Isnaniah Hasan
Departemen Radioterapi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Brakhiterapi Nasofaring Isnaniah Hasan; Irwan Ramli
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 5, No 2 (2014): Volume 5 No.2 Juli 2014
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1005.082 KB) | DOI: 10.32532/jori.v5i2.27

Abstract

Kanker nasofaring adalah keganasan pada epitel nasofaring yang kejadiannya cukup tinggi di daerah Asia dan memiliki potensi kuratif dengan pengobatan radiasi, baik radiasi eksterna maupun brakhiterapi. Letak nasofaring yang berdekatan dengan basis kranii menyebabkan sulitnya tindakan operasi sehingga terapi dengan brakhiterapi akan memberikan keuntungan karena menempatkan sumber  radiasi  sangat dekat dengan target radiasi sehingga memungkinkan kecilnya volume jaringan normal yang akan diradiasi, dengan dosis yang sangat tinggi pada kanker dan dosis yang cukup pada batas antara kanker dan jaringan normal. Terdapat 3 kategori brakhiterapi, yaitu Brakhiterapi laju dosis rendah atau low dose rate (LDR), dosis menengah atau medium dose rate (MDR, dan dosis tinggi atau high dose rate (HDR) yang pemberiannya harus dengan menggunakan remote afterloader. Ada beberapa macam teknik brakhiterapi yang dilakukan,yaitu: teknik cetakan, teknik Massa-chusetts, implant interstitial permanen transnasal, dan teknik Rotterdam yang dilakukan di departemen radioterapi RSCM
Kematian Sel Akibat Radiasi Isnaniah Hasan; H.M Djakaria
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 4, No 2 (2013): Volume 4 No. 2 Juli 2013
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (935.462 KB) | DOI: 10.32532/jori.v4i2.14

Abstract

Radiasi pengion adalah salah satu modalitas terapi kanker terpenting, disamping bedah dan kemoterapi. Efek radiasi terhadap sistem biologi (radiobiologi) dibagi dalam tiga fase berdasarkan skala waktu,  yakni fisika, kimia dan biologi. Pada tingkat seluler dan molekuler, kematian sel terjadi karena energi radiasi dideposit pada inti sel DNA yang menyebabkan kerusakan rantai ganda DNA, kerusakan rantai tunggal DNA, pindah silang DNA, dan kehilangan basa DNA. Pemahaman tentang mekanisme kematian sel telah berubah dari kerusakan DNA secara langsung  menjadi efek bystander.
Standar Pengobatan Glioblastoma Multiforme Isnaniah Hasan; Sri Mutya Sekarutami
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol 5, No 2 (2014): Volume 5 No.2 Juli 2014
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1454.135 KB) | DOI: 10.32532/jori.v5i2.24

Abstract

Glioma adalah tumor otak yang berasal dari sel glia dan merupakan tumor otak yang pal-ing sering terjadi yaitu 51 % dibandingkan tumor otak primer yang lain dan Astrositoma adalah tipe tersering dari glioma dengan frekuensi >75%. Glioma terbagi dua menjadi low grade glioma (LGG) dan high grade glioma (HGG). High grade glioma atau disebut pula malignant glioma mengalami pertumbuhan tumor yang cepat walaupun jarang metastasis ke luar SSP. Glioblastoma multiforme (GBM) diklasifikasikan sebagai HGG WHO grade IV, dengan kejadian sekitar 75 % dari HGG. Dan umumnya terjadi pada usia dewasa dan angka harapan hidup glioblastoma hanya 12-15 bulan.