Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

REKONSTRUKSI IMPRESIF RITUAL MOSEHE WONUA DALAM RITUS KONAWE Heksa Biopsi Puji Hastuti
Kandai Vol 12, No 1 (2016): Kandai
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1088.128 KB) | DOI: 10.26499/jk.v12i1.76

Abstract

Ritual Mosehe Wonua yang menjadi khazanah budaya suku Tolaki ditangkap oleh penyair, Iwan Konawe, sebagai data dalam rangkaian kreativitas yang tertuang di dalam buku kumpulan puisi Ritus Konawe. Permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini adalah bagaimana ritual Mosehe Wonua direkonstruksikan dalam Ritus Konawe? Data  berupa empat puisi dalam buku Ritus Konawe yang dinilai bermuatan ritual Mosehe Wonua, yaitu Ritus Mosehe, Ritus Mosehe Ritus Tolaki, Pada Desa yang Berkabung, dan Ritus Konawe. Keempat puisi data dianalisis degan menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan antropologi sastra. Dari hasil pembahasan disimpulkan bahwa ritual Mosehe Wonua direkonstruksikan dalam Ritus Konawe dengan meramu informasi terkait 5w-1h (apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana), yang di dalamnya direkonstruksikan pula aspekbenda-benda dan alat upacara yang menjadi persyaratan dilaksanakannya ritual Mosehe Wonua (terbagi atas kategori kurban dan benda/alat). Melalui rekonstruksi literer, penyair merekonstruksikan Mosehe Wonua dalam puisinya dengan memanfaatkan struktur puisi yang meliputi  perwajahan puisi, diksi, pengimajian, kata konkret, majas, dan  verifikasi.
MITOS AMPLOP DALAM CERPEN “AMPLOP” Heksa Biopsi Puji Hastuti
Kandai Vol 9, No 2 (2013): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.921 KB) | DOI: 10.26499/jk.v9i2.303

Abstract

Mitos amplop yang hidup dalam kehidupan masyarakat diangkat oleh Feliwati dalam cerpen “Amplop”. Cerpen yang berlatar kehidupan akdemik di sebuah SMA ini mengisahkan  amplopyang diterima oleh kepala sekolah. Permasalahan yang diangkat adalah amplop sebagai mitos kehadiran  amplop  sebagai mitos dan   ironi dunia pendidikan  yang terdapat dalam cerpen “Amplop”. Data yang berupa kalimatkalimat dalam cerpen “Amplop” dianalisis dengan menggunakan metode deskriptifkualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra.Dari hasil pembahasan disimpulkan bahwa kehadiran amplop sebagai mitos dalam cerpen mengemban fungsi sebagai pengukuh (myth of concern) bagi mitos serupa yang sudah muncul dan hidup dalam masyarakat.Sementara itu, ironi pendidikan yang terepresentasi dalam cerpen adalah praktik suap „amplop‟ yang melibatkan kepala sekolah yang idealnya dijadikan teladan positif di lingkungan sebuah sekolah.
NILAI-NILAI POSITIF TOKOH HALUOLEO BAGI PENGEMBANGAN KARAKTER Heksa Biopsi Puji Hastuti
Kadera Bahasa Vol 9, No 2 (2017): Kadera Bahasa
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.167 KB) | DOI: 10.47541/kaba.v9i2.9

Abstract

The great name of a character immortalized into the title of some vital objects in a regionconsequently carries the purposeof giving role models for character development, at least for local residents. This article raises the issue of positive valuesin character of Haluoleo figure for character development. The data are descriptions of Haluoleo character taken fromHaluoleo story of Tolaki folklore which has been published, as primary data source. The data analysis is done in twosteps, namely first level semiotic readings and second level semiotic readings. From the analysis results obtained theextraction of moral values in character Haluoleo figure as follows: (1) harmonization between softness and firmness; (2)accuracy in mapping needs and self-empowering to fulfill them as well; (3) put forward the equation for the sake oftogetherness and brotherhood; (4) sincerity; (5) respect for birth; (6) humble attitude; and (7) respect and honor friendsand enemies proportionally AbstrakNama besar seorang tokoh yang diabadikan menjadi nama beberapa objek vital di suatu wilayahtentu mengemban maksud pemberian teladan bagi pengembangan karakter, setidaknya bagi wargasetempat. Artikel ini mengangkat permasalahan nilai positif dalam karakter tokoh Haluoleo bagipengembangan karakter. Data berupa deskripsi karakter tokoh Haluoleo yang diambil dari sumberdata berupa kisah Haluoleo versi cerita rakyat Tolaki yang sudah diterbitkan. Analisis data dilakukandalam dua tahap, yaitu pembacaan semiotik tingkat pertama dan pembacaan semiotik tingkat kedua.Dari hasil analisis diperoleh ekstraksi nilai positif dalam karakter tokoh Haluoleo sebagai berikut (1)harmonisasi antara kelembutan dan ketegasan; (2) ketepatan dalam memetakan kebutuhan sekaligusmemberdayakan dirinya untuk memenuhinya; (3) mengedepankan persamaan demi kebersamaandan persaudaraan; (4) ketulusan; (5) menghargai kelahiran; (6) sikap rendah hati; dan (7) menghargaidan menghormati kawan maupun lawan secara proporsional.
IRONI DAN LOGIKA REALITAS DALAM CERPEN CLARA Heksa Biopsi Puji Hastuti
SAWERIGADING Vol 18, No 3 (2012): SAWERIGADING, Edisi Desember 2012
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1462.775 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v18i3.384

