Amat Zuhri
Unknown Affiliation

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

MBAH MUNAWAR, TASAWUF DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN Amat Zuhri
Jurnal Penelitian Vol 7 No 2: Nopember 2010
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/jupe.v7i2.110

Abstract

As ’khalifa fi al-ardi’, mankind has responsibility to organize and settle many issues and resolve many problems laid down on the earth. To fulfill these duties, they are equiped with sense of mind and intelligence. Nowadays, through science and technology, rush and massive exploitation of resources are being uncontrolled day by day. So, this behavior creates some global crisis in many areas, including ecological disasters. This behavior, assumed, proceeded from the thoughts of mechanics-materialistic paradigms. On the contrary, tasawuf leads mankind to new enlighted paradigm and perspective in viewing world: not centre on material orientation; but spiritual one. A good example of tasawuf attitude was set by Mbah Munawar living in Karanggondang of Pekalongan. Eventhough, he has never learned tasawuf, his behavior -what he do- is reflecting tasawuf thoughts: zuhud, fanâ, baqâ, ittihâd, hulul, nur muhammad, insân kâmil and wahda/t/ al-wujud. In fact, despite of surrounding with the wealthy of natural capital, he doesn’t want to explore it exessively, but wisely and friendly
PERSEPSI MAHASISWI TERHADAP JILBAB GAUL Sopiah *; Abdul Khobir; Amat Zuhri; Ely Mufidah
Jurnal Penelitian Vol 5 No 2: Nopember 2008
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/jupe.v5i2.241

Abstract

Penelitian ini mengkaji persepsi jilbab gaul di kalangan mahasiswi STAIN Pekalongan. Jilbab gaul dimaksudkan sebagai busana muslimah yang gaul, yang cenderung seksi sehingga di satu sisi menutup tubuh pemakainya, di sisi lain menampilkan keseksian. Kajian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan paradigma naturalistik. Sifat penelitian ini deskriptif analisis kritis. Hasil kajian menunjukkan bahwa persepsi mahasiswi STAIN Pekalongan terhadap jilbab gaul sangat positif, syar’i secara kognitif namun secara afektif bervariasi. Faktor yang melatarbelakangi pemakaian jilbab gaul berupa faktor personal dan faktor situasional.
KECENDERUNGAN TEOLOGI MATURIDIYAH SAMARKAND Amat Zuhri
Religia Vol 13 No 1: April 2010
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v13i1.177

Abstract

Al-Maturidi – a prominent figure of Maturidiyah of Samarkand branch – is Abu Hanifah’s follower who uses ratio much in religious view including in theological thought. In fact, Maturidiyah of Samarkand’s thought is closer to Mu’tazilah’s one because they use ratio in the same way, but Maturidiyah of Samarkand is still grouped into Ahl al- Sunnah wa al-Jama’ah group, which is a derivation of Asy’ariyah view, even though Asy’ariyah does not use ratio much in theological thought.
TASAWUF EKOLOGI (Tasawuf Sebagai Solusi dalam Menanggulangi Krisis Lingkungan) Amat Zuhri
Religia Vol 12 No 2: Oktober 2009
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v12i2.188

Abstract

Human beings’ greed in exploiting nature excessively happens because of two things. First, human beings focus on their function as leader more. Second, they lose their awareness that they should be responsible for their in the presence of God. This attitude surely will cause nature damage that it, finally, brings about ecological damage. Therefore, nature damage can be coped with Islamic spiritual values that are promoted by tasawuf. Some of them are zuhud, wara’, faqir, fana-baqa, wahdat al-wujud and insan kamil. By internalizing those teachings, someone will be able to control himself in utilizing nature and increase his awareness to maintain nature with love.
TASAWUF DALAM SOROTAN EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI Amat Zuhri
Religia Vol 19 No 1: April 2016
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v19i1.658

Abstract

Aspek ajaran Islam seringkali dibagi secara dikotomis menjadi aspek syari’at dan hakikat. Aspek syari’at adalah ajaran yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah berkenaan dengan aqidah, ibadah, akhlak, sosial, ekonomi dan aspek kehidupan lainnya yang bersifat lahiriyah dalam bentuk legal-formal atau identik dengan fikih. Karena bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah maka ilmu syari’at digolongkan sebagai ilmu yang menggunakan epistemologi bayani. Sedangkan hakikat adalah aspek ajaran dalam Islam yang lebih menekankan pada penghayatan batin sehingga digolongkan sebagai ilmu yang menggunakan epistemologi irfani. Yang termasuk dalam hakikat ini adalah Tasawuf. Pembagian secara dikotomis seperti ini secara tidak langsung menimbulkan pemahaman bahwa tasawuf bukanlah bagian dari syari’at. Maka tidak jarang ada pihak-pihak yang menganggap bahwa tasawuf adalah salah satu bentuk penyimpangan dalam Islam atau setidaknya tidak memperhatikan aspek syari’at. Selain dianggap mernyimpang, tasawuf juga sering dianggap sebagai ajaran yang tidak mampu menyelesaikan persoalan-persoalan kemasyarakatan. Benarkah tasawuf itu tidak memperhatikan aspek syari’at dan tidak memiliki nilai-guna untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kemasyarakatan? Dalam tulisan ini penulis akan mencoba menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut dengan menggunakan metode analisis Critical Discouse Analysis (CDA). Secara aplikatif, pembahasannya dimulai dengan mendeskripsikan sejarah dan faktor penyebab munculnya aliran-aliran tasawuf dalam Islam serta pokok-pokok ajaran tasawuf. Adapun pendekatan yang digunakan adalah filsafat ilmu. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ajaran tasawuf juga menekankan aspek syari’ah  sehingga tidak melulu hanya menggunakan epistemologi irfani. Selain itu nilai-nilai tasawuf juga memiliki nilai-guna untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kemasyarakatan.
Kalimatun Sawa’ as The Basis of Religious Tolerance (Interpretation of Nurcholish Madjid’s Thoughts Based on Paul Ricoeur’s Hermeneutics) Tri Astutik Haryati; Amat Zuhri; Naelil Marom
Religia Vol 23 No 2 (2020): Author geographical coverage: Germany, Malaysia, and Indonesia
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v23i2.2164

