Laila Abdul Jalil
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Ternate

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi

BENTENG KASTELA DAN SEBAB-SEBAB KEHANCURANNYA (THE KASTELA FORT AND CAUSES OF ITS DESTRUCTION) Laila Abdul Jalil
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 4 No. 1 (2018): Kindai Etam
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v4i1.33

Abstract

Pulau Ternate merupakan salah satu pulau di Maluku Utara yang menjadi penghasil rempah-rempah berupa pala dan cengkeh. Daya tarik rempah-rempah menjadi pemicu datangnya bangsa Eropa ke Nusantara dalam rangka menguasai sumber rempah-rempah yang kala itu menjadi komoditas paling diminati di pasar Eropa. Portugis menjadi bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Maluku, tepatnya ke Ternate. Kedatangan Portugis ke Ternate disambut dengan baik oleh SultanTernate. Portugis mendapatkan hak monopoli untuk berdagang rempah-rempah di Maluku serta diizinkan untuk mendirikan benteng pertama di Maluku, yakni Benteng Kastela yang berfungsi sebagai benteng pertahanan juga sebagai kantor dagang dan permukiman Portugis, sekaligus sebagai sekolah teologi pertama di Asia tenggara. Namun kini Benteng Kastela hanya tersisa reruntuhannya saja. Penelitian ini betujuan untuk mencari penyebab hancurnya Benteng Kastela. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sejarah pembangunan Benteng Kastela akan dicari melalui kajian pustaka dan observasi untuk mendapatkan gambaran sebenarnya mengenai tingkat kerusakan benteng. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penyebab kerusakan Benteng Kastela selain karena perang juga diakibatkan oleh bencana alam berupa erupsi Gunung Gamalama. Kata kunci: Ternate, Benteng Kastela, bencana alam, rempah-rempah Ternate is one of island in the North Mollucas that has produced spices especially nutmag and clove. The appeal of spices triggered Europeans arrival to dominate the source of spices which had been popular commodities in European market. Portuguese was the first of European nation came to Maluku, precisely to Ternate. Portuguese had been welcomed by Ternate’s Sultanate and got monopolly rights over spices and permits to build the first fort in Mollucas, namely Kastela fort which was not just as fortress but also trading office and Portuguese settlement as well as theological school. Presently, Kastela fort only remains ruins, so the study aims to gain the causes of Kastela fort destruction. The method in this research is using descriptive qualitative. The history of Kastela fort is collected by litterature and observation around Kastela fort conduct to get information about level of damage. The result shows that the damages of Kastela fort were not just by war, but also by natural disaster. Key words: Ternate, Kastela fort, natural disaster, spices
PEMBANGUNAN BENTENG NOSTRA SENORA DEL ROSARIO (THE ESTABLISHMENT OF NOSTRA SENORA DEL ROSARIO FORT) Laila Abdul Jalil
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 5 No. 1 (2019): Kindai Etam Volume 5 Nomor 1 November 2019
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2764.507 KB) | DOI: 10.24832/ke.v5i1.46

Abstract

Rempah-rempah menjadi daya tarik utama kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara. Cengkih, pala, dan fuli (bagian dalam buah pala yang berwarna merah dengan aroma harum) merupakan jenis rempah yang dicari. Rempah-rempah yang berasal dari Pulau Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan menjadi komoditas utama yang memiliki nilai tinggi dan diperebutkan oleh bangsa Eropa. Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang berhasil mencapai kepulauan rempah. Setelah menaklukkan Malaka pada tahun 1511, Alburqueque mengirimkan tiga kapal mencari kepulauan rempah. Kedatanganbangsa Portugis ke Maluku menjadi penanda awal hubungan bangsa Eropa dengan Nusantara hingga abad XX. Motivasi kedatangan bangsa Eropa yang didorong dengan semangat gold, gospel, dan glory memicu konflik yang berkepanjangan antara Eropa dan penduduk Maluku. Kedatangan Portugis ke Maluku disambut dengan baik oleh Sultan Ternate, Sultan Bayan (Abu Lais). Hubungan perdagangan yang baik antara Kesultanan Ternate dengan Portugis mendorong niat Portugis untuk membangun benteng di Ternate. Keinginan Portugis untuk membangun benteng mendapat izin dari Kesultanan Ternate. Tahap awal pengerjaan benteng dimulai pada tahun 1522. Daerah Kastela dipilih sebagai lokasi pembangunan benteng. Benteng ini merupakan benteng Portugis pertama di Nusantara. Selain sebagai pusat untuk perdagangan dan tempat tinggal bangsa Portugis, benteng pertama ini juga menjadi sekolah teologi pertama di Asia Tenggara. Benteng ini diberi nama Sao Joao Bautista atau Nostra Senora del Rosario yang berarti wanita cantik berkalung bunga mawar. Spices had attracted the arrival of Europeans to the archipelago. Cloves, nutmeg, and mace (the inside part of nutmeg which red color and fragrant) were the most wanted spices. The spices originating from the islands of Ternate, Tidore, Moti, Makian, and Bacan became a high value comodity which was contested by Europeans. Portuguese was the first Europeans to reach the spice islands. After conquering Malacca in 1511, Alburqueque sent three ships to discover the spice islands. The arrival of the Portuguese to Moluccas was a sign of the beginning of the relationship between Portugal and Maluku until XX century. Portuguese motivation arriving to Mollucas was driven by enthusiasm gold, gospel, and glory. The arrival of the Portuguese was welcomed by the Sultan of Ternate, Sultan Bayan (Abu Lais). Good trade relations between Portuguese and Ternate encouraged Portuguese intention to build a fort in Ternate. the Portuguese wish to build a fort got permission from the Sultan. In 1522, early of the fort construction began. Kastela area was chosen as the location for the fort construction. It become the first Portuguese fort in the archipelago. Other than as a trading centre and Portuguese residence, the fort was also the first theological school in Southeast Asia. The fort is named of Sao Joao Bautista or Nostra Senora del Rosario which means beautiful women with rose flowers.
BENTENG KALAMATA: TINJAUAN ASPEK PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN BENTENG [KALAMATA FORT: REVIEW OF SELECTION ASPECTS FOR BUILDING LOCATIONS] Laila Abdul Jalil
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 6 No. 1 (2020): KINDAI ETAM
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v6i1.60

