Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pembuatan Tepung Pisang (Musa Spp) dengan Mudah dan Praktis sebagai Bahan Baku Pangan Olahan Reni Indrayanti; Rizal Koen Asharo; Pinta Omas Pasaribu; Rizky Priambodo; Vina Rizkawati; Yulia Irnidayanti
Mitra Mahajana: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 3 (2021): Volume 2 Nomor 3 Tahun 2021
Publisher : LPPM Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/mahajana.v2i3.987

Abstract

Banana (Musa sp) is a priority fruit commodity which is able to be a supporting factor for the welfare of the community. Bananas are easily damaged fruits, so the selling value of bananas will decrease according to the age of the fruit after harvest. Storage of fruit in various temperatures also has not been able to extend the banana fruit shelf life. The potential of bananas as a food source that can be stored can be done through the processing of bananas into banana flour. The banana flour training carry out at the Biology Laboratory of FMIPA UNJ with a participant from RW 03 and 05 Rawamangun District. The making of banana flour is done in two technique. The first technique is to peel the skin previously then the fruit is immersed in a 10% salt solution for 10-20 minutes.  The second technique is done by steaming raw bananas for 10-20 minutes before stripping and soaking in a salt solution. Bananas that have been peeling are then slicing thinly to make cassava chips. Banana cassava is dried using sunlight for 2-3 days or dried in an oven at 150 °C for 2 days.  Dried cassava is mashed using a household scale flouring miller tool. Flour produced from the oven drying process is brownish-white, whereas by drying sunlight it is bone-white with a very fine texture. The results of the test carbohydrate content of banana flour produced had 56.72 g / 100 g starch content, 23.09 g / 100g amylose content and 33.63 g / 100 g amylopectin content.  The activity ended with giving banana flour samples produced in this activity and providing flour as an aid tool for community entrepreneurship.
Inventarisasi dan Studi Asosiasi Anggrek Epifit dengan Pohon Inang di Kawasan Bukit Plawangan, Taman Nasional Gunung Merapi Rizky Priambodo
Bioma Vol 17 No 1 (2021): Bioma
Publisher : Biologi UNJ Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/Bioma17(1).3

Abstract

Anggrek termasuk pada famili Orchidaceae dan merupakan tumbuhan herba perenial yang memiliki bentuk bunga sangat beragam dengan 231 jenis diantaranya dinyatakan endemik. Eksplorasi dan Inventarisasi Anggrek di Lereng Selatan Gunung Merapi berdasarkan data terakhir sebelum erupsi tahun 2010 terdapat 19 jenis anggrek epifit dari 23 jenis anggrek yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan mempelajari studi asosiasi anggrek epifit dengan pohon inang di kawasan Bukit Plawangan, Taman Nasional Gunung Merapi. Penelitian dilakukan dengan mengambil data primer berupa jenis anggrek, jenis inang, zonasi percabangan anggrek tumbuh, dan jumlah anggrek. Data dianalisis menggunakan indeks asosiasi Oichai dan nilai indeks similaritas. Jumlah anggrek yang ditemukan yaitu 82 individu yang terdiri dari lima jenis anggrek epifit, yaitu Vanda tricolor, Eria retusa, Dendrobium mutabile, Pholidota carnea, dan Coelogyne speciosa, serta pohon inang yang ditumbuhi anggrek yaitu pohon Schima wallichii, pohon Ficus sp., dan pohon Pinus sp.. Berdasarkan indeks asosiasi Oichai, anggrek epifit dengan pohon inang berada pada kondisi kurang erat dengan 73,33%. Nilai matriks asosiasi menunjukan adanya toleransi anggrek untuk tumbuh bersama karena memiliki nilai asosiasi positif dan asosiasi negatif yang relatif sama yaitu 57,14% dan 42,8%. Indeks similaritas menunjukan tidak terdapatnya perbedaan spesies antar pohon inang karena memiliki indeks dibawah 75%.
Identifikasi Lumut di Kawasan Taman Nasional Situ Gunung Sukabumi Pinta Omas Pasaribu; Ivan Hafidhuddin; Agung Mulya Darmawan; Anandhita Arnelya; Mega Putri; Rizal Koen Asharo; Rizky Priambodo; Vina Rizkawati
JURNAL PENDIDIKAN MIPA Vol 12 No 2 (2022): JURNAL PENDIDIKAN MIPA
Publisher : LPPM STKIP Taman Siswa Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37630/jpm.v12i2.567

Abstract

Taman Wisata Alam Situ Gunung merupakan kawasan wisata yang terletak di kabupaten Sukabumi, tepatnya di Kaki Gunung Gede Pangrango. Kawasan Situ Gunung kaya akan keanekargaman hayati, salah satunya adalah lumut. Lumut (Bryophyta) merupakan salah satu kelompok dari tumbuhan tingkat rendah yang memiliki peranan sangat penting bagi ekosistem dalam menjaga sirkulasi hara, keseimbangan air, dan dapat digunakan sebagai indikator biologis lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis lumut yang terdapat pada Taman Wisata Alam Situ Gunung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2021. Metode penentuan area lokasi penelitian dilakukan dengan purposive sampling dan penggambilan data menggunakan metode jelajah (deskriptif eksploratif). Hasil penelitian ditemukan terdapat 15 jenis lumut yang terdiri dari 11 jenis lumut sejati (9 suku), 3 jenis lumut hati (3 suku) dan 1 jenis lumut tanduk (1 suku). Polythricum commune, Marchantia sp. dan Dumortiera hirsuta merupakan lumut yang paling sering ditemukan dilokasi penelitian.
Pelatihan Budidaya Pakcoy Dengan Sistem Hidroponik Rakit Apung Sebagai Upaya Memanfaatkan Pekarangan Sempit Di Rawamangun, Jakarta Timur Pinta Omas Pasaribu; Reni Indrayanti; Adisyahputra; Rizal Koen Asharo; Rizky Priambodo; Vina Rizkawati; Yulia Irnidayanti
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1 (2020): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.456 KB)

