Franky Franky
STT Kalimantan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MODEL LIQUID CHURCH BAGI PENINGKATAN PELAYANAN PASTORAL GEREJA-GEREJA ANGGOTA PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA SETEMPAT (PGIS) DI KOTA BATU Franky Franky; Dina Elisabeth Latumahina
Missio Ecclesiae Vol. 11 No. 1 (2022): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v11i1.145

Abstract

Di tengah konteks zaman yang terus mengalami perubahan, gereja sebaiknya terbuka dalam menghadapi kepelbagaian dan perubahan. Dalam melayani (pastoral), gereja harus menghayati dan menjalani kehidupannya dalam proses pembaharuan terus menerus serta menjadi cair (liquid). Apabila memerhatikan dinamika pelayanan pastoral pada saat ini, maka gereja tidak lepas dari permasalahan dalam menyikapi perubahan. Misalnya: adanya anggapan bahwa keterbukaan terhadap sesuatu di luar gereja akan mengancam eksistensi gereja pada masa kini. Akibatnya, gereja tidak mau dievaluasi, menerima kritik dan saran karena menganggap pendekatan pelayanan tradisional adalah cara/ metode terbaik dalam menerapkan pelayanan pastoral. Dalam artikel ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, yakni menggali pemahaman dan pengalaman subyektif dari para informan dengan memerhatikan konteks pelayanan pastoral gereja-gereja anggota PGIS Kota Batu. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji serta menemukan model liquid church bagi peningkatan pelayanan pastoral. Pada akhirnya, dengan mengacu pada kajian literatur, hasil dan pembahasan, maka peneliti menemukan Model Liquid Church, yakni: 1) Gereja Tidak Bersifat Eksklusif; 2) Gereja Kontekstual; 3) Gereja Adaptif; 4) Gereja yang Inovatif dan Kreatif; 5) Gereja yang Membumi dan 6) Gereja Yang Relevan dengan Situasi dan Kondisi. Model ini dapat menjadi rekomendasi bagi gereja-gereja anggota PGIS Kota Batu guna meningkatkan pelayanan pastoral.
Prinsip Teologi Multikultural sebagai Fondasi bagi Kehidupan Menggereja Di Tengah Keragaman Franky Franky
HUPERETES: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46817/huperetes.v4i2.182

Abstract

Speaking of the church as a common life (communion-koinonia), the church cannot be separated from the reality of diversity (multiculturality). Multiculturality in the church community, in addition to enriching the life of Service and fellowship, not least also resulted in ‘friction’ among the congregation. The church, which is supposed to bring brotherly harmony to all of God's children, is instead contaminated with various conflicts of interest. Based on the existing problems, it takes the right strategy to deal with all forms of problems that occur in diverse church communities to produce a solid community that uses the principles of multicultural theology. To achieve the research objectives that have been described above, the method used a descriptive qualitative approach through literature study. The primary and secondary data collection techniques, use library study techniques. Through the method used, the results found that the principles of multicultural theology such as: first, the nature of man as creation is the basis of multiculturality; second, the incarnation of Christ as the Christological basis for relations between multicultural congregations and third, the naturality aspect of the church in interacting in a multicultural congregation is very important to understand and further implement in church life amid diversity so as to produce a solid community in the church.Berbicara mengenai gereja sebagai kehidupan bersama (persekutuan-koinonia), maka gereja tidak lepas dari realitas keragaman (multikulturalitas). Multikulturalitas dalam komunitas gereja, selain memperkaya dalam kehidupan pelayanan dan persekutuan, tidak sedikit juga mengakibatkan ‘gesekan’ di antara jemaat. Gereja yang seharusnya menghadirkan kerukunan bersaudara dengan semua anak Allah, malah terkontaminasi dengan beragam konflik kepentingan. Berdasarkan permasalahan yang ada, dibutuhkan strategi yang tepat dalam menyiasati segala bentuk problematika yang terjadi dalam komunitas gereja yang beragam sehingga menghasilkan komunitas yang solid yakni menggunakan prinsip-prinsip teologi multikultural. Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka metode yang digunakan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data, baik primer maupun sekunder melalui studi kepustakaan. Melalui metode yang digunakan, maka hasil yang ditemukan bahwa prinsip-prinsip teologi multikultural seperti: pertama, natur manusia sebagai ciptaan menjadi dasar multikulturalitas; kedua, inkarnasi Kristus sebagai dasar Kristologis bagi relasi antar jemaat yang multikultur dan ketiga, aspek naturalitas gereja dalam berinteraksi di tengah jemaat yang multikultur sangat penting untuk dipahami dan selanjutnya diimplementasikan dalam kehidupan menggereja di tengah keragaman sehingga menghasilkan komunitas yang solid dalam gereja.
Kompetensi Interpersonal Paulus Sebagai Pemimpin Pastoral Franky Tambuh
HUPERETES: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 1 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46817/huperetes.v3i1.83

Abstract

The church as a form of organic (living) organization requires pastoral leaders who are able to carry out their duties and responsibilities professionally. The ability to carry out these duties and responsibilities involves the interpersonal competencies possessed by a pastoral leader. When paying attention to the dynamics of church leadership at this time, the church cannot be separated from the leadership crisis, specifically related to the interpersonal competence of church leaders. In the end, this has a negative impact on the ministry. This study aims to explain that the interpersonal competence of a leader is needed in pastoral ministry. The method used in the research is descriptive method with data collection techniques using literature study and biblical hermeneutic methods. Finally, through this study it was found that referring to the ministry of the Apostle Paul, by highlighting his ministry from all directions; in every way Paul showed himself as a servant of God who has interpersonal competence. A good example in ministry shows Paul's interpersonal competence identity as a pastoral leader who is strong and rooted in Christ. This makes Paul an apostle who was used by God in an extraordinary way and impacted both individuals and large groups of the churches he served.Gereja sebagai salah satu bentuk organisasi organik (hidup) membutuhkan pemimpin pastoral yang mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab secara profesional. Kemampuan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab tersebut menyangkut kompetensi interpersonal yang dimiliki oleh seorang pemimpin pastoral.Apabila memperhatikan dinamika kepemimpinan gereja pada saat ini, maka gereja tidak lepas dari krisis kepemimpinan, secara khusus berkaitan dengan kompetensi interpersonal pemimpin gereja. Pada akhirnya, hal ini berdampak negatif dalam pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa kompetensi interpersonal seorang pemimpin sangat dibutuhkan dalam pelayanan pastoral. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian adalah metodedeskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode studi literatur dan hermeneutik alkitabiah. Akhirnya, melalui penelitian ini ditemukan bahwa merujuk dari pelayanan Rasul Paulus, denganmenyoroti pelayanannya dari segala penjuru; dalam segala hal Paulus menunjukkan diri sebagai pelayan Allah yang memiliki kompetensi interpersonal. Teladan yang baik dalam pelayanan menunjukkan identitas kompetensi interpersonal Paulus sebagai pemimpin pastoral yang kuat dan berakar di dalam Kristus. Hal ini menjadikan Paulus seorang rasul yang dipakai Allah secara luar biasa serta berdampak, baik itu kepada pribadi-pribadi maupun kelompok-kelompok besar jemaat yang dilayaninya.