Abstract

This paper aims to understand deeply the thoughts of Nurcholish Madjid about kalimatun sawa’ as the basis of religious tolerance. The approach used is Paul Ricoeur’s Hermeneutics. The main issues that will be examined include interpretation theory in Paul Ricoeur’s Hermeneutics, Nurcholish Madjid’s thoughts about kalimatun sawa’, as well as the application of interpretation theory in understanding kalimatun sawa’. Through this understanding, it is expected to find the meaning of kalimatun sawa’ as well as its contribution to religious tolerance in Indonesia.
KECENDERUNGAN TEOLOGI MATURIDIYAH SAMARKAND Amat Zuhri
Religia Vol 13 No 1: April 2010
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v13i1.177

Abstract

Al-Maturidi – a prominent figure of Maturidiyah of Samarkand branch – is Abu Hanifah’s follower who uses ratio much in religious view including in theological thought. In fact, Maturidiyah of Samarkand’s thought is closer to Mu’tazilah’s one because they use ratio in the same way, but Maturidiyah of Samarkand is still grouped into Ahl al- Sunnah wa al-Jama’ah group, which is a derivation of Asy’ariyah view, even though Asy’ariyah does not use ratio much in theological thought.
TASAWUF EKOLOGI (Tasawuf Sebagai Solusi dalam Menanggulangi Krisis Lingkungan) Amat Zuhri
Religia Vol 12 No 2: Oktober 2009
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v12i2.188

Abstract

Human beings’ greed in exploiting nature excessively happens because of two things. First, human beings focus on their function as leader more. Second, they lose their awareness that they should be responsible for their in the presence of God. This attitude surely will cause nature damage that it, finally, brings about ecological damage. Therefore, nature damage can be coped with Islamic spiritual values that are promoted by tasawuf. Some of them are zuhud, wara’, faqir, fana-baqa, wahdat al-wujud and insan kamil. By internalizing those teachings, someone will be able to control himself in utilizing nature and increase his awareness to maintain nature with love.
TASAWUF DALAM SOROTAN EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI Amat Zuhri
Religia Vol 19 No 1: April 2016
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v19i1.658

Abstract

Aspek ajaran Islam seringkali dibagi secara dikotomis menjadi aspek syari’at dan hakikat. Aspek syari’at adalah ajaran yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah berkenaan dengan aqidah, ibadah, akhlak, sosial, ekonomi dan aspek kehidupan lainnya yang bersifat lahiriyah dalam bentuk legal-formal atau identik dengan fikih. Karena bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah maka ilmu syari’at digolongkan sebagai ilmu yang menggunakan epistemologi bayani. Sedangkan hakikat adalah aspek ajaran dalam Islam yang lebih menekankan pada penghayatan batin sehingga digolongkan sebagai ilmu yang menggunakan epistemologi irfani. Yang termasuk dalam hakikat ini adalah Tasawuf. Pembagian secara dikotomis seperti ini secara tidak langsung menimbulkan pemahaman bahwa tasawuf bukanlah bagian dari syari’at. Maka tidak jarang ada pihak-pihak yang menganggap bahwa tasawuf adalah salah satu bentuk penyimpangan dalam Islam atau setidaknya tidak memperhatikan aspek syari’at. Selain dianggap mernyimpang, tasawuf juga sering dianggap sebagai ajaran yang tidak mampu menyelesaikan persoalan-persoalan kemasyarakatan. Benarkah tasawuf itu tidak memperhatikan aspek syari’at dan tidak memiliki nilai-guna untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kemasyarakatan? Dalam tulisan ini penulis akan mencoba menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut dengan menggunakan metode analisis Critical Discouse Analysis (CDA). Secara aplikatif, pembahasannya dimulai dengan mendeskripsikan sejarah dan faktor penyebab munculnya aliran-aliran tasawuf dalam Islam serta pokok-pokok ajaran tasawuf. Adapun pendekatan yang digunakan adalah filsafat ilmu. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ajaran tasawuf juga menekankan aspek syari’ah  sehingga tidak melulu hanya menggunakan epistemologi irfani. Selain itu nilai-nilai tasawuf juga memiliki nilai-guna untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kemasyarakatan.
Kalimatun Sawa’ as The Basis of Religious Tolerance (Interpretation of Nurcholish Madjid’s Thoughts Based on Paul Ricoeur’s Hermeneutics) Tri Astutik Haryati; Amat Zuhri; Naelil Marom
Religia Vol 23 No 2 (2020): Author geographical coverage: Germany, Malaysia, and Indonesia
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/religia.v23i2.2164

Abstract

This paper aims to understand deeply the thoughts of Nurcholish Madjid about kalimatun sawa’ as the basis of religious tolerance. The approach used is Paul Ricoeur’s Hermeneutics. The main issues that will be examined include interpretation theory in Paul Ricoeur’s Hermeneutics, Nurcholish Madjid’s thoughts about kalimatun sawa’, as well as the application of interpretation theory in understanding kalimatun sawa’. Through this understanding, it is expected to find the meaning of kalimatun sawa’ as well as its contribution to religious tolerance in Indonesia.