Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : SAWERIGADING

PERLAWANAN EMPAT TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL GARIS PEREMPUAN KARYA SANIE B. KUNCORO TERHADAP KONSTRUKSI SEKSUALITAS DAN SUBJEKTIVITAS PEREMPUAN DALAM BUDAYA PATRIARKI (The Opposition of Four Women in Novel Garis Perempuan by Sanie B. Kuncoro toward Sexuality Construction and Women Subjectivity in Patriarchy Culture) Ery Agus Kurnianto
SAWERIGADING Vol 23, No 2 (2017): Sawerigading, Edisi Desember 2017
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.717 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v23i2.170

Abstract

The struggle of four women, Ranting, Gendhing, Tawangsri, and Zhang Mey is interesting to be analyzed, particularly by using feminist point of view which has duty to speak out the struggle of women and encourage the women to become themselves. The primary data of this research is “Garis Perempuan”, a novel by Sanie B.Kuncoro. Descriptive-qualitative method is used to analyze the data by using radical feminist approach. Based on the discussion result, it can be concluded that the four women have a hard and brave character to take all risks and to become themselves. At first, they were subordinated by men. However, they eventually became brave and strong to be dominant. In the end of the story, the life chosen by those four women in the novel points out that sexual construction and women subjectivity in dominating patriarchy culture can be broken by women superiority of their body and beauty. AbstrakPerjuangan empat tokoh perempuan, Ranting, Gendhing, Tawangsri, dan Zhang Mey, menjadi dirinya sendiri menarik untuk dikaji dengan menggunakan sudut pandang feminis yang memang memiliki tugas menyuarakan perjuangan kaum perempuan. Data primer penelitian ini adalah novel Garis Perempuan karya Sanie B. Kuncoro. Metode deskriptif-kualitatif digunakan untuk menganalisis data melalui pendekatan atau acuan teori feminis radikal. Beradasarkan hasil pembahasan, disimpulkan bahwa keempat tokoh perempuan yang dikaji memiliki karakter yang keras dan berani mengambil seluruh risiko untuk menjadi dirinya sendiri. Awalnya mereka menyandang karakter perempuan tersubordinasi oleh kaum laki-laki. Namun, di tengah perjalanan hidup mereka pada akhirnya memiliki keberanian dan kekuatan untuk mendominasi atas dirinya sendiri. Pilihan hidup yang dipilih oleh keempat tokoh perempuan dalam novel ini di akhir cerita menyiratkan konstruksi seksualitas dan subyektifitas perempuan dalam dominasi kultur patriarki dapat terpatahkan oleh superioritas perempuan atas kepemilikan tubuh dan kecantikannya.