Yohanna Retnaning Widyastuti
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERFORMA PEMIJAHAN IKAN BELIDA (Notopterus chitala) MELALUI INDUKSI HORMON HCG DAN LHRH Lies Setijaningsih; Jojo Subagja; Deni Radona; Brata Pantjara; Anang Hari Kristanto; Yohanna Retnaning Widyastuti
Jurnal Riset Akuakultur Vol 13, No 2 (2018): (Juni, 2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.251 KB) | DOI: 10.15578/jra.13.2.2018.115-122

Abstract

Permintaan ikan belida cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku olahan makanan yang masih mengandalkan tangkapan dari alam. Tingginya eksploitasi mengakibatkan populasi ikan dari tahun ke tahun semakin berkurang dan terancam punah. Teknologi pembenihan ikan belida dengan penggunaan hormon diduga dapat meningkatkan produksi larva untuk keperluan budidaya. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi performasi pemijahan ikan belida secara alami dan buatan melalui induksi hormon HCG dan LHRH analog. Pemijahan alami dan buatan dilakukan menggunakan induk betina sebanyak enam ekor dan jantan tiga ekor (rasio 2:1). Induk yang digunakan berukuran panjang 46 ± 5 cm dan bobot 2.209 ± 623 g. Pemijahan buatan dilakukan dengan induksi hormon HCG dosis 500 IU/kg dan LHRH analog dosis 0,5 mL/kg. Penyuntikan HCG dan LHRH diberikan dengan interval 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan pada pemijahan buatan (induksi hormon) diperoleh induk yang memijah sebanyak dua ekor dengan nilai diameter telur (3,1 ± 0,3 mm); fekunditas (282-907 butir); derajat pembuahan (21%-40%); derajat penetasan (56%-75%); dan sintasan (30%-50%); sedangkan pada pemijahan alami diperoleh satu ekor induk yang memijah dengan nilai diameter telur (3,5 ± 0,3 mm); fekunditas (1.616 butir); dan derajat pembuahan (86,7%); selama tiga bulan pengamatan secara intensif dengan frekuensi pemijahan enam kali. Aplikasi teknologi pemijahan dengan menggunakan induksi hormon dapat menghasilkan produk larva pada ikan belida.The demand for fish consumption of Clown Knifefish is considerably high. However, the fish supply for consumption and processed food still relies on wild-caught. Such exploitation has decreased the population of Clown Knifefish to a point that it can become an endangered species. Efforts on the breeding technology of Clown Knifefish through natural and artificial propagation using of hormones have shown promising results. The current study was conducted to evaluate the performance of Clown Knifefish in natural and artificial spawning conditions using the induction of HCG hormone and LHRH analogues. The natural and artificial spawning treatments were conducted using six fish females and three fish males (a ratio of 2:1). The average Broodstocks’ size was 46 ± 5 cm in length and 2,209 ± 623 g in weight. The artificial spawning was conducted with HCG hormone induction (dose of 500 IU/kg body weight) and LHRH analogue (dose: 0.5 mL/kg). HCG and LHRH injections were given within 24 hours interval. The results showed that the artificial spawning (hormone induction) had successfully caused two broodstock to spawn producing eggs with the diameter of 3.1 ± 0.3 mm; fecundity of 282-907 eggs; fertilization rate of 21%-40%; hatching rate of 56%-75%; and survival rate of 30%-50%. In the natural spawning, one broodstock had spawned with the egg diameter of 3.5 ± 0.3 mm; fecundity of 1,616 eggs; and fertilization rate of 86.7%. This study concludes that spawning technology applications using hormonal induction can increase the production larvae of Clown Knifefish broodstock.
PENINGKATAN KUALITAS NUTRIEN ONGGOK YANG DIFERMENTASIMENGGUNAKAN Bacillus megaterium SS4b SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN Mulyasari Fuad; Subaryono Subaryono; Reza Samsudin; Yohanna Retnaning Widyastuti
Jurnal Riset Akuakultur Vol 13, No 2 (2018): (Juni, 2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.775 KB) | DOI: 10.15578/jra.13.2.2018.147-157

Abstract

Onggok adalah hasil produk samping pengolahan ubi kayu menjadi tapioka yang berpotensi dikembangkan sebagai bahan baku pakan ikan. Permasalahan yang dihadapi yaitu kecernaan onggok masih relatif rendah sehingga perlu ditingkatkan melalui teknik fermentasi. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kemampuan bakteri B. megaterium SS4b dalam menyederhanakan nutrien kompleks dari onggok, serta menentukan dosis bakteri yang sesuai untuk proses tersebut. Penelitian ini terdiri atas dua tahap yaitu: 1) penentuan aktivitas enzim selulase, amilase, dan protease bakteri B. megaterium SS4b secara semi-kualitatif; 2) penentuan dosis inokulum yang efektif untuk proses fermentasi onggok (0%, 3%, 6%, dan 9%). Parameter yang diukur meliputi glukosa terlarut/gula pereduksi, protein terlarut, protein kasar, serat kasar, dan kecernaan protein secara in vitro. Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan beda dosis bakteri untuk fermentasi onggok dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. megaterium SS4b memiliki aktivitas selulase, amilase, dan protease, serta mampu menghidrolisis onggok. Dosis penambahan isolat bakteri sebanyak 9% pada kepadatan 1011 sel/mL dan inkubasi selama 72 jam merupakan dosis terbaik dalam meningkatkan kualitas nutrien onggok. Proses fermentasi ini dapat meningkatkan kandungan protein terlarut, kecernaan protein, ketersediaan gula pereduksi, dan penurunan serat onggok berturut-turut adalah sebesar 2,9 kali, tiga kali, satu kali, dan enam kali dibandingkan dengan kontrol.Cassava starch residue is a by-product in tapioca production that has the potential to be used as one of the ingredients in fish feed. The problem was that the digestibility of cassava starch residue was relatively low but could be improved through fermentation. The purpose of this study was to evaluate the ability of B. megaterium SS4b bacteria in simplifying the nutrient complex of cassava starch residue and determine the appropriate bacterial dose for the process. The study consisted of two stages: 1) determining, semi-qualitatively, the activity of cellulase, amylase, and protease enzyme of B. megaterium SS4; 2) determining the effective inoculum dose for the fermentation process of cassava starch residue (0%, 3%, 6%, and 9%). Parameters measured included dissolved glucose/reducing sugar, dissolved protein, crude protein, crude fibre, and protein digestibility in vitro. The experiment was arranged in a completely randomized design (CRD) with four different treatments of bacterial dose for fermentation of cassava starch residue and three replicates. The results showed that B. megaterium SS4b has cellulase, amylase, and protease activities and was able to hydrolyze cassava starch residue. The dosage level of the bacterial isolate at 9% with a density of 1011 cells mL-1 and incubation for 72 hours was the best treatment in improving the nutrient quality of cassava starch residue. This fermentation process could increase soluble protein content, protein digestibility, availability of reducing sugar, and decrease significantly the fiber content of cassava starch residue