Penelitian ini dilatar belakangi adanya kontraproduktif masyarakat pemerintah desa dalam mengembangkan objek wisata desa. Sedangkan potensi desa memiliki cagar budaya berupa makam dan masjid Kiai Imam Puro salah seorang tokoh penyebar agama Islam pertama kali di Ponorogo bagian barat tahun 1748 M dan banyak dikunjungi peziarah tidak kurang 1000 orang setiap tahunnya. Potensi lain seperti paguyuban kesenian kebo bule, reog, pengrajin UMKM, pasar, dan lahan kosong di sekitar cagar budaya belum diberdayakan dengan baik. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan kepada publik tentang strategi pengembangan wisata pada objek wisata religi desa Sukosari Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Untuk mengumpulkan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD). Data primer diperoleh melalui informan kunci yaitu pengurus masjid dan makam Imam Puro, kepala desa Sukosari, tokoh masyarakat, ketua paguyuban seni dan budaya, peziarah makam, dan warga setempat. Adapun untuk data sekunder diperoleh melalui dokumen, manuskrip, buku sejarah, artikel, website dan sumber lain yang relevan dengan teman penelitian. Untuk menganalisis data peneliti menggunakan teknik analisis SOAR (Strangths, Opportunities, Aspirations, dan Results). Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pengembangan wisata desa yang dapat dikembangkan antara lain: pertama, Pengembangan pengelolaan cagar budaya berupa makam dan masjid Kyai Imam Puro; kedua, pemberdayaan kesenian kebo bule, reog, UMKM, dan potensi pasar untuk destinasi wisata desa; dan ketiga, pemanfaatan lahan kosong di sekitar makan dan masjid untuk rest area dan pertunjukan seni dan menjajakan produk-produk lokal.