Tri Astutik Haryati
Unknown Affiliation

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : RELIGIA

TEOLOGI MULTIKULTURAL (Resolusi Konflik Religiusitas di Indonesia) Tri Astutik Haryati
Religia Vol 14 No 2: Oktober 2011
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v14i2.87

Abstract

Raison d’etre teologi Islam adalah tuntutan "realitassosial". Teologi seharusnya tidak hanya membahas konsepketuhanan melainkan refleksi kritis agama terhadappermasalahan sosial. Salah satunya adalah persoalan pluralitasagama di Indonesia. Islam dapat menjadi pijakan bagispiritualitas multikultural melalui pemahaman mendalamterhadap nilai-nilai etik fundamental yang dimiliki olehagama-agama sehingga menjadi entri point untuk mencarititik temu (kalimatun sawa)' sehingga dapat melahirkanmutual understanding diantara agama-agama. TeologiMultikultural sangat penting di jaman kontemporer ini karenapluralitas telah menjadi keniscayaan. Selain itu berguna untukmenghadapi berbagai fenomena keagamaan di masa depanyang ditandai oleh konflik-konflik dengan mengatasnamakanagama. Meskipun agama bukan satu-satunya faktor namunjelas sekali bahwa pertimbangan keagamaan dalam konflikkonflikitu dalam ekskalasinya banyak memainkan peran.Raison d’être of Islamic theology is a “social reality” demand.Theology should not only discuss about the concept of Godbut also reflect the religion critically with the social problems.One of them is plurality of religion in Indonesia. Islam can bemade as foundation to multicultural of spirituality throughdeep understanding of ethic values owned by many religion inIndonesia so that it become an entry point to find the meetingpoint (the same word) that can bring about mutualunderstanding among the religions. Multicultural theology isvery important in this contemporary time because pluralityhas become a must. Besides, it is also useful to face manyreligious problems in the future like conflicts on behalf ofreligion. Even though religion is not the only factor, it is soclear that religious justification in those conflicts plays animportant role.
KOSMOLOGI JAWA SEBAGAI LANDASAN FILOSOFIS ETIKA LINGKUNGAN Tri Astutik Haryati
Religia Vol 20 No 2: Oktober 2017
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v20i2.1026

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk membangun landasan filosofis etika lingkungan melalui kosmologi Jawa dengan pendekatan filsafat. Fokus kajian diarahkan pada pandangan kosmologi Jawa untuk menemukan argumentasi filosofis landasan etika lingkungan. Pandangan kosmologi Jawa secara ontologis mengajarkan relasi antara manusia dan alam berbasis kesatuan eksistensi (manunggaling kawula gusti) sehingga dapat mengisi kekosongan kosmologi positivistik-antoposentris dalam mentalitas pencerahan. Secara epistemologis, berbasis rasa yang merupakan sistematisasi pengalaman manusia dalam menjalani kehidupan dan mampu mengantarkannya pada pengetahuan tentang Tuhan pencipta alam. Secara aksiologis bermuara pada harmoni in nature, sebuah sikap apresiatif terhadap alam yang merefleksikan ditiadakannya jurang pemisah antara subjek dan objek. Refleksi tersebut memungkinkan dilaksanakannya norma yang dijadikan pedoman berperilaku dan tuntutan kebutuhan praktis sejalan dengan dimensi etis-antropologis. Dengan demikian diharapkan dapat merubah cara pandang manusia terhadap alam dan memiliki kontribusi bagi pengembangan etika lingkungan untuk merespon problem kerusakan lingkungan baik dalam skala lokal maupun global.
Kalimatun Sawa’ as The Basis of Religious Tolerance (Interpretation of Nurcholish Madjid’s Thoughts Based on Paul Ricoeur’s Hermeneutics) Tri Astutik Haryati; Amat Zuhri; Naelil Marom
Religia Vol 23 No 2 (2020): Author geographical coverage: Germany, Malaysia, and Indonesia
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v23i2.2164

Abstract

This paper aims to understand deeply the thoughts of Nurcholish Madjid about kalimatun sawa’ as the basis of religious tolerance. The approach used is Paul Ricoeur’s Hermeneutics. The main issues that will be examined include interpretation theory in Paul Ricoeur’s Hermeneutics, Nurcholish Madjid’s thoughts about kalimatun sawa’, as well as the application of interpretation theory in understanding kalimatun sawa’. Through this understanding, it is expected to find the meaning of kalimatun sawa’ as well as its contribution to religious tolerance in Indonesia.