Abstract

"Clara" short story tells about the riots of May 1998. The storytelingfocuses on crimes and immoral violence comitted by a group of people to Clara, a Chinese-Indonesian girl. The real historical settings raises questions about irony and logic of reality described in the short story. This study aims to explain the condition. The data was analyzed by usingformalstructure theory and by applying sociological approach in interpretating the implicit intentions of the writer. The result of analysis showed that there were some irony descriptions of what happened in Indonesia, namely: the corruption that made this wealthy country looked poor and helpless, engineering reports, and officer of information provider that actually hid information. Those three kinds of deed were done by uniformed officers. Other kind of irony done by people was hatred to certain ethnic without considereing whether or not she was a good person. Meanwhile, the logic of reality in the short story "Clara" confirmed with the news contained in the mass media. Storytelling implicitlyprovided a counterweight to the growing negative suspicions in the community with news in mass media after riots based on the testimony of several sources. Abstrak Cerpen "Clara" mengisahkan peristiwa kerusuhan Mei 1998. Penceritaan terfokus pada tindak kejahatan dan amoral yang dilakukan sekelompok orang kepada Clara, seorang gadis Indonesia keturunan Cina. Latar sejarah yang nyata menimbulkan pertanyaan tentang penggambaran ironi dengan logika realitas yang terkandung di dalam cerpen ini. Kajian terhadap cerpen ini bertujuan untuk menjelaskan hal itu. Analisis dilakukan dengan memanfaatkan teori struktur formal dan menerapkan pendekatan sosiologis dalam menginterpretasikan maksud tersirat pengarang. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam cerpen ini terdapat beberapa deskripsi ironi yang terjadi di Indonesia, yaitu: korupsi yang membuat negeri kaya raya ini tampak miskin dan tidak berdaya, rekayasa laporan, dan petugas penyedia informasi yang justru menyembunyikan informasi ketiga hal ini dilakukan oleh petugas berseragam. Ironi yang dilakukan oleh masyarakat ialah kebencian kepada etnis tertentu tanpa melihat orang tersebut baik atau tidak. Sementara itu, logika realitas dalam cerpen "Clara" berkesesuaian dengan realitas dalam berita yang terdapat di media massa. Penceritaan secara tersirat memberikan penyeimbang antara prasangka negatif yang berkembang dalam masyarakat pascakejadian dengan berita-berita media berdasarkan kesaksian beberapa narasumber.
Mitos Martandu: Kecendekiaan Lokal Suku Moronene di Kabaena dalam Potensi Banjir di Sungai Lakambula Heksa Biopsi Puji Hastuti; NFN Rahmawati
Kelasa Vol 13, No 2 (2018): Kelasa
Publisher : Kantor Bahasa Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/kelasa.v13i2.69

