Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

DETERMINAN KESUKSESAN PEMBERDAYAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT BIDANG SANITASI Kusmulyono, M. Setiawan; Ahmad, Faizal
JMBI UNSRAT (Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis dan Inovasi Universitas Sam Ratulangi). Vol 7, No 1 (2020): JMBI UNSRAT Volume 7 Nomor 1
Publisher : FEB Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35794/jmbi.v7i1.28389

Abstract

Abstract: There are many success stories that are attributed to KSM Sanimas, though there are plenty of failure experienced as well. One of the reasons for its failure was the commitment of the committee to be remain active in the management of the Sanimas KSM for it’s independence and sustainability. Empowerment approach that involves the entrepreneurship topic of was introduced to be able to answer these problem. As a result, researching the factors that would influence an individual's commitment toward their independent involvement would be most interesting, and would need to be considered within the developments of the existing KSM. This research uses 5(five) dependent variables which are role of supervisor, internal relations of the organization, family support, KSM's business potential, and environtment awareness which is associated with independent variables, personal commitment. This research uses quantitative method using 134 respondents of KSM Sanimas agents of change. The result of said research shows that family’s support and KSM’s business potential have significant relationship with the variable of personal commitment. While the three other variables the role of supervisor, internal relations of the organization and environmental awareness did not show a significant relationship to the variable of personal commitment.Keywords: Sanimas, empowerment, independence, personal commitment Abstrak: Banyaknya cerita keberhasilan pengelolaan KSM Sanimas tidak kalah dengan cerita mengenai kegagalannya. Salah satu penyebab kegagalannya adalah komitmen para pengurus untuk bisa tetap aktif dalam pengelolaan KSM Sanimas demi kemandirian dan keberlanjutan dari KSM Sanimas itu sendiri. Pendekatan pemberdayaan yang melibatkan topik kewirausahaan diperkenalkan untuk bisa menjawab permasalahan tersebut. Oleh karena itu menarik untuk menelusuri faktor apa yang dapat mempengaruhi komitmen personal untuk tetap ikut serta mengelola KSM mereka secara mandiri. Penelitian ini diperlukan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi pengembangan KSM-KSM yang sudah ada. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan melibatkan 134 responden para penggerak KSM Sanimas. Penelitian ini juga melibatkan 5 (lima) variabel terikat yaitu peran pengawas, hubungan internal organisasi, dukungan keluarga, potensi bisnis KSM, dan kepedulian lingkungan yang dikaitkan dengan variabel bebas yaitu komitmen personal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dukungan keluarga dan potensi bisnis KSM memiliki hubungan signifikan dengan variabel komitmen personal. Sedangkan tiga variabel lain yaitu peran pengawas, hubungan internal organisasi dan kepedulian lingkungan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap variabel komitmen personal.Kata Kunci:  Sanimas, pemberdayaan, kemandirian, komitmen personal
MODEL KEMITRAAN DALAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO PEDESAAN Faizal Ahmad; Ety Rahayu
Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol 19, No 2 (2018): JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Publisher : Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.348 KB) | DOI: 10.7454/jurnalkessos.v19i2.171

Abstract

Terjadi perubahan minat dan penekanan kebijakan terhadap pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan melihat kontribusi mereka terhadap ekonomi. Literatur belakangan sudah cukup banyak mengeksplorasi beragam strategi yang dilakukan untuk memberdayakan UMKM. Penelitian ini menawarkan sudut pandang yang berbeda dengan lebih memberikan penekanan pada aspek pemberdayaan kepada mitra usaha mikro pedesaan oleh kelompok mahasiswa. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif melalui wawancara mendalam kepada informan terkait pertanyaan-pertanyaan penelitian yaitu agen perubahan mahasiswa dan mitra usaha mikro pedesaan. Beberapa temuan penting yang muncul menggambarkan beberapa strategi dalam pemberdayaan UMKM bisa muncul dalam model kemitraan dan orang tua asuh dengan pendampingan yang intensif dari kelompok mahasiswa kepada mitra usaha. Beberapa strategi efektif yang ditemukan adalah Membangun relasi (engagement) dan kepercayaan (trust), intervensi direktif dan nondirektif, mengandalkan kekuatan mitra usaha (strenght perspective), model motivasi pencapaian (achievement motivation model) dan metode experiential learning. Kesimpulannya adalah bahwa dengan model kemitraan dan orang tua asuh mendorong adanya praktik bersama yang dapat meningkatkan kapasitas kewirausahaan dalam mengembangkan usaha mikro pedesaan baik bagi mahasiswa maupun pengusaha mikro. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu adanya pembekalan yang seimbang antara kelompok mahasiswa dan mitra usaha sebelum memulai pendampingan. Dan perlunya pembekalan mengenai pemberdayaan kepada mahasiswa terkait pengetahuan, keterampilan dan nilai.
Transformasi Positif Program Community Development 2019 pada Usaha Mikro Makanan Ringan di Cianjur Jawa Barat Chelsea Alviolita Fadilla; Gagas Hakiki; Shana Arabella; Suryawan Suryawan; Theo Tirta The; Wiro Trihanggoro; Michelle Melita; Danang Yudha Prakasa; Faizal Ahmad
KUAT : Keuangan Umum dan Akuntansi Terapan Vol 3 No 2 (2021): Edisi November
Publisher : Polytechnic of State Finance STAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.923 KB) | DOI: 10.31092/kuat.v3i2.1428

Abstract

Salah satu karakter usaha mikro pedesaan adalah kurangnya jiwa kewirausahaan untuk memajukan usaha yang dimiliki. Kegiatan Community Development 2019 adalah bentuk revitalisasi KKN (Kuliah Kerja Nyata) mahasiswa program sarjana Universitas Prasetiya Mulya yang memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan melalui pendampingan manajemen usaha mikro yang intensif dan peningkatan kapasitas kewirausahaan. Proses pendampingan usaha mikro tersebut melibatkan tahap live-in, kelompok mahasiswa tinggal di desa satu bulan bersama mitra usaha dan dilanjutkan dengan tahap pendampingan lanjutan pasca live-in selama empat bulan. Dalam pelaksanaan Community Development teridentifikasi beberapa permasalahan yang menghambat usaha Ibu Atim yaitu kurangnya standarisasi produksi, keterbatasan pengetahuan, dan beberapa permasalahan lainnya. Dalam proses pendampingan tersebut, diidentifikasi pula faktor penyebab masalah yang terjadi dan solusi yang bisa diaplikasikan sesuai kaidah ilmu manajemen. Setelah solusi diimplementasikan pada usaha Ibu Atim, hasil paling nyata ditandai dengan adanya kenaikan pendapatan usaha Ibu Atim.
Pola Interaksi dalam Sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM) Faizal Ahmad; Muhammad Setiawan Kusmulyono; Agus Wijaya Soehadi
Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Budaya Vol 9 No 4 (2023): Ideas: Pendidikan, Sosial, dan Budaya (November)
Publisher : Ideas Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32884/ideas.v9i4.1464

Abstract

Small and medium industrial (SMI) centers are one of the contributors to the national economy performance. Several programs carried out across stakeholders are directed at being able to strengthen SMI centers to become more competitive. Previous research has not described how social interaction patterns emerge in the context of collaboration or conflict in an industrial center. This research was conducted to explore more about patterns of entrepreneurial interaction that occurred in SMI centers in West Java and Central Java. This study uses a qualitative approach by taking informant samples of SMI centers that are typical in 10 regencies and cities. The results of this study are described through several main points of discussion: (1) center institutions and challenges within them, (2) micro partnerships between SMIs, and (3) conflict of interest between craftsmen within the centers.