ABDUL BASITH
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

HUBUNGAN KONSTANTA ATENUASI DENGAN KONSTITUEN AIR PADA PERAIRAN PELABUHAN KARIMUNJAWA MUHAMMAD ULIN NUHA; ABDUL BASITH; WIKANTI ASRININGRUM; GATHOT WINARSO; KUNCORO TEGUH KURNIAWAN
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 2, No 01 (2019): Volume 02 Issue 01 Year 2019
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.317 KB) | DOI: 10.14710/elipsoida.2019.4858

Abstract

Satellite-derived bathymetry (SDB) is one of the techniques in remote sensing for extraction of ocean depth by utilizing optical imagery. Spectral data from the water column is needed for SDB process. One of SDB method is an analytical method requiring field spectral data, water attenuation, and water constituents for depth estimation processes. Spectral data and attenuation were acquired by TriOS Ramses spectrometer. Water constituents are taken from filtered water samples to be tested at the laboratory. The water constituents tested were chlorophyll, CDOM, TSS, and TOM. The depth value of bathymetry extraction is strongly influenced by light penetration behavior. This is influenced by the condition of water constituents. Water constituents affect the attenuation of water. The study gives results from 4 stations of attenuation measurement having a positive correlation with chlorophyll constituents. Chlorophyll has a positive correlation with other constituents (TOM, CDOM, and TSS). From the value of water attenuation, the water classification around Karimunjawa Port are clear water of type III and 1 which have a value of (PAR) is 0.111 m-1.
DETEKSI TUMPAHAN MINYAK DI SELAT MAKASSAR DENGAN PENGINDERAAN JAUH SENSOR AKTIF DAN PASIF Ratna Prastyani; Abdul Basith
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 2, No 01 (2019): Volume 02 Issue 01 Year 2019
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (778.995 KB) | DOI: 10.14710/elipsoida.2019.4864

Abstract

Berada pada posisi yang strategis, perairan Indonesia dikenal dengan lalu lintas laut yang cukup padat dimana hal ini membawa keuntungan sekaligus ancaman. Tingginya lalu lintas laut di beberapa perairan Indonesia membuka peluang besar terhadap terjadinya pencemaran laut berupa tumpahan minyak. Tumpahan minyak tersebut bisa berupa tragedi tumpahan minyak yang bersumber dari oil platforms maupun tumpahan minyak dari sisa operasi rutin kapal. Tulisan ilmiah ini membahas penggunaan satelit penginderaan jauh (inderaja) sensor aktif dan data pendukung dari inderaja sensor pasif untuk melakukan deteksi tumpahan minyak khususnya di selatan Selat Makassar. Kondisi Selat Makassar yang sangat dinamis membawa tantangan tersendiri dalam proses pendeteksian tumpahan minyak. Pendeteksian minyak dilakukan pada citra radar Sentinel-1. Pada citra Sentinel-1, ditemukan banyak objek yang menyerupai tumpahan minyak (disebut sebagai look-alike) akibat dimanika laut di Selat Makassar. Variabel oceanografi dari satelit MODIS digunakan untuk mendukung analisis terkait keberadaan dan sumber look-alike. Hasil penelitian ini menunjukkan sinergitas data inderaja sensor aktif dan pasif dalam mendeteksi dan menganalisis tumpahan minyak. Citra radar sebagai data utama terbukti efektif mendeteksi tumpahan minyak terutama di wilayah tropis. Sementara itu juga terdapat urgensi data pendukung lain seperti kecepatan angin, suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-A untuk membedakan objek tumpahan minyak dan look-alike pada citra radar.
Aerosol optical depth (AOD) retrieval for atmospheric correction in Landsat-8 imagery using second simulation of a satellite signal in the solar spectrum-vector (6SV) Abdul Basith; Muhammad Ulin Nuha; Ratna Prastyani; Gathot Winarso
Communications in Science and Technology Vol 4 No 2 (2019)
Publisher : Komunitas Ilmuwan dan Profesional Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.45 KB) | DOI: 10.21924/cst.4.2.2019.122

