This Author published in this journals
All Journal SAWERIGADING
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

BURUNG TAMBOLANG DANENGGANG: KAJIAN STRUKTUR NARATIF DAN KEARIFAN HIDUP YANG TERPENDAM Zainuddin Hakim
SAWERIGADING Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1445.665 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v19i2.444

Abstract

Tambolang and hornbill bird story is one of Wotu folklore known and loved by its people. The method used in this paper is a descriptive-qualitative method. Tambolang and hornbill bird story has high aesthetic that makes it interesting to read, and most important is humanitarian messages implied is very diverse. Tambolang concerning for animal trouble rescue in Wotu valley becomes one of intrinsic characteristic that stands out in this story. Extrinsically, the story conveys a message about the importance of working together to confront and overcome the difficulties of life. Although the characters are not human, but the messages contained in it is very informative. Theory used included the sociology of literature. Abstrak Cerita Burung Tambolang dan Enggang merupakan salah satu cerita rakyat Wotu yang dikenal dan disenangi oleh masyarakatnya. Adapun metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif-kualitatif. Cerita Burung Tambolang dan Enggang memiliki estetika yang tinggi sehingga menarik untuk dibaca, dan yang terpenting adalah pesan-pesan kemanusiaan yang terkandung di dalamnya sangat beragam. Kepedulian Tambolang untuk menyelamatkan warga satwa di lembah Wotu yang tertimpa kesulitan menjadi salah satu ciri intrinsik yang menonjol dalam cerita ini. Secara ekstrinsik cerita ini menyampaikan pesan mengenai pentingnya kerja sama untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan kehidupan. Walaupun tokoh-tokohnya bukan manusia, tetapi pesan-pesan yang tertuang di dalamnya sangat informatif. Teori yang digunakan antara lain sosiologi sastra.
SOSIOKULTURAL SASTRA SAWERIGADING DALAM VERSI TOLAKI Zainuddin Hakim
SAWERIGADING Vol 18, No 3 (2012): SAWERIGADING, Edisi Desember 2012
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1167.897 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v18i3.410

Abstract

Saweringading also known in Tolaki as Saweringadi is a very interesting story since the main character in famous La Galigo spread until the oversea. As the longest literary work and heritage of world literary, La Galigo must imply much meaning and reflectformer local indigenous such as the importance of wisdom value in facing something. Saweringadi as main character is much idoliged since its character in moving the plot and delivering value and socio-cultural building in social life. The story arises in many versions. The diversity emerges caused by the different of place and culture of society where the story develops. The existence of Saweringadi especially and La Galigo generally develops and then spread not only in Buginese society but also over the regional border which crosses its regional, even the country. Any approach like literary reception and semiotic is used in this research to support analysis. This research uncovers about socio-culture in Sawerigading of Tolaki version. Abstrak Saweringading atau yang dikenal di Tolaki dengan nama Saweringadi adalah sebuah cerita yang sangat menarik karena merupakan tokoh utama dalam epos La Galigo yang terkenal itu dan tersebar hingga ke mancanegara. Sebagai karya sastra (terpanjang di dunia) dan merupakan warisan sastra dunia, La Galigo dipastikan sarat makna dan mereflikasikan kearifan budaya lokal masa lampau, seperti pentinya nilai kebijakan dalam menghadapi sesuatu. Hal itu menunjukkan bahwa warisan masa lampau itu sangat berarti bagi perkembangan kehidupan dan kemanusiaan masa kini. Saweringadi sebagai tokoh utama sangat diidolakan karena perannya yang sangat penting dalam menggerakkan alur cerita sekaligus mengantarkan pananaman nilai atau sosiokultural yang sangat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Cerita ini muncul dalam beberapa versi. Keragaman itu muncul akibat perbedaan tempat dan latar belakang kultur masyarakat tempat cerita itu berkembang. Kemunculan cerita tentang Saweringadi khususnya dan La Galigo pada umumnya berkembang dan selanjutnya tersebar tidak saja di lingkungan orang-orang Bugis, tetapi dapat melampaui batas-batas kedaerahannya melintasi batas daerah, bahkan batas Negara. Berbagai pendekatan, seperti resepsi sastra dan semiotik digunakan dalam penelitian untuk mendukung analisis. Penelitian ini mengungkap tentang sosiokultural dalam sastra Sawerigading versi Tolaki.
STRUKTUR DAN NILAI-NILAI KULTURAL CERITA RANDA WULA’A (Structure and Cultural Values of Randa Wula’a Story) Zainuddin Hakim
SAWERIGADING Vol 24, No 1 (2018): Sawerigading, Edisi Juni 2018
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.389 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v24i1.253

