Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Perbedaan Derajat Ansietas antara Penyandang Hipertensi Belum Terkontrol dengan yang Terkontrol Sugeng, Cerelia E. C.; Moeis, Emma Sy.; Rambert, Glady I.
e-CliniC Vol 7, No 2 (2019): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.7.2.2019.26283

Abstract

Abstract: Hypertension and anxiety are among the group of the most common chronic disease worldwide, and according to numerous studies they are oftentimes associated each other. Patients suffered from chronic illnesses, such as hypertension, may have negative emotion that increases the risk of mental disorders, most commonly anxiety disorder. This study was aimed to assess the difference of anxiety degree between uncontrolled and controlled hypertensive patients. This was an observational analytical study with a cross-sectional design. Subjects were divided into two groups: controlled and uncontrolled hypertensive patients. Measurement of blood pressure parameter was performed by using office blood pressure monitoring. Anxiety parameter was classified based on the scoring of the Generalized Anxiety Disorder Scale (GAD-7). Data were analyzed by using the Mann-Whitney test. Subjects consisted of 60 hypertensive patients (35 males and 25 females), aged 30-70 years (mean 56.48 years). There were 35 controlled hypertension patients and 22 uncontrolled hypertensive patients. The results showed that the difference in anxiety degree based on GAD-7 between controlled hypertensive and uncontrolled hypertensive groups obtained a p-value of 0.000. In conclusion, there was a significant difference in anxiety degree between uncontrolled and controlled hypertensive patients. Screening for anxiety among hypertensive patients is a simple and cost-effective tool that may improve outcomes.Keywords: anxiety, uncontrolled hypertension, controlled hypertension Abstrak: Hipertensi dan ansietas merupakan kelompok penyakit kronik yang paling umum di seluruh dunia. Berdasarkan banyak penelitian kedua penyakit ini saling berhubungan satu sama lain. Penyandang hipertensi mungkin memiliki emosi negatif yang meningkatkan risiko terjadinya gangguan mental berupa ansietas. Ansietas dan dukungan sosial rendah akan menghambat proses penyembuhan terutama dalam mengontrol tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk menge-tahui apakah terdapat perbedaan derajat ansietas antara penyandang hipertensi belum terkontrol dengan hipertensi terkontrol. Jenis penelitian ialah analitik observasional dengan desain potong lintang. Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok penyandang hipertensi belum terkontrol dan hipertensi terkontrol. Pengukuran parameter tekanan darah dilakukan dengan menggunakan alat Oscillometric digital dengan cara Office Blood Pressure Monitoring (OBPM). Parameter ansietas diklasifikasikan berdasarkan skala Generalized Anxiety Disorder Scale (GAD-7). Adanya perbedaan derajat ansietas antara kedua kelompok dinilai dengan uji Mann-Whitney. Subyek penelitian terdiri dari 60 penyandang hipertensi (35 laki-laki dan 25 perempuan) berusia 30-70 tahun (rerata 56,48 tahun). Terdapat 25 penyandang hipertensi yang belum terkontrol dan 35 penyandang hipertensi terkontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan derajat ansietas berdasarkan GAD-7 antara kedua kelompok (p=0,000). Simpulan penelitian ini ialah terdapat perbedaan bermakna dalam derajat ansietas antara penyandang hipertensi yang belum terkontrol dengan yang terkontrol. Skrining ansietas pada penyandang hipertensi merupakan modalitas penting dalam penatalaksanaan penyandang hipertensi.Kata kunci: ansietas, hipertensi belum terkontrol, hipertensi terkontrol
Gambaran eritrosit urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Sinaga, Gracia S.; Rambert, Glady I.; Wowor, Mayer F.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14648

