Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KONSEP PEMIKIRAN DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN VOKASI UNTUK MENGHADAPI TUNTUTAN DUNIA KERJA Ratnata, I Wayan
Prosiding APTEKINDO Tahun 2010
Publisher : FTK Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dengan adanya kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional, untuk kedepan, bahwa perbandingan jumlah sekolah menengah kejuruan diharapkan lebih banyak dibandingkan dengan sekolah menengah atas (SMA). Hal ini bertujuan untuk menyiapkan tenaga terampil tingkat menengah yang banyak untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja baik di industri maupun dunia usaha.Saat ini masih ada kesan bahwa lulusan SMK, tingkat keterampilannya masih belum baik dan dikhawatirkan kalah bersaing dengan tenaga-tenaga kerja asing yang ada. Dengan kualitas lulusan SMK yang baik diharapkan mereka tidak hanya bekerja di Indonesia diharapkan mampu bersaing dengan tenaga kerja asing di luar negeri.Sering terdengar bahwa disatu sisi lulusan SMK cukup banyak, akan tetapi disisi lain lulusan yang mampu mandiri dan bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya masih sangat sedikit (terbatas). Tidak heran bahwa siswa-siswa SMK yang telah tamat (lulus) banyak yang tidak bekerja (menganggur), hal tersebut dikarenakan mereka belum mampu untuk menciptakan lapangan kerja sendiri (mandiri) demikian juga mereka belum siap untuk bekerja sesuai dengan tuntutan dunia kerja.Kesiapan ini tampak dari kualitas/mutu lulusan SMK masih perlu ditingkatkan, yaitu baik dari kemandiriannya maupun dari tingkat penalarannya. Sejalan dengan pernyataan di atas perlu ada langkah-langkah kongkrit untuk meningkatkan mutu lulusan SMK sehingga sesuai dengan harapan masyarakat maupun dunia usaha dan industri.Peningkatan mutu pendidikan, menyangkut pengendalaian komponen-komponen pendidikan yang menunjang terpenuhinya mutu pendidikan yang dibutuhkan dunia kerja. Komponen-komponen tersebut terdiri atas kebijakan mutu pendidikan, kurikulum, pembelajaran, fasilitas pendidikan, peserta didik, dan pendidik. Hasil dari proses pendidikan adalah kemampuan lulusan, sedang kriteria mutu lulusan adalah deskripsi kemampuan (kinerja) yang dituntut dunia kerja. Pengendalian mutu merupakan teknik dan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu.Kesimpulannya adalah dalam rangka pengembangan pendidikan vokasi untuk menghadapi tututan dunia kerja maka kualitas lulusan pendidikan sekolah menengah kejuruan (vokasi) perlu ditingkatkan sehingga lulusannya siap untuk memasuki dunia kerja. Para pelaksana pendidikan harus melaksanakan peran dan fungsinya sesuai dengan program kerja yang telah disusun, yaitu melalui perencanaan program pendidikan, pelaksanaan program, evaluasi program, dan tindak lanjut yang harus ditempuh untuk kearah penyempurnaan dan kemajuan pendidikan vokasi.
Efforts to Enhance the TVET Teachers Competencies through Apprenticeship Approach Pattern in Industry Ratnata, I Wayan
INVOTEC Vol 11, No 2 (2015)
Publisher : Faculty of Technological and Vocational Education-Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/invotec.v11i2.2146

