p-Index From 2019 - 2024
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Menara Perkebunan
. SISWANTO
Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Sintesis dan uji in vitro penghambatan nanokitosan-Cu terhadap pertumbuhan Fusarium oxysporum dan Colletotrichum capsici Sri WAHYUNI; Muhammad Alfian PRASETYO; Deden Dewantara ERIS; . PRIYONO; . SISWANTO
E-Journal Menara Perkebunan Vol 88, No 1 (2020): April, 2020
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.338 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v88i1.367

Abstract

Wilt and anthracnose are diseases on chili that cause substantial losses and even crop failure. Control of the diseases is generally carried out using chemical pesticides which are environmentally harmful. Therefore, the development of nanoparticles, such as nanochitosan-Cu, can be an environmentally friendly solution in controlling chili disease. The current technology in developing nanochitosan-Cu is green synthesis, which uses an effective reducing agent but non-toxic for plants and the environment. However, the process requires sonication, which is difficult to be adapted for scale-up production. This research aimed to synthesize and determine the formulation of nanochitosan –Cuusing magnetic stirrer method without sonication, and also to evaluate the antifungal ability of nanochitosan-Cu againstFusarium oxysporum and Colletotrichum capcisi causing wilt and anthracnose disease, respectively. Synthesis of nanochitosan-Cu was carried out at 50°C and 400 rpm of speed. Characterizations of nanochitosan-Cu were analyzed using SEM-EDX and PSA. In vitro antifungal activity test was carried out by food poisoning method.The results showed that the synthesis of nanochitosan-Cu using ionic gelation method can be carried out without sonication process, and produce round shape nanoparticles with 183.7 nm of diameter. The nanochitosan-Cu was effective against F. oxysporum and C. capsici, at a concentration of 100 ppm. It inhibited the growth of F. oxysporum and C. capsici by 100% and 92.38%, respectively.Layu dan antraknosa merupakan penyakit pada tanaman cabai yang menimbulkan kerugian besar bahkan gagal panen. Pengendalian penyakit tersebut umumnya dilakukan menggunakan pestisida kimia yang tidak ramah lingkungan. Untuk itu perlu dikembangkan biofungisida yang ramah lingkungan, salah satunya adalah nanopartikel kitosan-Cu. Teknologi pengembangan nanopartikel yang saat ini sedang berkembang adalah green synthesis, yaitu menggunakan reduktor yang efektif namun tidak toksik terhadap tanaman dan lingkungan. Proses sintesis ini membutuhkan sonikasi yang cukup sulit untuk diadaptasi pada skala produksi masal. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan sintesis nanopartikel kitosan-Cu dengan metode magnetic stirrer tanpa sonikasi, serta mengevaluasi kemampuan antifungi terhadap Fusarium oxysporum dan Colletotrichum capcisi penyebab layu dan antraknosa. Sintesis nanokitosan-Cu dilakukan pada suhu 50°C dengan kecepatan 400 rpm. Karakterisasi nanokitosan-Cu dilakukan menggunakan SEM-EDX dan PSA. Uji aktivitas antifungi secara in vitro dilakukan menggunakan metode peracunan makanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sintesis nanokitosan-Cu dengan metode gelasi ionik dapat dilakukan tanpa proses sonikasi dan menghasilkan nanopartikel berdiameter 183,7 nm dan berbentuk bulat. Nanokitosan-Cu yang dihasilkan efektif sebagai antifungi terhadap F. oxysporum dan C. capsici. Pada konsentrasi 100 ppm, nanokitosan-Cu mampu menghambat pertumbuhan F. oxysporum dan C. capsici masing-masing sebesar 100% dan 92,38%.
Biostimulasi pertumbuhan vegetatif tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) pada fase awal di lahan kering (Biostimulation of vegetative growth of sugarcane (Saccharum officinarum L.) in the initial phase on dry land) Sri WAHYUNI; Hanning Susilo HABIBULLAH; Soekarno Mismana PUTRA; Dian Mutiara AMANAH; . SISWANTO; . PRIYONO; Djoko SANTOSO; Saptowo Jumali PARDAL
E-Journal Menara Perkebunan Vol 86, No 2 (2018): Oktober 2018
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2314.766 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v86i2.284