Abstract

Sebelum pulau rempah ditemukan, rempah-rempah diperdagangkan di Malaka dengan harga sangat mahal. Untuk menguasai sumber rempah-rempah, Portugis mengirim ekspedisi penjelajahan ke timur dan tiba di Ternate pada tahun 1512. Kedatangan bangsa Portugis di Ternate memberi dampak dalam bidang bangunan terutama benteng. Salah satu benteng Portugis yang berada di Pulau Ternate adalah Benteng Kalamata. Benteng Kalamata menggunakan material yang berasal dari alam berupa terumbu karang dan batu andesit sebagai konstruksi bangunan yang direkatkan menggunakan kalero yaitu batu karang yang dibakar lalu ditumbuk menjadi kapur. Fungsi Benteng Kalamata selain sebagai benteng pertahanan juga berperan sebagai pos pengamatan aktivitas bangsa Spanyol yang menguasai Tidore serta sebagai gudang rempah-rempah terutama cengkeh. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang menjadi alasan penentuan pendirian benteng. Keterbaruan dari penelitian ini adalah mengkaji Benteng Kalamata dari aspek keletakannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Pengumpuan data dilakukan melalui tahap observasi di sekitar kawasan Benteng Kalamata untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi lingkungan dan selanjutnya dianalisis dengan penalaran induktif. Studi kepustakaan dilakukan untuk mengetahui sejarah pembangunan Benteng Kalamata. Tujuan dari penelitian ini untuk mengungkap fungsi lain dari Benteng Kalamata berdasarkan aspek keletakannya. Keterbaruan dari penelitian ini adalah mengkaji Benteng Kalamata dari aspek keletakannya. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa daerah Kayu Merah dipilih sebagai lokasi pembangunan Benteng Kalamata selain jarak pandang yang dekat ke Rum di Tidore yang menjadi daerah kekuasaan Spanyol, juga karena tersedianya terumbu karang dan batu andesit yang melimpah sebagai material untuk membangun benteng. Spices had been traded in Malacca with the very expensive rate before spices island was discovered., Portuguese sent an excursion to discover the east, and arrived in Ternate at 1521 to manage the supply of spices. The Portuguese arrival in Ternate had given an influence to the bulding area, mainly fortification. It can still be seen some of the forts in Ternate. One of them is Kalamata Fortress located in Kayu Merah Village, Ternate Selatan District, Ternate City. Kalamata Fort was built by nature substances such as coral reefs and andesite stone as development of bulding and glued together with kalero, coral reefs that were burned and crushed. The function of Kalamata is not only as a fortress but also as an observation post. This post had a duty to keep watch of Spanish activities who had managed the Tidore and spice warehouses especially cloves. The aim of this research is to reveal the establishment determining reasons of Kalamata Fort. This research uses descriptive analysis method. Data were collected through observation around fortress area to depict the environmental conditions, then it have been analyzed with inductive reasoning. Data were also obtain by reference studies of the Kalamatan historical construction. Furthermore, other functions of Kalamata Fort based on its layout as the novelty of this study will be revealed. The results of the study noted that Kayu Merah areas was chosen as the location where is Kalamata fortress constructed caused by the visibility closer to Rum, Spanish territory in Tidore, and the availability of coral reefs and andesite stone as the major of material building.