Abstract

Abstract: Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis remains a major global health problem and ranks as the second leading cause of death from an infectious disease worldwide. Anti-tuberculosis drugs, such as streptomycin and rifampicin are nephrotoxic. If the kidney function decreased, especially the glomerulus there can be found blood cells in the urine. A small number of erythrocytes may be found in normal urine, about 0-2 cells per HPF (High Power Field). But more than three erythrocytes per HPF is generally considered hematuria. This study aims to describe about how the urine erythrocytes in adult pulmonary tuberculosis patients at RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Research design used is descriptive observational research. Samples were urine samples of all pulmonary tuberculosis patients that suit to inclusion criteria. This study was conducted from October to November 2016. The results of chemical urinalysis of urine erythrocytes are negative in 20 patients and positive in 10 patients, while the results of microscopic urinalysis of urine erythrocytes are normal in 26 patients and hematuria in 4 patients. Conclusion: Hematuria mostly found in males, age 56-65 years old, default tuberculosis type, the first category of anti-tuberculosis drugs, the duration of therapy about 3-4 months, and in patients with comorbid disease.Keywords: pulmonary tuberculosis, urinalysis, hematuria Abstrak: Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia dan menduduki peringkat kedua penyebab kematian oleh penyakit infeksi di dunia. Obat anti-tuberkulosis seperti streptomisin dan rifampisin memiliki efek nefrotoksik. Apabila fungsi ginjal terutama glomerulus telah rusak maka dapat ditemukan adanya eritrosit dalam urin. Pada urin normal terdapat eritrosit sekitar 0-2 sel/LPB. Jika ditemukan 3 sel/LPB atau lebih, maka disebut hematuria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran eritrosit urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional. Sampel penelitian adalah sampel urin sewaktu dari semua pasien tuberkulosis paru yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian dilakukan sejak Oktober-November 2016. Dari hasil pemeriksaan eritrosit urin secara kimia didapatkan hasil negatif pada 20 pasien dan hasil positif pada 10 pasien, sedangkan pemeriksaan mikroskopis eritrosit urin ditemukan hasil normal pada 26 pasien dan hasil hematuria pada 4 pasien. Simpulan: Hematuria didapatkan lebih banyak pada pasien laki-laki, pada kelompok usia 56-65 tahun, pada jenis kasus putus obat, pada jenis pengobatan kategori 1, pada lama pengobatan 3-4 bulan, dan pada pasien dengan penyakit penyerta. Kata kunci: tuberkulosis paru, urinalisis, hematuria
Gambaran Keton Urin pada Primigravida Trimester 1 dengan Hiperemesis Gravidarum di RS Islam Sitti Maryam Manado Karmila, Nunung; Mongan, Arthur E.; Rambert, Glady I.
e-Biomedik Vol 7, No 1 (2019): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v7i1.22622

Abstract

Abstract: Hyperemesis gravidarum could cause weight loss of more than 5%, dehydration, and electrolyte loss. In this condition the body will metabolize fat, therefore, there is an increase in ketone level in the blood (ketosis) which can deplete the body's base reserve and cause acidosis as well as ketones in the urine (ketonuria). In some cases it can cause fetal death or even the mother. This study was aimed to obtain the description of urinary ketone in primigravids in first trimester with hyperemesis gravidarum in Manado. This was an observational descriptive study with a cross sectional design. Urine samples were taken by using non-probability sampling with consecutive sampling. The results showed 10 primigravids in first trimester with hyperemesis treated at Sitti Maryam Islamic Hospital Manado during November-December 2018. Based on the laboratory tests performed on all subjects, there were 3 primigravids (30%) who had ketonuria. Conclusion: Some primigravids in first trimester with hyperemesis gravidarum had ketonuria.Keywords: primigravids, first trimester, hyperemesis, ketonuria Abstrak: Pada hiperemesis gravidarum dapat terjadi penurunan berat badan hingga lebih dari 5%, dehidrasi, dan kehilangan elektrolit. Pada keadaan ini tubuh akan memetabolisme lemak sehingga terjadi peningkatan kadar keton dalam darah (ketosis) yang dapat menghabiskan cadangan basa tubuh dan menyebabkan asidosis serta terdapatnya keton dalam urin (ketonuria). Pada beberapa kasus dapat terjadi kematian janin maupun ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keton urin pada primigravida trimester I dengan hiperemesis gravidarum di Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Sampel urin diambil dengan cara non-probability sampling jenis consecutive sampling. Hasil penelitian mendapatkan subyek penelitian yang terdiri dari 10 primigravida trimester 1 dengan hiperemesis yang dirawat di RS Islam Sitti Maryam Manado selama bulan November-Desember 2018. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dari 10 subyek (100%) terdapat 3 primigravida (30%) yang mengalami keton-uria. Simpulan: Sebagian primigravida trimester I dengan hiperemesis gravidarum mengalami ketonuria.Kata kunci: primigravida, trimester 1, hiperemesis, ketonuria
Gambaran kadar natrium dan klorida pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non-dialisis Tambajong, Ryan Yefta; Rambert, Glady I.; Wowor, Mayer F.
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.12200

