Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

GROWTH CHARACTERISTICS OF NEWLY ISOLATED INDONESIAN MICROALGAE UNDER DIFFERENT SALINITY Wa Iba; Michael A. Rice; Lucie Maranda; Gary H. Wikfors
Indonesian Aquaculture Journal Vol 13, No 2 (2018): (December, 2018)
Publisher : Center for Fisheries Research, Agency for Marine and Fisheries Research and Human Resource

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1273.682 KB) | DOI: 10.15578/iaj.13.2.2018.71-81

Abstract

The aim of this study was to investigate the growth characteristics of microalgae strains isolated from Kendari Bay and the Wanggu River estuary, Indonesia. The growth of the isolates, denoted as Kb1-2, Kb1-3, Kb1-5, and Kb2-6, were evaluated under controlled conditions. A batch culture experiment of these strains except Kb2-6 was conducted for 15 days under salinity levels of 20, 25, 30 and 35 gL-1. Tetraselmis chui, Tisochrysis lutea and Chaetocero sneogracile were also culture and used as the growth references. Cell density was measured every day and cell size was measured from 50 live cells during the logarithmic phase. The cell sizes of three of the four Indonesian microalgae ranged from 1.2-11.8 µm, considered suitable for shrimp larvae. The Indonesian strains started the logarithmic phase of growth at all salinities tested from day 0 to day 3 after inoculation except for Kb1-3 that started the phase after a 3-day lag. Increased cell density over the culture period and division rate of Indonesian microalgae during the logarithmic phase of growth were similar at all salinities tested and similar to T. chui, Ti. lutea and C. neogracile. However, the final biomasses after 15 days of culture of all microalgal strains were affected by culture salinities tested. Indonesian microalgal strains showed similar dry weight and ash free dry weight to smaller-cell strains, Ti. lutea and C. neogracile. Indonesian strains (other than Kb2-6) are suggested as suitable live food candidates for mass culture in shrimp hatcheries based on their cell size, ability to survive long culture periods, and wide salinity tolerance.
Substitusi Tepung Kedelai (Glycine max) dengan Tepung Ampas Minyak Biji Kapuk (Ceiba petandra) terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Putri Didyawati; Wellem H. Muskita; Wa Iba; Muhaimin Hamzah; Agus Kurnia
Jurnal Media Akuatika Vol 4, No 3: Juli
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.702 KB) | DOI: 10.33772/jma.v4i3.9749

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang vanname yang diberi pakan buatan substitusi tepung kedelai dengan tepung ampas minyak biji kapuk. Keempat jenis pakan ini memiliki dosis tepung ampas minyak biji kapuk (TAMBK) berbeda. Penelitian ini didesain dengan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan A: 100% TK dan 0% TAMBK, Perlakuan B: 75% TK dan 25% TAMBK, Perlakuan C: 50% TKdan 50% TAMBK, Perlakuan D: 25% TK dan 75% TAMBK, diberikan pada juvenile udang vanname selama 45 hari pemeliharaan. Sebanyak 120 ekor juvenile udang vanname dengan berat 6 ± 1g dipelihara dalam 12 akuarium (10 ekor/akuarium) dan diberi pakan dua kali sehari. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan mutlak,laju pertumbuhanspesifik, konsumsi pakan, rasio konversi pakan, efisiensi pakan, retensi protein dan tingkat kelangsungan hidup juvenil udang vaname. Pertumbuhan mutlak yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 0,52-1,01 g, laju pertumbuhan spesifik berkisar antara 0,36-2,66 g, konsumsi pakan berkisar antara 190,35-270,24 g, rasio konvesi pakan berkisar antara 24,48-47,12, efisiensi pakan berkisar antara 2,39-4,34%, retensi protein berkisar antara 10,07-15,37% dan tingkatkelangsungan hidup berkisar antara 90-96,67%. Substitusi tepung kedelai dengan tepung ampas minyak biji kapuk tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan mutlak, rasio konversi pakan, efisiensi pakan dan tingkat kelangsungan hidup, tetapi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik dan konsumsi pakan juvenil udang vaname (L. vannamei). Substitusi tepung kedelai dengan tepung ampas minyak biji kapuk yang bagus untuk pakan juvenil udang vaname dengan dosis 50%TK dan 50%TAMBK.Kata kunci : TAMBK, pertumbuhan, kelangsungan hidup, udang vanname
ANALISIS POTENSI KAWASAN BUDIDAYA LAUT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS PERAIRAN DI GUGUS KEPULAUAN TIWORO Romy Ketjulan; Zulhamsyah Imran; Muhumad Fajar Purnama; La Ode Muhumad Yasir Haya; Wa Iba; Kadir Sabilu; La Ode Aslin
Jurnal Perikanan Vol 13 No 2 (2023): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v13i2.519

Abstract

ABSTRACT Kepualaun Tiworo merupakan area fishing ground yang telah mengalami penurunan produktivitas akibat tingginya intensitas penangkapan. Sebagai bentuk problem solving kondisi tersebut Pemerintah Daerah setempat merencanakan pengembangan kegiatan budidaya laut di kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi kawasan budidaya laut dan implikasinya terhadap mutu air di perairan pulau-pulau kecil Kepulauan Tiworo Kabupaten Muna Barat. Kajian potensi kawasan budidaya mencakup aspek kesesuaian dan daya dukung, khususnya budidaya rumput laut, budidaya keramba jaring apung (KJA), dan budidaya keramba jaring tancap (KJT). Kesesuaian perairan ditentukan dengan menggunakan analisis matriks kesesuaian lahan. Daya dukung lahan untuk budidaya diestimasi dengan menggunakan pendekatan fisik. Sedangkan implikasi terhadap mutu air dianalisis dengan pendekatan estimasi beban limbah yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Luas perairan yang sesuai untuk budidaya rumput laut sebesar 1.7461 ha. Jumlah unit budidaya yang dapat diusahakan sebesar 1.4133 unit budidaya dengan asumsi setiap unit budidaya berukuran 50 x 100 m. Luas perairan untuk budidaya KJA sebesar 6.528 ha, dengan jumlah unit budidaya yang dapat diusahakan sebesar 3.138 unit KJA. Sementara itu, luas perairan untuk budidaya KJT 115,9 ha, dengan jumlah unit KJT yang dapat diusahakan sebesar 56 unit. Estimsi limbah yang dihasilkan yang akan membetuk ion amonia sebesar 0,001 mg/l masih jauh dibawah baku mutu air (0,3 mg/l) sesuai Kepmen LH No. 51 tahun 2004.