Abstract

AbstrakTulisan ini bertujuan mendeskripsikan struktur cerita  Randa Wulaa serta nilai-nilai kultural yang terkandung di dalamnya. Randa Wulaa termasuk salah satu cerita rakyat Tolaki yang masih disenangi oleh masyarakat pendukungnya. Salah satu penyebabnya adalah struktur ceritanya yang menarik   serta kanduangan nilainya yang benar-benar bersentuhan dengan sisi kemanusiaan. Cerita ini dibahas dengan menggunakan pendekatan struktural dan pandangan Koentjaraningrat tentang nilai budaya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mengungkap atau memberikan penjelasan terhadap objek yang dikaji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan dan kesuksesan yang akan dicapai diawali oleh sejumlah tantangan dan hambatan yang harus diatasi, terutama oleh tokoh utama. Sepak terjang Randa Wulaa mengatasi setiap kendala itu tergambar dalam bentuk nilai-nilai  kultural.
MORALISASI ELOKKELONG DALAM SASTRA BUGIS (The Moralization of “Elokkelong” in Buginese Literature) Besse Darmawati; Zainuddin Hakim
SAWERIGADING Vol 20, No 3 (2014): Sawerigading
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1003.777 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v20i3.39

Abstract

The moralization of “elokkelong” in Buginese literature expresses life guidance for Buginese society inrunning life. This research aims to describe the moralization of “elokkelong” in Buginese literature. In relationto the aim, the writer applies descriptive analysis method through moral approach and also applies reading-listening technique and content analysis. The data is a number of “elokkelong” in Buginese literature. The “elokkelong” was documented by Balai Penelitian Bahasa, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Departemen Pendidikan dan Kebudayaan at Ujung Pandang in 1995. The result of the analysis shows that themoralization of “elokkelong” in Buginese literature involves life guidances for Buginese society, such as: (1)holding high the trust given, (2) leading in wise and responsible way, (3) being loyal in human relationship,(4) being firm in encouraging togetherness, (5) considering well before making decision, (6) being honest, and(7) struggling for the desire.
KEMANDIRIAN BUDAYA SEBAGAI KEKUATAN BANGSA SEBUAH KAJIAN TERHADAP NOVEL AYU MANDA Zainuddin Hakim; Ratun Untoro
SAWERIGADING Vol 17, No 1 (2011): Sawerigading, Edisi April 2011
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1427.585 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v17i1.355