Abstract

Atmospheric correction has been challenging task in digital image processing. It requires several atmospheric parameters in order to obtain accurate surface reflectance of objects within the image scene. One of the most crucial parameters required for accurate atmospheric correction is aerosol optical depth (AOD). AOD can be obtained by in-situ measurement or estimated from remote sensing observation. In this experiment, atmospheric correction was performed using second simulation of a satellite signal in the solar spectrum-vector (6SV) algorithm on Landsat-8 imagery in which AOD parameter was retrieved from surface reflectance inversion involving daily-global surface reflectance product of moderate resolution imaging spectroradiometer (MODIS). Furthermore, AOD retrieved from surface reflectance inversion was also validated using ground-based sun photometer observation data from aerosol robotic network (AERONET) station in Bandung, Indonesia. Our experiment shows the consistency between AOD from surface reflectance inversion and AOD from ground-based observation. Finally, 6SV was performed on Landsat-8 imagery to obtain the surface reflectance. We further compared surface reflectance of 6SV atmospheric correction and surface reflectance of Landsat-8 Level 2 product. The atmospherically corrected image also shared agreeable result with Landsat 8 Level-2 product.
Uji Kualitas Data Pengukuran Batimetri Singlebeam Echosounder Berdasarkan SNI-7647 Tahun 2010 (Studi Kasus Survei Batimetri Menggunakan Hi-Target HD 370 di Laguna Pantai Glagah, Kulon Progo) Sarono Sarono; Abdul Basith
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 5, No 1 (2022): June
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.69749

Abstract

Survei batimetri merupakan kegiatan penting dalam kajian hidrografi untuk mengetahui kedalaman suatu perairan. Metode pengukuran batimetri menggunakan prinsip hidroakustik yaitu memanfaatkan cepat rambat gelombang suara di dalam air. Instrumen untuk melakukan survei batimetri dikategorikan menjadi singlebeam echosounder dan multibeam echosounder. Seiring dengan perkembangan teknologi, semakin beragam pula jenis dan merk dari instrumen untuk melakukan survei dibidang hidrografi. Beberapa instrumen untuk pengukuran kedalaman perairan dengan prinsip hidroakustik telah banyak beredar di kalangan akademisi hingga profesional. Salah satu instrumen adalah Hi-Target HD 370 yang merupakan alat dengan kategori singlebeam echosounder. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji analisis kualitas data dari survei batimetri menggunakan singlebeam echosounder Hi-Target HD 370 dengan standar SNI (Standart Nasional Indonesia) yaitu SNI 7646:2010 tentang Survei hidrografi menggunakan singlebeam echosounder. Pengujian pengambilan data batimetri dilakukan di Laguna Pantai Glagah, Kolonprogo, Yogyakarta. Hasil dari pengukuran  menunjukan kedalaman di lokasi kajian maksimal adalah 2,446 meter. Analisis uji kualitas data batimetri yang dilakukan diperoleh nilai dari standart deviasi instrumen ini adalah 0,008 hingga 0,283 meter dengan komposisi 90 % sampel memenuhi standart pengukuran singlebeam echosounder order khusus. Berdasarkan hasil uji kelayakan yang dilakukan instrumen Hi-Target HD 370 layak untuk digunakan dalam batimetri order khusus.
Uji Performa Citra Worldview 3 dan Sentinel 2A untuk Pemetaan Kedalaman Laut Dangkal (Studi Kasus di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah) Luhur Moekti Prayogo; Abdul Basith
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 3, No 2 (2020): December
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.59572

Abstract

Satellite-Derived Bathymetry (SDB) merupakan salah satu teknik dalam penginderaan jauh untuk penyediaan data kedalaman perairan dangkal menggunakan citra satelit. Pada citra, kisaran panjang gelombang 450 hingga 580 nm memiliki kemampuan menembus perairan dengan cukup baik dibandingkan dengan panjang gelombang yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh resolusi spasial dalam estimasi kedalaman khususnya dengan algoritma Stumpf menggunakan panjang gelombang tampak. Studi ini dilakukan menggunakan citra Worldview 3 dan Sentinel 2A di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model kedalaman terbaik pada citra Worldview 3 dan Sentinel 2A yaitu dengan nilai y=0,8847x + 0,2204 dan R2 sebesar 0,7135 dan y=0,858x + 0,3123 dan R2 sebesar 0,6974. Panjang gelombang tampak dengan band ratio Hijau-Biru pada citra Worldview 3 dan Sentinel 2A menghasilkan kedalaman terbaik pada rentang kedalaman 0-5 m yang ditunjukkan dengan nilai RMSE sebesar 1,526 dan 1,558 m. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa citra satelit resolusi tinggi menghasilkan nilai RMSE yang cenderung lebih kecil dibandingkan dengan citra resolusi sedang.