Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

DAYA TERIMA PANELIS PADA SIRUP DAN DODOL BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi) Syahril Makosim Damang; Muhami Muhami
JURNAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) Vol. 2 No. 1 (2018): Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Publisher : Institut Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31543/jii.v2i1.130

Abstract

AbstrakBelimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)  merupakan salah satu komotidi yang tidak mempunyai nilai komersil, walaupun banyak manfaatnya bagi kesehatan.   Dalam rangka pemberdayaan potensi komoditas nasional, maka perlu ditunjukkan mafaat dari belimbing wuluh agar mempunyai nilai ekonomi tinggi. Salah satu cara untuk memanfaatkan belimbing wuluh adalah dengan cara mengolah belimbing wuluh menjadi beberapa produk pangan.  Produk yang diuji cobakankan yaitu sirup dan dodol.  Bahan baku sirup adalah ektrak belimbing wuluh, sedangkan dodol berasal dari  ampas belimbing wuluh yang merupakan limbah produksi sirup.Perlakuan sirup belimbing wuluh adalah persentase antara gula pasir (G1.50%; G2. 75% ; G3. 100%) dan bunga belimbing wuluh (B1. 0,5 % ; B2. 0,75% ; B3. 1%).  Perlakuan dodol belimbing wuluh adalah pesentase tepung beras ketan (K1. 15% ; K2. 25% ; K3. 35%) dan persentase gula pasir (P1.100% ; P2. 75% ; P3. 50%), persentase tersebut berdasarkan berat ampas belimbing wuluh. Analisis yang dilakukan pada produk belimbing wuluh adalah uji  kesukaan hedonik  dan uji kimia serta uji mikrobiologi untuk produk hasil perlakuan terbaik.  Sirup belimbing wuluh yang mendapat nilai terbaik hasil dari perlakuan100 % gula pasir dan bunga belimbing wuluh 0,75%.  Dodol belimbing wuluh yang mendapat nilai terbaik hasil dari penambahan   tepung beras ketan  35 % dan gula pasir 75%.  Sirup belimbing wuluh mengandung vitamin C 13,2 mg, pH 3,2 , total asam 1,71%, gula total 69,5% dan total mikroba 4,3 x 101.  Dodol belimbing wuluh memiliki kadar air 17,3%, kadar abu 0,21%,  kadar serat kasar 14,83%, kadar sakarosa 33,96%, kadar vitamin C 0,0189 mg/g, dan total mikroba 6,0 × 101.Keyword : belimbing wuluh, sirup, dodol
ANALISIS KELAYAKAN USAHA SIRUP BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi) Muhami Muhami; Indrati Sukmadi; Syahril Makosim Damang
JURNAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) Vol. 3 No. 2 (2019): Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Publisher : Institut Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31543/jii.v3i2.147

Abstract

Usaha sirup belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) merupakan salah satu peluang bisnis yang mempunyai prospek cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya UKM yang sudah melakukan usaha tersebut, walaupun pemilik UKM tersebut tidak tahu berapa keuntungan dari bisnis tersebut.  Oleh karena itu dilakukanlah penelitian studi kelayakan usaha sirup belimbing wuluh.  Tujuan dari  penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha  sirup belimbing wuluh.  Penelitian ini dilakukan di UKM sirup belimbing wuluh Berkah, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.  Waktu alokasi untuk studi dimulai dari  Maret sampai Mei 2017. Asumsi  : hari produksi 20 hari perbulan ; \.  kapasitas produksi 100 kg buah belimbing wuluh per hari, atau  77.040 botol sirup belimbing wuluh.  Perhitungan analisis finansial berdasarkan masa usaha lima tahun dan diskon faktor  9,75%.  Harga jual sirup belimbing wuluh Rp. 25.000 per botol.  Hasil studi menunjukkan bahwa usaha sirip belimbing wuluh layak secara finansial.  Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV positif ( Rp. 733.535.232);  BCR positif (1,24); IRR lebih besar dari diskon faktor (48%) ; BEP lebih kecil dari produksi per tahun (62.075 botol/tahun) ; Pay Back Period 1tahun 9 bulan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan kapasitas produksi sebesar 5% lebih sensitive dari pada kenaikan biaya produksi sebesar 5%,kedua kondisi tersebut masih menunjukkan hasil kelayakan usaha yang positifKata kunci: kelayakan usaha, belimbing wuluh, sirup
Evaluasi Kinerja Rumah Potong Hewan (RPH) Bayur, Kota Tangerang Muhami Muhami; Mohamad Haifan
JURNAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) Vol. 3 No. 2 (2019): Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Publisher : Institut Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31543/jii.v3i2.149