Abstract

Abstract Until this day, the use of yard land is still not optimal, thus the development of various innovations related to home yards is also limited. The houses in the area of neighborhood (RT) 11 Hamlet (RW) 03 Rawamangun Urban Village East Jakarta have narrow yards. One alternative to increase limited space productivity is through the use of simple hydroponic techniques. The principle of floating raft hydroponics is growing plants with water as a medium while floating on a nutrient solution. Its simple implementation allows it to be applied to limited land space. The purpose of this community service is to convey information and training on the use of the floating raft hydroponic system which can be used as an alternative to increase the productivity of the pakcoy vegetable plant. Community service activities were carried out through lectures, discussions and direct demonstrations of cultivating pakcoy with a floating raft hydroponic system in the land of the residents of RT 11 RW 03. Presentations were carried out by explaining an easy and practical method to cultivate hydroponic pakcoy plants and provide an explanation of the benefits of hydroponic plants. The pakcoy cultivation consists of 4 stages, namely the stage of seeding, transfer to floating rafts, maintenance and harvesting. The implementation of the activity went smoothly and received very positive responses from the participants, seen from the number of questions received and the enthusiasm of the participants during the activity. The participants gave very positive response to the information provided. The activity ended with the provision of hydroponic pakcoy vegetables, floating raft kits, and transplanted seeds into floating rafts. Abstrak Pemanfaatan lahan pekarangan pada saat ini masih belum optimal, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan juga terbatas. Wilayah Rt 11 Rw 03 Kelurahan Rawamangun, merupakan salah satu wilayah di Jakarta Timur yang memiliki lahan pekarangan yang sangat sempit. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam meningkatkan produktivitas lahan yang terbatas yaitu melalui pemanfaatan teknik hidroponik yang sederhana. Hidroponik rakit apung memiliki prinsip menanam tanaman dengan media air dalam keadaan diapungkan di atas larutan nutrisi. Implementasinya yang sederhana sangat memungkinkan untuk diterapkan pada lahan yang terbatas. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah menyampaikan informasi dan pelatihan penggunaan sistem hidroponik rakit apung yang dapat dijadikan sebagai alternative untuk meningkatkan produktivitas tanaman sayuran pakcoy. Kegiatan pengabdian dilakukan melalui ceramah, diskusi dan demonstrasi langsung budidaya tanaman pakcoy dengan sistem hidroponik rakit apung di lahan pekarangan warga Rt 11 Rw 03. Kegiatan presentasi dilakukan dengan penjelasan cara budidaya tanaman pakcoy hidroponik yang mudah dan praktis serta penjelasan akan manfaat dari tanaman hidroponik. Pembuatan budidaya tanaman pakcoy terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap pembibitan, pemindahan ke bak rakit apung, perawatan dan panen. Pelaksanaan kegiatan berjalan lancar dan mendapat tanggapan yang sangat positif dari para peserta, dilihat dari banyaknya pertanyaan yang muncul serta antusiasme peserta selama kegiatan. Respon peserta terhadap informasi yang diberikan sangat baik. Kegiatan diakhiri dengan pemberian tanaman sayuran pakcoy hasil hidroponik, kit rakit apung, dan bibit yang sudah dipindah tanam kedalam bak rakit apung.
Diversity and Community Structure of Butterly in Teijsmann and Soedjana Kassan Park, Bogor Botanical Garden Vina Rizkawati; Yustika Tri Asmara; Anisah Khairiyyah; Nindyra Karimah Perdani; Sheryl Fitriasari; Ananda Nuri Savira; Pinta Omas Pasaribu; Rizal Koen Asharo; Rizky Priambodo
Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati (J-BEKH) Vol. 10 No. 1 (2023): June Edition
Publisher : Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Sciences Universitas Lampung in collaboration with The Indonesian Association of Biology (PBI) Lampung Branch.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jbekh.v10i1.270

Abstract

As a megadiversity country, Indonesia is home to a large number of flora and fauna, one of which is the butterfly. The Bogor Botanical Garden, situated at the center of Bogor City, not only serves as a green open space but also as a conservation area for plants and animals composed in it.  This study aimed to assess the diversity of butterfly species in Teijsmann Park and Soedjana Kassan Park, Bogor Botanical Garden through inventory and identification.  Sampling was carried out at spots that were 100 meters apart from each other on a walked-line transect defined at the two parks. The diversity parameters assessed and analyzed are relative abundance, relative frequency, Shannon-Wiener (H’) diversity index, Evenness index (E), and dominance.  In a total of 202 sample individuals, there were identified 38 species of butterflies belonging to 5 families namely Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Lycaenidae, and Hesperiidae. The highest abundance found in Teijsmann Park is Ypthima philomela from the Nymphalidae family and Zizina otis from the Lycaenidae family. Species with the highest frequency are Junonia hedonia and Ypthima philomela from the Nymphalidae family. On the other hand, the highest frequency and abundance found in Soedjana Kassan Park was Leptosia nina from the Pieridae family. Teijsmann Park showed a slightly higher value of diversity and evenness indexes (H'=2.62, E=0.84) when compared to Soedjana Kassan Park (H'=2.50, E=0.76).