Abstract

Abstract: Chronic kidney disease (CKD) is a pathophysiological process with a variety of etiology, causing a progressive decline in kidney function, and generally ends with kidney failure. Although significant progress has been made for the treatment of CKD, it was not satisfying yet, especially at the final stage of the disease. Reducing salt intake is one of the options. Approximately, 60% of non-dialysis CKD patients suffered from hyponatremia with normal chloride levels. This study aimed to obtain the profile of the sodium and chloride levels in non-dialysis CKD patients. This was a descriptive study and was carried out at two hospitals, Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado and Advent Hospital Manado. Samples were blood samples of 35 patients suffering from stage 5 non-dialysis CKD determined by using consecutive sampling of non-probability sampling model. The results showed that based on the laboratory result, there were 19 patients diagnosed with stage 5 non-dialysis CKD with hyponatremia (54.3%) and 19 patients with imbalance chloride levels consisted of 8 patients with hypochloremia (22.9%) and 8 patients with hyperchloremia (22.9%). Conclusion: In stage five non-dialysis chronic kidney disease patients, sodium and chloride imbalance commonly occurred as hyponatremia, however, hypo and hyperchloremia had the same occurence. Keywords: sodium level, chloride level, stage 5 chronic kidney disease, non-dialysis Abstrak: Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisologis dengan etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Meskipun kemajuan signifikan telah diperoleh dalam pengobatan PGK, hasil pengobatan tersebut belum memuaskan, terutama pada pasien dengan tahap akhir penyakit. Pengurangan asupan garam ialah salah satu opsi tersebut. Sekitar 60% dari pasien PGK non-dialisis mengalami hiponatremia dengan kadar klorida yang masih normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar natrium dan klorida pada pasien PGK stadium 5 non-dialisis. Jenis penelitan ini deskriptif. Penelitian dilakukan pada dua rumah sakit, yaitu RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan Rumah Sakit Advent Manado. Sampel penelitian ialah sampel darah dari 35 pasien yang menderita PGK stadium 5 non-dialisis yang ditentukan dengan cara non-probability sampling jenis consecutive sampling. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan terdapat 19 pasien (54,3%) yang terdiagnosis PGK stadium 5 non-dialisis mengalami hiponatremia dan 19 pasien mengalami gangguan keseimbangan kadar klorida, yang terdiri dari 8 pasien (22,9%) mengalami hipokloremia dan 8 pasien (22,9%) mengalami hiperkloremia. Simpulan: Pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non-dialisis, gangguan keseimbangan kadar natrium dan klorida yang sering terjadi ialah hiponatremia, sedangkan kejadian hipokloremia dan hiperkloremia ditemukan sama banyak.Kata kunci: kadar natrium, kadar klorida, penyakit ginjal kronik stadium 5, non dialisis
Gambaran Protein Urin pada Primigravida Trimester I dengan Riwayat Orang Tua Hipertensi di Kota Manado Sucindrawati, Ni L. A.; Rambert, Glady I.; Berhimpon, Siemona
eBiomedik Vol 7, No 1 (2019): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.7.1.2019.23531

