Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENGARUH PERBEDAAN WARNA WADAH TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr) Yosmaniar Yosmaniar; Imam Taufik; Sutrisno Sutrisno
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.142 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.425-429

Abstract

Penelitian warna wadah dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sintasan dan pertumbuhan larva ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr.). Penelitian dilakukan di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi Cibalagung, Bogor. Wadah yang digunakan berupa 24 unit akuarium berukuran 70 cm x 40 cm x 45 cm yang diisi air sebanyak 40 L dan dilengkapi aerasi sistem sikulasi air. Hewan uji yang digunakan adalah larva ikan baung umur 1 hari yang ditebar dengan kepadatan10 ekor/L dan diberi pakan alami, yaitu artemia (ad libitum) dan dilanjutkan dengan cacing sutra (at satiation). Perlakuan berupa perbedaan warna wadah, yaitu: kontrol, merah kuning, dan biru. Waktu penelitian selama 21 hari. Hasil penelitian menunjukkan warna wadah tidak berpengaruh terhadap sintasan (18,96%; 19,12%; 18,18%; 10,50%) maupun pertumbuhan.The main purpose of this experiment was know the effect of tank colour differences on survival and growth of catfish(Hemibagrus nemurus Blkr) larvae . The experiment was conducted at Research Station Culture Fishery and Toxicology Cibalagung, Bogor. Twenty four aquaria of 70 cm x40 cm x45 cm in size with 40 L water volume were used in this experiment completed with water circulation system. Each aquarium was stocked with 10 larvae/L of catfish of one day old. The larvae was feed with Artemia salina (ad libitum) and continued with Tubifex (at satiation). Four different tank colour of aquaria were applied i.e control, red, yellow, and blue. Larvae were reared up 21 days. The result showed that colour of aqauaria wee not significantly different on and growth.
PEMELIHARAAN IKAN BETUTU Oxyeleotris marmorata Blkr DENGAN PERIODE PENYINARAN YANG BERBEDA Imam Taufik; Zafril Imran Azwar; Sutrisno Sutrisno; Yosmaniar Yosmaniar
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.417 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.3.2006.431-436

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh periode penyinaran terhadap sintasan dan perkembangan larva ikan betutu
PENGARUH PERBEDAAN SUHU AIR PADA PEMELIHARAAN BENIH IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata Blkr) DENGAN SISTEM RESIRKULASI Imam Taufik; Zafril Imran Azwar; Sutrisno Sutrisno
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.629 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.3.2009.319-325

Abstract

Penelitian bertujuan untuk menentukan suhu air yang optimal pada pemeliharaan benih ikan betutu dengan sistem resirkulasi air. Wadah penelitian: 16 unit bak kayu berlapis plastik (1,5 m x 0,7 m x 0,5 m) diisi air 300 L yang masing-masing menggunakan bak filter, ditempatkan dalam ruang terlindung dan dilengkapi dengan aerasi. Hewan uji: benih ikan betutu ukuran fingerling (0,65±0,118 g/ekor), padat tebar 1 ekor/5 liter air, diberi makanan alami berupa cacing dan ikan seribu secara berlebih, dengan waktu pemeliharaan 12 minggu. Perlakuan berupa perbedaan suhu air, yaitu: (a) 26oC; (b) 29oC; (c) 32oC; dan (d) 24oC–28oC. Parameter yang diukur: sintasan, pertumbuhan, dan produktivitas benih ikan betutu serta sifat fisika-kimia air pemeliharaan. Hasil pene-litian menunjukkan bahwa suhu air paling baik adalah 29oC dan 32oC dan secara nyata (P<0,05) berpengaruh terhadap sintasan, pertumbuhan, dan produktivitas ikan betutu.The objective of the research was know the optimum water temperature in rearing of sand goby fingerlings. Sixteen containers of 1.5 m x 0.7 m x 0.5 m in size were used in this experiment. Each container was stocked with 1 fish/5 L. Average fish weight of 0.65±0.118 gram. Four different water temperatures were applied i.e: (a) 26oC; (b) 29oC; (c) 32oC; and (d) 24oC-28oC. The result showed that the water temperature of 29oC and 32oC gave the best result on survival rate, growth rate, and productifity of sand goby.
PENGARUH SISTEM PERGANTIAN AIR YANG BERBEDA PADA PEMELIHARAAN BENIH IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata Blkr.) Imam Taufik; Zafril Imran Azwar; Sutrisno Sutrisno
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (April 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.3.1.2008.53-61