Abstract

     Keberadaan RPH memiliki fungsi sebagai: (1) sarana pelayanan masyarakat dalam usaha penyediaan daging yang memenuhi kriteria aman, sehat, utuh dan halal (ASUH), (2) instrumen untuk memantau kemungkinan terjadi kasus penyakit hewan menular di masyarakat, dan (3) sumber pendapatan daerah (PAD) melalui retribusi dan biaya potong hewan. Tujuan penelitian ini adalah  mengevaluasi RPH Bayur, Kota Tangerang yang meliputi: 1) persyaratan fisik/ teknis dan prosedur pemotongan ternak; 2) kepuasan pelanggan terhadap pelayanan; dan 3) kontribusi pendapatan daerah (PAD). Evaluasi persyaratan fisik/ teknis mengacu pada Permentan Nomor 13 Tahun 2010 sedangkan evaluasi prosedur pemotongan ternak mengacu pada SOP Pemotongan Hewan Nomor 065/KEP.30.50-DKP/2017 yang ditetapkan oleh Dinas Ketahanan Pangan, Kota Tangerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum fasilitas dan prosedur pemotongan hewan di RPH Bayur telah memenuhi kesesuaian dan persyaratan, namun untuk meningkatkan kualitas layanan perlu pengembangan dan pengadaan beberapa sarana dan prasarana yang diperlukan. Penilaian kepuasan pelanggan terhadap jasa layanan RPH Bayur cukup baik dengan rata-rata 3,6 (skala score 1-5). Pendapatan dari retribusi yang cenderung menurun, terutama pada tahun 2018 diakibatkan oleh faktor eksternal berupa kebijakan impor daging beku oleh pemerintah dan faktor internal karena berpindahnya beberapa pengusaha sapi ke RPH lain.  Kata Kunci : Evaluasi Kinerja RPH Bayur, Kesesuaian Fasilitas RPH Bayur, Penurunan Pendapatan
The Penggunaan Kacang Tanah (Arachis hypogaea) Sebagai Alternatif Sumber Nitrogen Nata De Coco: Penggunaan Kacang Tanah (Arachis hypogaea) Sebagai Alternatif Sumber Nitrogen Nata De Coco Muhami Sumaryono
JURNAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) Vol. 6 No. 1 (2022): Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Publisher : Institut Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31543/jii.v6i1.204

Abstract

Saat ini sebagian besar para pembuat nata de coco menggunakan Amonium Sulfat non food grade  sebagai sumber nitrogen.  Amonium Sulfat tersebut  kemungkinan mengandung cemaran logam berat atau cemaran lainnya.  Kacang tanah (Arachis hypogaea) berpotensi sebagai alternatif sumber nitrogen dalam pembuatan nata de coco. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan persentase ekstrak kacang tanah yang menghasilkan nata de coco yang secara fisik mendekati nata de coco komersil. Penelitian terdiri atas dua perlakuan yaitu penggunaan bagian kacang tanah, dan persentase penambahan ekstrak kacang tanah. Penggunaan bagian kacang tanah terdiri atas polong kacang tana, dan kulit kacang tanah.   Persentase penambahan ekstrak kacang tanah terdiri atas 7,5 %, 10%, 12,5%, dan 15%. Nata de coco terbaik hasil pengujian fisik yang ditentukan secara deskrispsif, kemudian diuji pembeda mengunakan triangle test dengan pembanding nata de coco komersil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 12,5%  ekstrak kulit kacang tanah menghasilkan nata de coco dengan warna putih-krem, ketebalan 0,49 cm, dan rendemen 42%. Panelis menilai nata de coco hasil penelitian masih berbeda dengan nata de coco komersil, baik untuk aroma, warna, dan tekstur.  Biaya pembuatan nata menggunakan ekstrsk kulit kacang tanah lebih ekonomis dibandingkan menggunakan Amonium Sulfat  food grade.
Incubators for Household-Scale Yoghurt Production in Improving Production Process in Kuningan District Abu Amar; Muhami Muhami; Iyus Hendrawan; Edward S Tampubolon
MITRA: Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Vol 2 No 2 (2018): MITRA: Jurnal Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Institute for Research and Community Services