Abstract

Abstract: Proteinuria is an excessive excretion of protein in urine. It is defined as 300 mg or more potein within 24 hours or 30 mg/Dl (+1 dipstick ) permanently in random urine samples. The main cause of proteinuria in pregnant woman is any desease associated with damage of the urinary tract organs. Furthermore, other causes of proteinuria in pregnant woman are pre-eclampsia and eclampsia, influenced by parental history of hypertension. This study was aimed to obtain the protein level in first trimester of primigravidas with parental history of hypertension in Manado. This was an observational descriptive study with a cross sectional design. Subjects were taken by using non-probality sampling consecutive sampling type to obtain urine samples from all subjects that matched the criteria and the specified time. The results showed that of 15 urine samples, there were 9 samples of positive protein (60%). Conclusion: Protein was found in urine samples of some primigravidas with parental history of hypertension in Manado.Keywords: proteinuria, pre-eclampsia, parental history of hypertension Abstrak: Proteinuria adalah ekskresi protein berlebihan dalam urin. Proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam 24 jam atau 30mg/dL (1+ dipstik) secara menetap pada sampel acak urin. Penyebab utama terjadinya proteinuria pada ibu hamil ialah penyakit yang berhubungan dengan kerusakan pada organ sistem traktus urinarius. Penyebab lain dari munculnya proteinuria pada wanita hamil ialah pre-eklampsia dan eklampsia, dan dipengaruhi oleh faktor riwayat hipertensi pada orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar protein urin pada primigravida trimester I dengan riwayat orang tua hipertensi di Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Subyek penelitian diambil dengan cara non-probability sampling jenis consecutive sampling untuk mendapatkan urin dari semua subyek yang sesuai dengan kriteria dan waktu yang ditentukan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 15 sampel urin, terdapat 9 sampel dengan positif protein (60%). Simpulan: Protein urin didapatkan pada sebagian primigravida dengan riwayat orang tua hipertensi di Kota Manado.Kata kunci: proteinuria, pre-eklampsia, riwayat hupertensi pada orang tua
Gambaran keton urin pada pasien dewasa dengan tuberkulosis paru di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Wibowo, H.Silvio B.; Rambert, Glady I.; Wowor, Mayer F.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14653

Abstract

Abstract: Tuberculosis is chronic infection caused by Mycobacterium Tuberculosa. Patient with tuberculosis it could lead to reduction of appetite and vomit cause by side effects of tuberculosis medication. This condition can lead to formation of ketone bodies as a consequence of inadequate glucose level. Its excessive level in the body will be also excreted in the urine (ketonuria) and its existence in urine is abnormal. This study was aimed to find the keton urine in adult patient with pulmonary tuberculosis at Prof. R. D. Kandou Hospital Manado. This was a descriptive observational study with consecutive sampling method from October-November 2016. Samples were mid-stream urine of 30 adult patients with pulmonary tuberculosis that met the inclusion criteria. The results showed that 25 patients (84%) had normal urine (negative ketonuria), 3 patients (10%) with trace result, 1 patients with low ketonuria, and a patient with moderate ketonuria. Conclusion: Most of the patients had normal urine (negative ketonuria).Keywords: pulmonary tuberculosis, urinalysis, keton. Abstrak: Tuberkulosis merupakan infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterim Tuberculosa. Pasien dengan tuberkulosis dapat mengalami penurunan nafsu makan juga muntah oleh karena efek samping obat. Hal ini dapat mencetuskan terbentuknya badan keton dalam tubuh oleh karena pasokan glukosa yang kurang. Keton dapat digunakan sebagai energi pengganti yang didapat dari metabolisme lemak. Jumlahnya yang berlebih juga akan keluar didalam urin (ketonuria) dan keberadaanya dalam urin bukanlah keadaan yang normal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran keton urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. R. D. Kandou. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dan pengambilan sampel dengan consecutive sampling dari bulan Oktober–November 2016. Sampel penelitian ialah urin sewaktu pada 30 pasien dewasa dengan tuberkulosis paru yang telah memenuhi kriteria inklusi. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dari 30 pasien dewasa dengan tuberkulosis paru didapatkan sebanyak 25 pasien (84%) dengan hasil normal atau negative, 3 pasien (10%) dengan hasil trace, 1 pasien (3%) dengan low dan moderate. Simpulan: Gambaran keton urin pada penelitian ini sebagian besar didapat hasil normal. Kata kunci: tuberkulosis paru, urinalisis, keton.
Gambaran Kadar Asam Urat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 yang Belum Menjalani Hemodialisis Mantiri, Inri N.R.I.; Rambert, Glady I.; Wowor, Mayer F.
e-Biomedik Vol 5, No 2 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i2.17651

