Muhidin Arifin
Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara, Bandung, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Model Kepemimpinan Pendidikan Masa Depan Berbasis Agama, Filsafat, Psikologi dan Sosiologi Muhidin Arifin; Ujang Nurjaman
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol 16, No 1: Al Qalam (Januari 2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35931/aq.v16i1.818

Abstract

Dewasa ini, dibutuhkan sosok pemimpin yang mampu memimpin dan menjadi teladan bagi bawahannya untuk bersama melakukan perubahan ke arah positif. Kepemimpinan merupakan suatu hal yang dinamis, berubah, dan berkembang sesuai masanya sehingga banyak konsep gaya kepemimpinan yang berkembang. Permasalahan dalam makalah ini adalah Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan dalam makalah ini, yaitu: Bagaimana Model kepemimpinan pendidikan masa depan berbasis agama, filsafat, psikologi, dan sosiologi. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahuii, menganalisis dan mendapatkan informasi model kepemimpinan pendidikan masa depan berbasis agama, filsafat, psikologi, dan sosiologi. Hasil kajian ini menyebutkan bahwa model kepemimpinan berbasis agama meletakkan dasar teologis yaoitu Alquran yang relative banyak memberikan karakteristik kepemimpinan, dari aspek filsafat kepemimpinan mengacu dalam beberapa prinsip Filsafat ini mengakui bahwa yang abadi adalah nilai-nilai dan bukan sesuatu yang kelihatan. Kehidupan manusia adalah perwujudan dari nilai-nilai yang abadi. Dalam filsafat nilai yang terpenting adalah esensi dari kehidupan manusia. Dari basis pskiologis kepemimpinan bersinggungan dengan optimism dan harapan, sedangkan dari basis sosiologis Pemimpin merupakan figur sentral dalam kelompok sosial atau masyarakat, sesuai dengan posisi yang ditempatinya dia memegang peran penting dalam mengatur kelangsungan hidup kelompok, seperti membina hubungan antar peribadi, menciptakan suasana yang harmonis, mengatasi ketegangan dan konflik.
Permasalahan Dalam Reformasi Birokrasi Dalam Sektor Pendidikan Muhidin Arifin; Fahrizal Akhiruddin
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol 16, No 3: Al Qalam (Mei 2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35931/aq.v16i3.981

Abstract

Berdasarkan data dalam Education for All (EFA) Global Monitroring Report 2011 yang dikeluarkan UNESCO menunjukkan bahwa indeks pembangunan pendidikan Indonesia berada pada urutan 69 dari 127 negara yang disurvei atau turun empat tingkatan jika dibandingkan hasil survei sebelumnya yang menempatkan Indonesia pada urutan ke 65. Keberhasilan suatu negara memiliki relevansi yang signifikan dengan kualitas pendidikan yang diselenggarakan. Sedangkan kualitas pendidikan berbanding lurus dengan kejelasan tujuan dan arah kebijakan yang hendak dicapai. Standar kualitas merupakan perwujudan dari komitmen kolektif untuk menjadi bangsa yang unggul, maju, dan berperadaban. Oleh karena itu, keunggulan pendidikan menjadi indikator majunya suatu bangsa, sebaliknya rendahnya daya saing bangsa merupakan pencerminan dari rendahnya kualitas pendidikan yang dihasilkan. Reformasi pendidikan merupakan suatu keharusan. Sebab, cara-cara yang selama ini diiaksanakan dalam pengelolaan pendidikan tidak akan dapat memecahkan persoalan-persoalan yang muncul saatini. Krisis moneter dan ekonomi yang diikuti oleh krisis politik, kepercayaan dan keamanan, mempercepat realisasi reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan yang diperiukan bersifat menyeluruh dan mendasar, menyangkut dimensi kultural-fondasional, politik-kebijakan, teknis-operasional, dan, dimensi kontekstual. Tambal sulam dalam dunia pendidikan saat ini harus dihindarkan, sebab hanya akan berakibat menunda datangnya bencana yang lebih parah iagi. Betapapun Reformasi merupakan suatu keharusan, tetap saja akan muncul resistensi yang menghambat jalannya reformasi.