Abstract

AbstractThe expansion of sugarcane areas as a support to national sugar production has shifted to sub-optimal dry land. In drought stress conditions, early growth of sugarcane usually can inhibite and decrease its productivity. This study aimed to test the efficacy of organic biostimulant in increasing vegetative growth of sugarcane in the dry land. Firstly, seedlings were submerged with biostimulant of Citorin-Rfor overnight. Secondly, the biostimulant application of Citorin-S was carried out by foliar sprayat age1 and4 months old trees. Humicacid 0.5% (v/v) was applied in soil before planting while the application of mycorrhiza was carried out by direct pouring on soil during planting. The results showed that the initial vegetative growth of biostimulant-treated sugarcane stem diameter and length were 23% wider and 27% higher compared to that of control, respectively. In subsequent growth cycle, all observed vegetative parameters showed higher growth value in the biostimulant-treated sugarcanes than that of the control. Plant height, stem diameter and number of tillers of biostimulant-treated sugarcanes had significantly higher values than that of the control. P3 treatment (organic biostimulant plus humic acid and mycorrhiza) was the best treatment. The height and diameter of P3 sugarcane stems were 47% wider and 59% higher, respectively, compared to that of control at 107 DAP.[Keywords: biostimulant, plant height, stem diameter, number of tillers, number of leaves] Abstrak Penambahan areal tanaman tebu untuk mendukung peningkatan produksi gula nasional telah bergeser ke areal sub-optimal lahan kering. Pada kondisi cekaman kekeringan, pertumbuhan awal tebu biasanya terhambat dan dapat menurunkan produktivitas saat panen. Penelitian ini bertujuan menguji efikasi biostimulan organik untukmeningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman tebu pada fase awal di lahan kering. Perlakuan biostimulan Citorin-R diaplikasikan pada benih dengan cara perendaman semalam. Perlakuan kedua, biostimulan Citorin-S disemprotkanpada saat tanaman tebu berumur 1 dan 4 bulan secara foliar spray. Aplikasi asam humat 0,5 % (v/v) di tanah dilakukan sebelum tanam, sedangkan aplikasi mikoriza dilakukan dengan pemberian langsung pada tanah saat penanaman bagal tebu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pertumbuhan vegetatif awal tanaman tebu perlakuan memiliki diameter batang sekitar 23% dan tinggi tanaman 27% lebih tinggi daripada tebu kontrol. Pada pertumbuhan selanjutnya, semua parameter vegetatif yang diamati menunjukkan nilai pertumbuhan yang lebih tinggi pada tanaman tebu perlakuan daripada kontrol. Tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah anakan secara statistik berbeda nyata lebih tinggi pada tanaman tebu perlakuan daripada kontrol. Perlakuan P3 (biostimulan organik plus asam humat dan mikoriza) adalah perlakuan terbaik. Tinggi dan diameter batang tanaman tebu P3 masing-masing 47% dan 59% lebih besar daripada batang tanaman kontrol pada 107 hari setelah tanam (HST).  [Kata kunci :biostimulan, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah anakan, jumlah daun]
Peningkatan hasil dan penekanan kejadian penyakit pada jagung manis (Zea mays var. Bonanza) dengan pemanfaatan biostimulan berbahan kitosan Sri WAHYUNI; Ciptadi Achmad YUSUP; Deden Dewantara ERIS; Soekarno Mismana PUTRA; Agustin Sri MULYATNI; . SISWANTO; . PRIYONO
E-Journal Menara Perkebunan Vol 87, No 2 (2019): OKTOBER, 2019
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2718.044 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v87i2.349

Abstract

AbstractCorn, an important crop in Indonesia still has a low productivity, thus many efforts are required to fulfill its national demand. One of the solutions to improve corn yield is by applying biostimulant containing chitosan as an active ingredient. Chitosan has been proved to increase plant growth and resistance against diseases. The objective of this research was to study the effects of several chitosan formulas on the yield and diseases occurance in sweet corn (Zea mays var. Bonanza). The chitosan formulas tested were soluble liquid(SL), wettable powder (WP), nano chitosan (NN), and unformulated chitosan (CH). The experiment was arranged using a randomized block design with three replications. All chitosan formulas were applied by seeds soaking for 20 minutes, followed by foliar spraying on corn plants at three weeks after planting (WAP), with the concentration of 500 ppm (400 L/ha spray volume), every threeweeks until 9 WAP. Parameters observed were brix value, weight of corn cobs, weight of corn biomass, and plant diseases including downy leaves, leafblight and leaf rust. The results showed that NN formula increased the brix value up to 7%, the corn cob weight up to 49% and the biomass weight upto 34% compared to the control; whereas SL formula reduced the incidence of downy mildew by 53% at 3 WAP and leaf blight disease by 51% at 6 WAP. In addition, the incidence of corn leaf rust reduced 59-71% in corn plant subjected to all chitosan formulas. Based on the results, application of chitosan in NN formula was best in increasing yield, while in SL formula was best in reducing the incidence of important corn diseases.[Keywords: downy mildew, chitosan formula, seed treatment]AbstrakJagung sebagai salah satu komoditas pangan penting di Indonesia masih memiliki produktivitas yang rendah sehingga diperlukan usaha untuk memenuhi kebutuhan jagung nasional. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil jagung adalah dengan aplikasi biostimulan yang mengandung bahan aktif kitosan. Kitosan telah terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan dan daya tahantanaman terhadap penyakit. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh beberapa formula kitosan terhadap hasil dan kejadian penyakit pada tanaman jagung manis (Zea mays var. Bonanza). Formula kitosan yang diuji adalah cairan yang dapat larut (soluble liquid, SL), tepung yang dapat dibasahi (wettable powder, WP), nano kitosan (nano chitosan, NN), dan kitosan non formulasi (unformulated chitosan, CH). Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Masingmasing formula kitosan tersebut diaplikasikan melalui perendaman benih selama 20 menit yangdiikuti dengan penyemprotan daun pada tanaman jagung berumur tiga minggu dengan konsentrasi 500 ppm (volume semprot 400 L/ha) yang dilakukan setiap tiga minggu sampai tanaman berumur sembilan minggu. Parameter yangdiamati adalah nilai brix, bobot tongkol jagung, bobot biomassa jagung, dan penekanan kejadian beberapa penyakit tanaman meliputi bulai, hawardaun, dan karat daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kitosan NNmeningkatkan nilai brix jagung manis hingga 7%, bobot tongkol jagung hingga 49% dan bobot biomassa hingga 34% dibandingkan dengan kontrol. Sementara itu, aplikasi kitosan SL dapat menekan kejadian penyakit bulai hingga 53% padaumur tanaman 3 minggu setelah tanam (MST) dan penyakit hawar daun hingga 51% pada umur 6 MST. Selain itu, kejadian penyakit karat daun jagung juga dapat ditekan 59-71% pada aplikasi keempat formula kitosan. Berdasarkan hasiltersebut, aplikasi kitosan NN paling optimal dalam meningkatkan hasil panen jagung manis, sedangkan aplikasi kitosan SL paling optimal dalam menekan kejadian beberapa penyakit pada tanaman jagung.[Kata Kunci: bulai, formula kitosan, perlakuan benih]