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/mitra.v2i2.102

Abstract

The quality of yoghurt produced in District of Cipari, Cigugur Kuningan Regency failed to meet the required standard despite the fact that socialization of yoghurt GMP program, facilitation and delivery of inkubator for yoghurt production had been implemented. Therefore, this study reported the performance of the incubators which had been produced and granted to two cooperatives in the District of Cipari, Kuningan, namely Laras Ati and Lembah Kamoning. The method used was to directly test the incubators for the production of yoghurt in a laboratory Institut Teknologi Indonesia and in Kuningan. Five litres of cow's milk that had been heated to a temperature of 90° C for 15 minutes and cooled down to a temperature of 40° C were directly inoculated with a 10% volume of fresh commercial yoghurt starter, culture consisting of Lactobacillus acidophilus, Streptococcus thermophilus and Bifidobacterium. The measured parameters were incubator temperature stability, product's pH value, total acid and organoleptic of product. The results showed that the performance of the two incubators were in good condition. It was proved by stable temperature in the range of 44.1±0.6°C during evaluation within 7 hours of incubation. During fermentation, pH of the product has decreased and reached a pH value of 4.6 ± 0:02 within 7 hours of incubation, total acid reached 0.84±0.052%. The organoleptic product of yoghurt showed the percentage of product acceptance reached 85%, 83%, 86% and 82% in colour/appearance, texture, odour/flavour and taste respectively. The two delivered incubators met the required standard, thereby making the household-scale production process of yoghurt safe for public consumption. Yoghurt ready for sale and kept at the room temperature remains fresh and does not suffer damage because the packaging is not inflated as before.Yoghurt that is ready to be sold and even kept at room temperature remains fresh and does not suffer damage ie. the packaging is not inflated as before.
Profil UMKM Keripik Pisang dan Kembang Goyang Kelurahan Keranggan, Kota Tangerang Selatan Muhami Muhami; Syahril Makosim; Darti Nurani; Indrati Sukmadi
Intervensi Komunitas Vol 1 No 2 (2020)
Publisher : ITB Ahmad Dahlan Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32546/ik.v1i2.638

Abstract

Untuk mewujudkan program Kelurahan Keranggan di Kota Tangerang Selatan, sebagai pusat pengrajin produk pangan olahan, maka minimal produk pangan olahan mempunyai kualitas yang baik, dan UMKMnya mampu berproduksi secara rutin. Keripik pisang dan kembang goyang merupakan bagian dari produk unggulan Kelurahan Keranggan. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah mendapatkan profil UMKM keripik pisang dan kembang goyang. Selain itu tim juga ingin mengetahui cara pembuatan dari kedua produk tersebut, agar ke depan tim dapat membantu meningkatkan kualitas kedua produk UMKM tersebut. Untuk mendapatkan profil kedua UMKM, dilakukan pengambilan sampel dengan intrumen kuesioner. Kuesioner dibagi menjadi tiga bagian yaitu identitas responden, identifikasi UMKM, dan proses produksi. Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa UMKM keripik pisang dan kembang goyang di Kelurahan Keranggan, produksinya masih tergantung pada pesanan dan dengan modal terbatas. Kualitas keripik pisang dan kembang goyang masih memerlukan perbaikan. UMKM keripik pisang dan kembang goyang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai bagian dari pusat produk pangan olahan Keranggan. Pada umumnya para UMKM cukup handal dalam mengelola usahanya. Untuk menjadi pusat produk pangan olahan diperlukan perhatian khusus dari aparat Kelurahan, khususnya dalam hal bantuan permodalan, dan sarana promosi, misalkan website tentang produk pangan olahan Keranggan. Selain itu juga perlu campur tangan institusi pendidikan untuk meningkatkan kualitas produk.