Abstract

Martandu Myth is the story of one mythological creature (described as a giant-snake like creature with horns) within Moronene tribe in Kabaena island, precisely in the upstream of Lakambula River. Problems research issued in this article are how the Martandu myth represents the local genius of the Moronene tribe in Kabaena in relation with the flood potential in the Lakambula River and how the relevance of the Martandu Myth is to the present situation. Therefor, the aims of the research are to describe the local genius of Moronene tribe in Kabaena island in relation with flood potential in Lakambula river and to describe the relevance of Martandu Myth to the present situation. Data in the form of Martandu Myth and the reality of the present conditions at the research locus were obtained from literature tracing and interviews with informan. Data were analyzed qualitatively using mitem analysis techniques, readings, and interpretations. The results of the analysis show that the Martandu Myth represents the Moronene tribe in Kabaena local genius in relation to the flood potential in the Lakambula river in the form of a scenario containing a number of layered warnings if someone makes a mistake in violating the rules. In the last section, it is ilustrated when outsiders who want to occupy their wealth come, to be prevented indeed. This myth has relevance to the present situation in which the modernity changes the pattern of thinking of its people to be more instant and feels as if they are no longer fully dependent on the goodness of nature. Likewise, the final scenario of the Martandu against the sharks/marine martandu is relevant to the arrival of people from outside who want to take part in taking advantage of the Moronene earth nature treasure in Kabaena. AbstrakMitos Martandu adalah kisah tentang satu makhluk mitologis (digambarkan sebagai makhluk serupa ular raksasa yang bertanduk) dalam suku Moronene di Pulau Kabaena, tepatnya di hulu Sungai Lakambula. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana mitos Martandu merepresentasikan kecendekiaan lokal suku Moronene di Kabaena dalam kaitannya dengan potensi banjir di Sungai Lakambula dan bagaimana relevansi Mitos Martandu dengan keadaan yang ada sekarang. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan representasi kecendikiaan lokal suku Moronene di Kabaena dalam Mitos Martandu dalam kaitannya dengan potensi banjir di Sungai Lakambula dan relevansinya dengan keadaan saat ini. Data berupa Mitos Martandu dan realitas kondisi sekarang di lokus penelitian diperoleh dari penelusuran pustaka dan wawancara dengan informan. Data dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan teknik analisis mitem, pembacaan, dan pemaknaan melalui perelasian. Hasil analisis menunjukkan bahwa Mitos Martandu merepresentasikan kecendekiaan lokal suku Moronene di Kabaena terkait potensi banjir di Sungai Lakambula dalam bentuk skenario berisi sejumlah peringatan berlapis apabila ada yang melakukan kesalahan melanggar aturan. Pada bagian terakhir, diskenariokan apabila datang pihak luar yang ingin menguasai kekayaan mereka, maka harus dicegah.  Mitos ini memiliki relevansi dengan keadaan sekarang di saat arus modernitas mengubah pola berpikir manusianya menjadi lebih instan dan merasa seolah tidak lagi sepenuhnya bergantung pada kebaikan alam.  Demikian pula skenario akhir martandu yang melawan hiu/martandu laut, relevan dengan kedatangan orang-orang dari  luar yang hendak turut serta mengambil manfaat dari kakayaan alam bumi Moronene di Kabaena. 
PENERJEMAHAN SASTRA DAERAH Heksa Biopsi Puji Hastuti
Jurnal Manajemen Kepegawaian Vol 7 No 1 Juni (2013): Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS
Publisher : Badan Kepegawaian Negara | The National Civil Service Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (584.319 KB)

Abstract

Penerjemahan sastra daerah dapat diatur sebagai tugas Jabatan Fungsional Penerjemah (JFP) sebagai pegawai resmi negara di bidang penerjemahan. Penugasan ini merupakan pengembangan peran JFP. Melalui penerjemahan sastra daerah diharapkan tumbuh sikap positif dalam jiwa segenap bangsa Indonesia. Bermula dari rasa memiliki, sikap peduli, dan akhirnya tumbuh sikap merasa harus menjaga kekayaan sastra daerah yang tersebar di seluruh nusantara sebagai satu kesatuan kebudayaan nasional Indonesia. Dari pembahasan disimpulkan bahwa peran Jabatan Fungsional yang dapat dikembangkan dari penerjemahan sastra daerah adalah mengenalkan sastra daerah dalam konteks sebagai unsur kebudayaan nasional Indonesia yang berimplikasi sebagai peran ke dalam dan ke luar: (1) Peran ke dalam: dengan mengenalkan sastra daerah kepada segenap bangsa Indonesia berarti Jabatan Fungsional Penerjemah turut serta menciptakan harmoni dalam kehidupan sebagai bangsa yang satu dan berdaulat. (2) Peran ke luar: turut serta menciptakan pagar bagi kekayaan kebudayaan nasional Indonesia sebagai simbol jati diri dan identitas bangsa dari klaim pihak asing. Kata kunci: penerjemahan, sastra daerah, peran jabatan fungsional penerjemah