Abstract

Culture is society's concrete identity of the nation. Culture's firmness certainly will strengthen the nation. Theinfluence of globalisation era that can be denied must be adlmitted to take part in decreasing cultural parts oflife. When regional culture is weak to face foreigner culture's attack, local identity will decrease even willundlermine the identity of society who supports it. Next problem is the disbelief towards his/her own culturethat can make the lost of the independence. It almost must be hard wave that make the confient andindependence of nation sunk. We will be the nation that always rely on other nation who brings new culture.Finally, the strength of foreign culture will shake the governance. Therefore, the independence of regional cultureneeds to be empowered as part of national culture, as an identity, and national identity that will be steered bythe nation it self. Thus, strategy of culture is needed. AbstrakGencarnya arus globalisasi harus diakui turut menerjang sendi-sendi kehidupan kebudayaan.Ketika titik-titik kebudayaan daerah rapuh oleh terjangan budaya asing, identitas kelokalanakan menipis bahkan akan menggerogoti jati diri masyarakat pendukungnya. Tahapselanjutnya adalah ketidakpercayaan atas budaya sendiri hingga hilanglah kemandirian itu.Akhirnya, kekuatan budaya asing akan menggoyahkan tata kehidupan berbangsa danbernegara. Oleh karena itu, perlu ada upaya penguatan kemandirian budaya daerah sebagaibagian dari kebudayaan nasional, sebagai jati diri, dan identitas bangsa yang akan berhilir padabangsa yang mandiri. Penelitian ini mendedahkan novel yang menceritakan kekuatankemandirian budaya Bali, yaitu Ayu Manda. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitianini adalah deskriptif kualitatif melalui studi pustaka. Penelitian ini bertujuan mengungkapkekuatan budaya daerah atas desakan budaya Barat sekaligus menunjukkan kekuatan budayadaerah sebagai kekuatan jati diri dan identitas bangsa.
MORFOLOGI CERITA RATU ULAR: MODEL ANALISIS VLADIMIR PROPP (Morphology of Ratu Ular Folklore: Vladimir Propp Analysis Model) Zainuddin Hakim
SAWERIGADING Vol 21, No 3 (2015): Sawerigading
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1179.981 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v21i3.101

Abstract

This study aims to examine morphology of Ratu Ular folklore based on model analysis developed by VladimirPropp. The principal issues examined in this study include character functions, schemes and pattern of stories,function distributions among characters, and character’s introduction way in the story. The method usedqualitative descriptive method with classification techniques through literature. The result of the analysisproves that Ratu Ular folklore has nineteen character functions who distributed into seven circles of actions.Nineteen character functions mentioned are lack, wedding, reconnaissance, fraud, absentation, unfoundedclaims, the first function of the donor, delivery, provition or receipt of a magical agent, departure, unrecognizedarrival, struggle, victory, the initial misfortune or lack is liquidated, transfiguration, exposure, marking, return,punishment, and final situation.
NUANSA TASAWUF IMAM LAPEO DALAM KALINDAQDAQ MANDAR: KAJIAN HERMENEUTIKA Zainuddin Hakim
SAWERIGADING Vol 18, No 1 (2012): Sawerigading, Edisi April 2012
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (926.954 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v18i1.332

Abstract

This writing discusses about Mandar literary work, called kalindaqdaq especially kalindaqdaq which is much influenced by sight of Islamic mysticism literary. Islamic mysticism known widely in Mandar society is Imam Lapeo mysticism. It is analyzed using hermeneutic theory. The analysis aims at explaining two things, the meaning of word in line and of line in kalindaqdaq stanga (poetry), and mysticism shades in kalindaqdaq. The analysis is done using descriptive method and library research technique. The analysis shows that each stanga of kalindaqdaq poetry has unified meaning with the shades of Imam Lapeo mysticism. Abstrak Tulisan ini membahas karya sastra Mandar, yaitu kalindaqdaq khususnya kalindaqdaq yang mengandung wawasan sastra sufi atau tasawuf. Tasawuf yang dikenal luas di kalangan masyarakat Mandar adalah tasawuf Imam Lapeo. Data Tulisan ini dianalisis dengan teori hermeneutika. Tujuan kajian ini direalisasikan dalam dua hal, yakni makna kata dalam larik, dan larik dalam bait kalindaqdaq(puis'i) serta nuansa tasawuf Imam Lapeo dalam kalindaqdaq. Kajian dilakukan dengan metode deskriptif, dengan teknik kajian pustaka. Realitas kajian menyatakan bahwa setiap bait puisi kalindaqdaq memiliki makna yang utuh dengan nuansa tasawuf Imam Lapeo