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui sistem pergantian air yang paling baik pada pemeliharaan benih ikan betutu. Wadah penelitian: 12 unit bak kayu berlapis plastik (1,9m x 0,8m x 0,5m) diisi air 500 L, ditempatkan dalam ruang terlindung dan dilengkapi dengan aerasi. Hewan uji: benih ikan betutu ukuran bobot 0,96±0,08 g/ekor, padat tebar 1 ekor/5 liter air, diberi pakan alami secara berlebih dengan waktu pemeliharaan selama 12 minggu. Perlakuan berupa perbedaan sistem pergantian air: (a) resirkulasi, (b) semi-statis, dan (c) continous flow. Parameter yang diukur: sintasan, pertumbuhan, dan produktivitas benih ikan betutu serta sifat fisika-kimia air pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergantian air dengan sistem resirkulasi memberikan sintasan yang paling baik terhadap benih ikan betutu (33,0%) dibanding continous flow (28,3%) dan berbeda nyata (P<0,05) dengan sistem semi-statis (21,3%). Laju pertumbuhan spesifik benih ikan betutu antara perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan nilai secara berturut-turut sebesar: 1,41%; 1,31%; dan 1,50%.The aim of this experiment is to obtain the information on survival rate and growth of sand goby fries. The experiment was conducted at research station CibalagungBogor. Twelve container of 1.9m x 0.8m x 0.5m were used in this experiment, each container was stocked with 1 fish/5L of sand goby fry with 0.96±0.08 gram weight. Three different water exchange were aplied i.e (a) recirculation, (b) semi static, and (c) continous flow. Each treatment was done in three replicates. The result showed that the recirculation gave the best result on survival rate (33.0%) compared with continous flow (28.3%) and significantly different from semi static (21.3%).
PERBAIKAN PRODUKSI BENIH IKAN BETUTU DENGAN MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG DIPERKAYA GIZINYA Zafril Imran Azwar; Dewi Puspaningsih; Imam Taufik
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 1 (2010): (April 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.746 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.1.2010.69-78

Abstract

Empat perbedaan pemberian kombinasi pakan yaitu pakan alami (Moina sp. dan nauplii Artemia), serta Moina sp. yang masing-masing diperkaya minyak ikan, kuning telur ayam, dan pakan buatan telah diuji pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan sintasan benih ikan betutu. Percobaan dilakukan dalam wadah toples plastik yang berisi air 7 L, dilengkapi aerasi dengan dasar wadah dilubangi dan dipasang plankton net. Wadah percobaan disusun secara seri dalam bak fiber gelas (2 m x 1,2 m x 0,5 m) yang telah diisi air setinggi 0,4 m. Pada fiber gelas dipasang pemanas air (heather) hingga kisaran suhu 28oC-30oC. Di atas wadah percobaan dipasang pipa yang berfungsi mensuplai air, dan air mengalir keluar dari bagian bawah sehingga terjadi sirkulasi air dalam wadah percobaan. Padat tebar ikan uji adalah 5 ekor/L benih umur 25 hari. Sebagai perlakuan adalah pakan alami; (a) Moina sp. dan nauplii Artemia (50%:50%), (b) Moina sp. (100%) diperkaya minyak ikan, (c) Moina sp. (100%) diperkaya minyak ikan dan tepung telur ayam, (d) Moina sp. (100%) dan diperkaya minyak ikan dan pakan buatan. Percobaan dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap, dan masing-masing perlakuan dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan uji yang diberi pakan Moina sp. diperkaya dengan minyak ikan dan pakan buatan memperlihatkan pertumbuhan bobot yang nyata lebih tinggi dari perlakuan lainnya (P<0.05), namun sintasannya lebih rendah. Sedangkan pertumbuhan bobot ikan uji maupun sintasan pada ketiga perlakuan lainnya tidak memperlihatkan perbedaan. Dapat disimpulkan bahwa pakan alami Moina sp. (100%) diperkaya minyak ikan, kuning telur, dan pakan buatan cukup mendukung pertambahan bobot dan panjang tubuh benih betutu selama masa pemeliharaan, dan dapat menggantikan nauplii Artemia
TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT PADA EKOSISTEM WADUK DI JAWA BARAT (SAGULING, CIRATA, DAN JATILUHUR) Sutrisno Sutrisno; Santosa Koesoemadinata; Imam Taufik
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 1 (2007): (April 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (961.86 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.1.2007.103-115

