Muzakkir Muzakkir
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Menjadi “Tamu Istimewa” di Rumah Orang Lain: Identitas Sosial dan Etnosentrisme Jamaah Suluk Asal Malaysia di Tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah Babussalam (TNKB) Muzakkir Muzakkir; Abdullah AS
Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol. 21 No. 2 (2019)
Publisher : LIPI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jmb.v21i2.685

Abstract

Artikel ini tentang jamaah asal Malaysia yang terlibat dalam aktivitas spiritual di Tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah Babussalam (TNKB). Jamaah asal Malaysia ini berbeda dan membedaan diri dengan jamaah lokal, atau masyarakat Kampung Besilam. Untuk memahami eksistensi jamaah asal Malaysia ini diajukan pertanyaan apa identitas sosial dan bagaimana etnosentrisme jamaah asal Malaysia di TNKB. Menjawab pertanyaan diajukan digunakan pendekatan kualitatif untuk menganalisis data ditemukan. Penelitian ini menemukan bahwa identitas sosial jamaah asal Malaysia dibentuk berdasarkan struktur sosial-ekonomi menempatkan kelompok tersebut sebagai kelompok menengah-atas karena memiliki profesi sebagai pegawai pemerintah, dan sebagian ada juga sebagai pejabat negara. Identitas sosial ditandai dengan penggunaan bahasa Melayu khas Malaysia, dan kecenderungan selalu berkelompok antar sesama dalam aktivitas spiritual dan sosial. Sedangkan etnosentrisme jamaah asal Malaysia dibentuk berdasarkan pandangan bahwa Malaysia lebih maju dari Indonesia, serta didukung stereotip pengalaman yang memposisikan masyarakat Indonesia sebagai kelompok pekerja kelas rendah di Malaysia. Stereotip mempengaruhi pandangan jamaah asal Malaysia tentang jamaah lokal, dan masyarakat Kampung Besilam masih terbelakang dan sulit untuk dipercayai.
UBUDIAH ACCORDING TO IMAM NAWAWI AL-BANTANI (W.1897 AD) IN THE BOOK OF MARAH LABID LI KASYFI MAKNA OF THE QURAN MAJID. Muzakkir Muzakkir; Arifinsyah Arifinsyah; Riza Faisal Husaini
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir VOL 3, NO 2 (2020): OKTOBER-MARET
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v3i2.11079

Abstract

AbstractThis study aims to describe the Ubudiah according to Imam Nawawi Al-Bantani (W.1897 AD) in the Book of Marah Labid li Kasyfi Makna of the Quran Majid. This type of research is a library research with a qualitative approach. The research method used is the method of interpretation that is tahlily method. The source of this research is the interpretation of Marah Labid li Kasyfi Makna of the Quran Majid, other commentaries and literature relating to ubudiah, while the data analysis technique is done using content analysis. The results of this study are Ubudiah is the servitude of a servant to His Rabb, which is a servant when worshiping Allah Almighty is not merely to get rewards, in order to avoid the fire of hell, but the goal is to worship Allah Almighty in order to get His pleasure . The meaning of ubudiah according to Shaykh Imam Nawawi Al-Bantani in the book of the Marah Labid Li Kasyfi Makna of the Quran Majid is mentioned in his interpretation that a servant is classified into three parts: a. There are servants who worship Allah only because of Allah. is a God worthy of worship, whether he is given favor or not blessed. b. There are servants who worship Allah SWT because they are given Favor by Allah. continously. c. There are servants who worship Allah. because there is fear in him. Ubudiah according to Imam Nawawi al-Bantani has very close relevance in daily life, both in the political, economic, social and tolerance fields
KONSEP KERUSAKAN LINGKUNGAN MENURUT TAFSIR AL-AZHAR BUYA HAMKA Muzakkir Muzakkir; Nur Aisyah Simamora; Robiatul Adawiyah
Ibn Abbas : Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol 3, No 1 (2020): VOL 3, NO 1 (2020): APRIL-SEPTEMBER
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/jia.v3i1.11070

Abstract

Kerusakan lingkungan hidup disebabkan oleh perbuatan tangan manusia (Q.S Ar-Rum : 41) karena tidak memiliki visi dan misi yang benar dalam mengelola alam semesta. Pembangunan-pembangunan semakin banyak, namun jiwa mereka bertambah jauh dari Allah. Dalam kemajuan ilmu penngetahuan hidup mereka tambah sengasara. Kemajuan teknik tidak hanya membawa kebahagiaan melainkan cahaya perang selalu mengancam, peri kemanusiaan semakin menipis dan niat jahat bertambah subur hendak menghancurkan orang lain Kerusakan yang terjadi di darat disebabkan ulah manusia seperti polusi yang berarti pengotoran udara akibat dari asap dan zat pembakar. Udara kotor dihisap tiap saat sehingga paru-paru penuh dengan kotoran. Sementara itu kerusakan juga timbul di lautan, air rusak disebabkan kapal tangki yang membawa minyak tanah atau bensin pecah di laut yang menyebabkan air laut tercemar. Begitu juga air dari pabrik-pabrik kimia yang mengalir melalui sungai-sungai menuju lautan. Dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa kerusakan lingkungan disebabkan banyaknya kekufuran dan maksiat, yaitu dengan melanggar nilai-nilai yang telah ditetapkan agama yang menyebabkan alam murka dan rusaknya lingkungan hidup.