kepemimpinan dalam era internet of things harus dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menjangkau, melayani, dalam pelayanan pastoral baik secara online maupun dalam keseharian tatap muka kepada khalayak ramai. Maka yang pertama para pemimpin Kristen haruslah mengerti bahwa paradigma dan hakikat personal branding dan pengaruhnya harus dimengerti dan diaktualisasikan dengan kaidah dan norma yang benar. Pemimpin Kristen juga mengetahi batasan dan ruang lingkup kepemimpinan Kristen. Dan tentunya pemimpin Kristen dapat melihat peluang promosi kepemimpinannya sesuai dengan kerendahan hati sebagai dasar untuk mendapat kasih karunia Allah dan tentunya sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan. Sehingga pemimpin Kristen dapat mengaktulisasi kepemimpinan Kristen di era internet of things sebagai bentuk untuk menjangkau dan melayani mereka yang berada dalam koneksi internet of things.