Abstract

Abstract: Uric acid is the end product of purine metabolism derived from metabolism in the body and from outside the body (food source). Hyperuricemia is a condition of uric acid level above normal (3.5-7 mg/dL in males and 2.6-6 mg/dL in females). Hyperuricemia due to renal diseases is a risk factor of the progressivity of the disease. This study was aimed to obtain the profile of uric acid level in patients with stage 5 non-dialysis chronic kidney disease (CKD). This was a descriptive observational study. Samples were 35 blood samples of in-patients and out-patients with stage 5 non-dialysis CKD at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital and Advent Hospital Manado during Deember 2015 to January 2016. The laboratory test showed that 80% of patients had increased uric acid levels >7 mg/dL. Conclusion: Most patients with stage 5 non-dialysis chronic kidney disease had increased uric acid levels.Keywords: uric acid, stage 5 non-dialysis chronic kidney disease Abstrak: Asam urat merupakan produk akhir metabolism purin yang berasal dari baik dari metabolism dalam tubuh dan berasal dari luar tubuh (makanan). Hiperurisemia adalah keadaan dimana kadar asam urat darah di atas nilai normal (3,5-7 mg/dL pada pria dan 2,6-6 mg/dL pada wanita). Hiperuresemia yang disebabkan oleh penyakit ginjal dianggap sebagai factor risiko progresivitas penyakit ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar asam urat pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non-dialisis. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional. Sampel penelitian ialah sampel darah dari semua pasien rawat jalan maupun rawat inap yang menderita penyakit ginjal kronik stadium 5 non-dialisis dalam kurun waktu Desember 2015-Januari 2016 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou dan RS Advent Manado. Hasil pemeriksaan laboratorium dari 35 pasien yang terdiagnosis penyakit ginjal kronik stadium 5 non-dialisis memperlihatkan peningkatan kadar asam urat >7 mg/dL pada 80% sampel. Simpulan: Terdapat peningkatan kadar asam urat pada sebagian besar pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non-dialisis.Kata kunci: asam urat, penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis
Gambaran bilirubin dan urobilinogen urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Makay, Faleriano; Rambert, Glady I.; Wowor, Mayer F.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14767

Abstract

Abstract: Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacillus Mycobacterium tuberculosis. Antituberculosis drugs prescribed to TB patients is hepatotoxic drug. Liver damage caused by side effects of the drugs will cause an alteration in urinary bilirubin and urobilinogen level. This study was aimed to obtain the profile of urinary bilirubin and urobilinogen in adult pulmonary tuberculosis patients at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from October to November 2016. This was an observational descriptive study. Samples obtained by using random sampling urine from all pulmonary tuberculosis patient that met the inclusion criteria. The results showed that according to urinary bilirubin and urobilinogen examination in 30 patients, most of them were in normal level. Only 6 out of 30 patients has bilirubinuria in this urinary bilirubin examination. In urinary urobilinogen examination, all results is in normal level. Conclusion: Urinary bilirubin and urobilinogen examination in this research was normal in general, bilirubinemia was found only in some patients.Keywords: pulmonary tuberculosis, urinary bilirubin, urinary urobilinogen Abstrak: Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Obat antituberkulosis yang diberikan pada pasien TB bersifat hepatotoksik. Kerusakan hepar yang disebabkan oleh efek samping obat tersebut akan menyebabkan perubahan pada kadar bilirubin dan urobilinogen urin. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran bilirubin dan urobilinogen urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional, untuk mendapatkan data tentang bilirubin dan urobilinogen urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada Oktober-November 2016. Sampel penelitian adalah sampel urin sewaktu dari semua pasien tuberkulosis paru yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian memperlihatkan berdasarkan pemeriksaan bilirubin dan urobilinogen urin pada 30 pasien, sebagian besar kadarnya normal. Hanya 6 dari 30 pasien yang mengalami bilirubinuria pada pemeriksaan bilirubin urin. Pada pemeriksaan urobilinogen urin semua hasil dalam batas normal. Simpulan: Pemeriksaan bilirubin dan urobilinogen urin pada umumnya normal, hanya beberapa pasien yang mengalami bilirubinuria.Kata kunci: tuberkulosis paru, bilirubin urin, urobilinogen urin
Gambaran kadar ureum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis Loho, Irendem K. A.; Rambert, Glady I.; Wowor, Mayer F.
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.12658

