Maman A. Majid Binfas
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PROFESSIONAL MURABBI IN MUHAMMADIYAH AND NAHDLATUL ULAMA (NU) EDUCATION Maman A. Majid Binfas; Somariah Fitriani; Hasmawati Hasmawati
Iseedu: Journal of Islamic Educational Thoughts and Practices Vol 2, No 2 (2018): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/iseedu.v2i2.10262

Abstract

The term of Murabbi is identified with the task of educating their students to be professionally creative and innovative. The root word of professionalism is a profession, which is in general understood as an inborn gifted talent from God to human being. Muhammadiyah and Nahdatul Ulama (NU) as the Islamic biggest organizations in the Republic of Indonesia, understand the issue of such talent, not solely on the principles of the religion, but it can be combined with modern science that advances education competencies. Competent education can develop common sense of the students, promote and enlighten their lives. This article has aimed at recognizing, elaborating and understanding professional Murabbi in term of Muhammadiyah and NU education. The study employed historical studies as a part of qualitative research in a descriptive model to obtain the actual reality. Depth interviews with some public figures from both Muhammadiyah and NU and document analysis were conducted to collect the empiric data. The research has revealed that education run by Muhammadiyah and NU has been inclined to the creation of the appropriate individual nature, and professional capability to become change of agents based on the advanced principles of Islamic teachings, which its aim is to enlighten humanity. Additionally, the essence of Muhammadiyah and NU education is to humanize humans, based on the essence of human nature itself that always spreads compassion and has principles to the roots of imanan wahtisaban Kemurabbian (believe wholeheartedly and hope to get reward from Allah, God Almighty) without exploiting their students.
IMPLEMENTASI PARENTING DALAM DEMOKRASI SOCIETY PROGRAM BELAJAR DARI RUMAH (BDR) SEKOLAH DASAR DRAMAGA BOGOR Al Juska Sasni Akbar; Maman A. Majid Binfas
EDUCATE Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Program Studi Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Ibn Khaldun, Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/educate.v6i1.4261

Abstract

Esensi Physical Distancing dengan mengalihkan pembelajaran tatap muka ke dalam sistem pembelajran daring yang mengharuskan semua komponen untuk melakukan Program Belajar dari Rumah (BDR). Program ini mesti dilakukan dengan Demokrasi Society, baik oleh pendidik maupun orang tua, tiada lain guna berkontribusi untuk mendidik anak lebih maksimal di rumah secara daring.Tujuan penelitian ini, yakni untuk mengetahui parenting dimensi kontribusi orang tua dalam mewujudkan demokrasi society peserta didik dalam Program BDR di masa New Normal Covid-19. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalamHasil peneitian ini menunjukan bahwa (1). Peran orang tua dalam Program Belajar Dari Rumah (BDR) yaitu sebagai pembimbing, pendidik, dan pengasuh dalam mengembangkan potensi serta bakat anak sesuai dengan instruksi pembelajaran guru kelas, akan tetapi fungsi tersebut dianggap kurang maksimal karena dipengaruhi oleh rendahnya latar belakang pendidikan, sibuk bekerja dan kurangnya perhatian menyebabkan anak tidak termotivasi belajar, tidak mengerjakan tugas harian dan lebih memilih bermain. (2). Demokrasi Sociaty peserta didik dalam aspek perhatian, keadilan, pembimbingan dan arahan belajar dianggap tidak terpenuhi, dibuktikan dengan banyak peserta didik yang tidak mau ditemani belajar oleh orang tua mereka karena dianggap galak, tidak sabar dan bahkan terjadi kekerasan. (3). Orang tua memiliki hambatan sarana dan prasarana terbatas terutama ketiadaan handphone 4G yang menyebabkan sarana belajar, seperti group whatapps, video pembelajaran dan quis berbasis foam antara guru, komite sekolah dan orang tua menjadi tidak efektif dan efisien.