Abstract

Ekosistem waduk di Jawa Barat (Saguling, Cirata, dan Jatiluhur) merupakan perairan yang sangat potensial bagi pengembangan usaha budi daya ikan air tawar dengan sistem keramba jaring apung (KJA). Ekosistem tersebut menghadapi ancaman masuknya cemaran logam berat dari limbah pemukiman, perkotaan, dan industri di sekitarnya, yang dapat berpengaruh negatif terhadap produktivitas perikanan di perairan tersebut. Kegiatan penelitian telah dilakukan untuk menentukan tingkat pencemaran enam logam berat (Mn, Cd, Cr, Cu, Pb, dan Fe) di ekosistem waduk di atas, untuk mendapatkan data dasar sebagai acuan dalam manajemen perikanan budi daya ikan air tawar yang rasional dan lestari di perairan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat residu rata-rata keenam logam berat di ketiga waduk tersebut pada umumnya masih sesuai baku mutu air untuk perikanan budi daya air tawar (Peraturan Pemerintah RI  No. 82 Tahun 2001). Tingkat residu logam berat di tiga waduk adalah sebagai berikut: Cirata > Saguling > Jatiluhur. Tingkat konsentrasi logam berat Fe > Mn > Cr > Pb > Cu > Cd. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa residu logam berat dalam air < ikan < sedimen.Reservoir ecosystems in West Java (Saguling, Cirata, and Jatiluhur) are potentially suitable waterbodies for the development of floating cage culture. However these aquatic ecosystems are increasingly endangered by heavy metal pollutants introduced from the neighboring rural development, cities and industrial establishments, which may eventually effects, quantatively as well as qualitatively, the productivity of fisheries in the system. Studies to determine the residu levels of highly toxic metals (Mn, Cd, Cr, Cu, Pb, and Fe) in water, sediment and fish were carried out in the reservoirs to obtain to define the extent of heavy metal pollution in the aquatic ecosystems. Results of this study revealed that the residue level of the six heavy metals measured in the three reservoirs were still within acceptable limits for fish culture according to the water quality standard issued by the government (Indonesian Government Regulation Number 82 Year 2001). The potential metal pollution in the three reservoirs was noted as follows: Cirata > Saguling > Jatiluhur. The amounts of heavy metal concentration detected in the reservoirs were as follows: Fe > Mn > Cr > Pb > Cu > Cd. The study also demonstrated that the increase sequent of heavy metal residues in the reservoirs was: water < fish < the sediment.
PENCEMARAN DETERJEN DALAM PERAIRAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP ORGANISME AIR Imam Taufik
Media Akuakultur Vol 1, No 1 (2006): (April 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2115.84 KB) | DOI: 10.15578/ma.1.1.2006.25-32

Abstract

Deterjen merupakan bahan pembersih yang terbuat dari bahan kimia sintetis dengan komonen utama berupa surfaktan. Karena dianggap bukan bahan berbahaya atau toksik maka sebagian limbah penggunaan deterjen sering dibuang ke dalam perairan sehingga merupakan sumber pencemeran yang potensial
PERAN HORMON DAN SYARAF PADA OSMOREGULASI HEWAN AIR Imam Taufik; Eni Kusrini
Media Akuakultur Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.771 KB) | DOI: 10.15578/ma.1.2.2006.81-85

Abstract

Liat selengkapnya di File PDF
PENENTUAN TINGKAT TOLERANSI BENIH IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) TERHADAP PENC EMARAN SURFAKTAN DETERJEN Imam Taufik; Siti Subandiyah; Yosmaniar Yosmaniar
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3423.523 KB) | DOI: 10.15578/jppi.11.1.2005.95-103

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui daya toleransi benih ikan sidat terhadap pengaruh letal dan subletal dari surfaktan deterjen. Penelitian dilakukan di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya & Toksikologi, Cibalagung-Bogor dan Unit Pembenihan Udang catah, Sukabumi.
STUDI PENGARUH SUHU AIR TERHADAP AKTIVITAS BAKTERI BIOREMEDIASI (N TTROSOMONAS DAN N TTROBACTER) PADA PEMELIHARAAN BENIH IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus) Imam Taufik; Sutrisno Sutrisno; Parwatining Yuliati; Hambali Supriyadi; Siti Subandiyah; lrvan Muthalib
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6069.39 KB) | DOI: 10.15578/jppi.11.7.2005.59-66

Abstract

Studi pengaruh suhu dalam aktivitas bakteri bioremediasi telah diamati dalam rangka menanggulangi penurunan kualitas air pada budi daya ikan patin siam, sehingga mampu meningkatkan sintasan dan memacu pertumbuhan. Wadah yang digunakan berupa 15 akuarium kaca (70 x 40 x 45 cm3) dilengkapi dengan aerasi. Benih ikan patin ukuran 0,2 g/ekor yang digunakan sebagai hewan uji diberi pakan buatan dengan kandungan protein 40% sekenyangnya, dan frekuensi pemberian 3 kali.