Abstract

Abstract: Chronic kidney disease (CKD) is a pathophysiological process with diverse etiology, resulting in a progressive decreased in renal function, and generally ends up with kidney failure. In CKD patient, the level of urea increases -uremia- a clinical syndrome that occurs in all organs due to the increased level of urea. During catabolism process, protein is broken down into amino acids and deamination ammonia which is further synthesized to become urea. Increased level of urea depends on the glomerular filtration rate (GFR). Decreased of GFR (<15ml / min) can cause renal failure and uremia. This study aimed to determine the levels of urea in patients with stage 5 CKD non-dialysis. This was an observational descriptive study. This study was conducted from December 2015 to January 2016 at two hospitals, Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital and Adventist Hospital Manado. Samples were blood samples of all patients suffering from CKD stage 5 non-dyalisis within the specified time. The results of laboratory tests showed that of 35 patients diagnosed with stage 5 CKD non-dialysis all had increased urea levels (100%). Conclusion: There was an increase in urea level of patients with stage 5 chronic kidney disease non-dialysis either of outpatients or inpatients.Keywords: urea serum, stage 5 non-dialysis chronic kidney disease.Abstrak: Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan suatu proses patofisiologi dengan etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Umumnya pada PGK terjadi peningkatan kadar ureum dan mengakibat-kan terjadinya uremia yaitu suatu sindrom klinik yang terjadi pada semua organ akibat meningkatnya kadar ureum. Dalam proses katabolisme, protein dipecah menjadi asam amino dan deaminasi ammonia yang selanjutnya disintesis menjadi urea. Peningkatan kadar ureum bergantung pada tingkat laju filtrasi glomerulus (LFG). Pada penurunan LFG (<15ml/mnt) dapat terjadi gagal ginjal dan uremia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar ureum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non-dialisis. Jenis penelitian ini ialah deskriptif observasional. Penelitian dilakukan sejak Desember 2015-Januari 2016 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou dan RS Advent Teling Manado. Sampel penelitian ialah sampel darah dari semua pasien yang menderita penyakit ginjal kronik stadium 5 nondialisis dalam kurun waktu yang ditentukan. Hasil pemeriksaan laboratorium dari 35 pasien yang terdiagnosis penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis memperlihatkan peningkatan kadar ureum serum (100%). Simpulan: Terjadi peningkatan kadar ureum serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non-dialisis baik yang dirawat jalan maupun dirawat inap.Kata kunci: ureum, penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis
Gambaran pemeriksaan makroskopis urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Mustikawangi, Vivin; Rambert, Glady I.; Wowor, Mayer
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14647

Abstract

Abstract: Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium Tuberculosis. Anti-tuberculosis drugs have nephrotoxic and hepatotoxic side effect. Renal and liver damage caused by the side effect of anti-tuberculosis drugs will make some changes in macroscopic urinalysis. Research Objective: To understand the description of macroscopic urinalysis on pulmonary tuberculosis patients in RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Research Method: Observational descriptive, to obtain the data of macroscopic urinalysis on pulmonary tuberculosis patients conducted in October - November 2016 at RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.The research samples were random urine specimen and 24-hour urine specimen that meet with the predefined criteria. Result: Based on macroscopic urinalysis results on 30 patients, almost all of the colour, odour, clarity and volume examination results were normal. Only a couple of patients have macroscopic changes. Although in colour examination, rifampicin changes urine colour to orange. Conclusion: Based on the result, it can be concluded that macroscopic urinalysis on pulmonary tuberculosis patients either in-patient or out patient showed that there are no abnormalities in almost all of them.Keywords: pulmonary tuberculosis, urinalysis, macroscopic examination Abstrak: Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Obat yang diberikan pada pasien TB bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik. Kerusakan ginjal dan hati yang disebabkan oleh efek samping obat tersebut akan menunjukkan perubahan pada pemeriksaan makroskopis urin. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui gambaran pemeriksaan makroskopis urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Metode Penelitian: deskriptif observasional, untuk mendapatkan data tentang pemeriksaan makroskopis urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa yang dilakukan sejak oktober-november 2016 di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Sampel penelitian adalah sampel urin sewaktu dan 24 jamdari semua pasien tuberkulosis paru yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Hasil: Berdasarkan urinalisis pemeriksaan makroskopis pada 30 pasien, pemeriksaan warna, bau, kejernihan, dan volume sebagian besar normal. Hanya beberapa pasien yang mengalami perubahan makroskopis.Pada pemeriksaan warna, pemakaian rifampisin menyebabkan urin berwarna jingga. Simpulan: dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa antara pemeriksaan makroskopis urin dengan pasien tuberkulosis paru dewasa baik yang dirawat inap maupun rawat jalan menunjukan hampir semua tidak ada kelainan. Kata kunci: tuberkulosis paru, urinalisis, pemeriksaan makroskopis