Abstract

Facing ACFTA (ASEAN -  China Free Trade Area) in 2015 (ASEAN 2012), nations in the region must be ready with variety of challenges that will occur. In this paper will be  focusing how to prepare vocational teachers who will teach in vocational education in order to produce skilled graduates are ready for work and  appropriate to the demands of the world of company or industry. Up to now, the existence of vocational teacher education in the region ASEAN-China (RCP:2012) need to be improved, primarily in teaching learning process and need to have enough experience in company or industry. Indonesia is one of the member of the ASEAN’s Countries still experiences difficulty to improve vocational teachers’ education in order to be ready to teach. The most difficult in preparing of vocational teacher education is in terms of their skill. This study was using case study method,  in which data collected through interview in depth to students in Department of Electrical Engineering Education, Faculty of Vocational and Technology Education, Universitas Pendidikan Indonesia. According to the questionnaire done to vocational teachers, students who are doing teaching practice in vocational school, can be concluded that enhancing the quality of vocational teacher education cannot  just be provided through theory and  should also be provided  chance students doing apprenticeship in the world of industry or workplace. In this regard, seemingly it is necessary to have a breakthrough for increasing the students competencies in order fresh graduates are ready for work.
ANALISIS TEGANGAN TEMBUS KABEL INSTALASI LISTRIK Zikra Rufina; I Wayan Ratnata; Hasbullah _
ELECTRANS Vol 13, No 1 (2014): Volume 13, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Makalah ini membahas tentang pengujian tegangan tembus pada bahan isolasi kabel listrik.  Variabel yang diamati adalah nilai tegangan maksimum yang mampu ditahan isolasi kabel sampai terjadi tembus listrik (breakdown) dengan waktu pengujian 300 detik. Pengujian dilakukan di Laboratorium Tegangan Tinggi Universitas Pendidikan Indonesia dengan alat uji tegangan tinggi HV Test Transformer tipe HV 9105 dengan spesifikasi kapasitas maksimum tegangan sampai 100 kV. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur nilai tegangan uji normal bahan isolasi kabel apakah telah lolos uji atau tidak dari nilai standar yang telah ditetapkan oleh Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN), serta mengetahui sifat-sifat bahan isolasi kabel dan nilai tegangan minimum yang dapat menembus isolasi kabel serta besar arus bocor yang ditimbulkan. Pengujian dilakukan pada 11 sampel kabel tegangan rendah berisolasi PVC dan tegangan menengah berisolasi XLPE yang berlabel standar dan non-standar. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa kabel yang berlabel standar memiliki ketahanan isolasi yang baik karena mampu menahan tegangan yang lebih besar dari nilai pengenalnya dengan waktu tunda tembus lebih besar dari waktu kritis. Sedangkan kabel yang tidak standar memiliki ketahanan uji tegangan tembus isolasi kabel yang rendah.
Analisis Saluran Kabel Tegangan Rendah di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia Gilar Algifari; I Wayan Ratnata; Elih Mulyana
ELECTRANS Vol 14, No 1 (2016): Volume 14, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Low-voltage distribution cable has important role in electric power distribution system. This study aimed to find out power distribution network, drop voltage, losses, and Rupiah loss on low-voltage distribution cable in Indonesia University of Education (UPI), Bandung. UPI has their own electrical substation, so low voltage electricity managed by themselves. This research is conducted because of researcher’s interest in analyzing reliability of power distribution in UPI. Data was derived from measurement and calculation of load current from every substation which flows to switchgear in every building. Based on the result, the calculation is continued to find out the magnitude of voltage drop, losses (watt), and Rupiah loss. The magnitude of drop voltage and power losses in UPI’s low voltage distribution cable network are very good based on the value which is lower than assigned minimun limit by PT. PLN; +5% and -10%. In Rupiah, UPI losses Rp.398.573,- in January 2014.
KONSEP PEMIKIRAN DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN VOKASI UNTUK MENGHADAPI TUNTUTAN DUNIA KERJA I Wayan Ratnata
Prosiding APTEKINDO Tahun 2010
Publisher : FTK Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dengan adanya kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional, untuk kedepan, bahwa perbandingan jumlah sekolah menengah kejuruan diharapkan lebih banyak dibandingkan dengan sekolah menengah atas (SMA). Hal ini bertujuan untuk menyiapkan tenaga terampil tingkat menengah yang banyak untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja baik di industri maupun dunia usaha.Saat ini masih ada kesan bahwa lulusan SMK, tingkat keterampilannya masih belum baik dan dikhawatirkan kalah bersaing dengan tenaga-tenaga kerja asing yang ada. Dengan kualitas lulusan SMK yang baik diharapkan mereka tidak hanya bekerja di Indonesia diharapkan mampu bersaing dengan tenaga kerja asing di luar negeri.Sering terdengar bahwa disatu sisi lulusan SMK cukup banyak, akan tetapi disisi lain lulusan yang mampu mandiri dan bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya masih sangat sedikit (terbatas). Tidak heran bahwa siswa-siswa SMK yang telah tamat (lulus) banyak yang tidak bekerja (menganggur), hal tersebut dikarenakan mereka belum mampu untuk menciptakan lapangan kerja sendiri (mandiri) demikian juga mereka belum siap untuk bekerja sesuai dengan tuntutan dunia kerja.Kesiapan ini tampak dari kualitas/mutu lulusan SMK masih perlu ditingkatkan, yaitu baik dari kemandiriannya maupun dari tingkat penalarannya. Sejalan dengan pernyataan di atas perlu ada langkah-langkah kongkrit untuk meningkatkan mutu lulusan SMK sehingga sesuai dengan harapan masyarakat maupun dunia usaha dan industri.Peningkatan mutu pendidikan, menyangkut pengendalaian komponen-komponen pendidikan yang menunjang terpenuhinya mutu pendidikan yang dibutuhkan dunia kerja. Komponen-komponen tersebut terdiri atas kebijakan mutu pendidikan, kurikulum, pembelajaran, fasilitas pendidikan, peserta didik, dan pendidik. Hasil dari proses pendidikan adalah kemampuan lulusan, sedang kriteria mutu lulusan adalah deskripsi kemampuan (kinerja) yang dituntut dunia kerja. Pengendalian mutu merupakan teknik dan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu.Kesimpulannya adalah dalam rangka pengembangan pendidikan vokasi untuk menghadapi tututan dunia kerja maka kualitas lulusan pendidikan sekolah menengah kejuruan (vokasi) perlu ditingkatkan sehingga lulusannya siap untuk memasuki dunia kerja. Para pelaksana pendidikan harus melaksanakan peran dan fungsinya sesuai dengan program kerja yang telah disusun, yaitu melalui perencanaan program pendidikan, pelaksanaan program, evaluasi program, dan tindak lanjut yang harus ditempuh untuk kearah penyempurnaan dan kemajuan pendidikan vokasi.
Penerapan Teknologi Tepat Guna pada Pengolahan Limbah Rumah Tangga di Desa Sukajaya Kabupaten Bandung Barat Elih Mulyana; I Wayan Ratnata; Wasimudin Surya Saputra; Neris Peri Ardiansyah
Jurnal Ilmiah Teknologi Infomasi Terapan Vol. 7 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Widyatama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.587 KB) | DOI: 10.33197/jitter.vol7.iss1.2020.499

Abstract

This paper aims to describe the educational process of household waste management training by applying appropriate technology as part of human resources development in processing household waste. The participation of housewives and non-governmental organizations in this activity is part of increasing sensitivity to the environment to overcome the problem of household waste. The application of appropriate technology in processing household waste is a major part of the PKM (Community Service) activities of the Assisted Village, the technology of organic and inorganic waste chopping machines is used to produce semi-finished materials for compost and paving blocks, at that stage the technology is appropriate to provide added value in the process household waste treatment. The utilization of organic waste powder that is processed with EM4 produces solid compost, and inorganic waste can be processed as a base material for paving blocks. The results of the PKM in the Assisted Village have added value both in improving the quality of environmental cleanliness and increasing employment for the surrounding community in utilizing appropriate technology as a household waste processor.