Aurika Sinambela
Departemen Radioterapi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Revolusi Teknik Radioterapi pada Karsinoma Nasofaring Aurika Sinambela; Nana Supriana
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 9, No 1 (2018): Volume 9 No.1 Januari 2018
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (994.715 KB) | DOI: 10.32532/jori.v9i1.71

Abstract

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah keganasan yang berasal dari sel epitel nasofaring. Laju insidens paling tinggi ada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.Perkembangan terapi radiasi menjadi revolusi tatalaksana KNF.Dalam beberapa dekade terakhir, akumulasi pengetahuan mengenai radiobiologi dan penentuan volume target, serta modalitas radiodiagnostik yang semakin maju memungkinkan revolusi teknik radiasi KNF.Peningkatan signifikan sintasan dan pengurangan toksisitas yang fatal pada terapi radiasi pasien KNF dapat dicapai setelah revolusi teknik radiasi dari era 2DRT, 3DCRT, hingga IMRT.
Peran Radiasi dalam Tatalaksana Retinoblastoma Aurika Sinambela; H.M Djakaria
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 8, No 2 (2017): Volume 8 No.2 Juli 2017
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (801.015 KB) | DOI: 10.32532/jori.v8i2.64

Abstract

Retinoblastoma merupakan keganasan orbita tersering pada anak. Leukokoria merupakan tanda utama pada 80% pasien, diikuti strabismus, penurunan visus, hingga perdarahan vitreus pada penyakit stadium lanjut. Retinoblstoma dapat bersifat unilateral maupun bilateral, herediter maupun non-herediter, di mana terjadi mutasi pada kedua alel gen RB1 pada lengan panjang kromosom 13 (13q14). Tujuan utama terapi retinoblastoma adalah penyelamatan hidup pasien dan tujuan sekundernya adalah penyelamatan bola mata dan fungsi penglihatan. Agar tujuan ini tercapai, diagnosis dini dan tatalaksana multimodalitas yang terdiri atas kemoterapi, terapi fokal, operasi, dan radiasi oleh tim multidisiplin diperlukan.  Laju sintasan retinoblastoma pada negara berkembang mencapai >95% namun pada negara sedang berkembang, mortalitas retinoblastoma masih tinggi, mencapai 40-70% karena keterlambatan diagnosis dan terapi.
Kompresi Medula Spinalis akibat Metastasis Aurika Sinambela; Irwan Ramli
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 9, No 1 (2018): Volume 9 No.1 Januari 2018
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (736.027 KB) | DOI: 10.32532/jori.v9i1.65

Abstract

Sebanyak 5 – 10% pasien kanker akan mengalami kompresi medulla spinalis akibat metastasis (KMSM). Penyakit ini terjadi saat tumor atau fragmen tulang menggeser dan menekan kedudukan medulla dalam kanalis spinalis. Gejala utama adalah nyeri punggung (83-95% pasien), dengan atau tanpa deficit motorik (82% pasien) dan sensorik (50-80% pasien).  Saat ini pencitraan terpilih untuk diagnosis kompresi medulla spinalis adalah MRI dengan kontras. Kondisi ini merupakan salah satu kegawatdaruratan onkologi, yang harus ditatalaksana segera setelah diagnosisnya ditentukan. Modalitas terapi yang tersedia saat ini adalah operasi, radioterapi, dan kortikosteroid. Sepertiga pasien dengan KMSM memiliki kesempatan hidup lebih dari 1 tahun setelah terapi, sehingga tatalaksana yang dipilih harus mempertimbangkan toksisitas dan morbiditas pasca terapi agar tercapai kualitas hidup yang optimal.