Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERBANDINGAN PENGAWET KITOSAN DARI CANGKANG KERANG BULU (Anadara antiquata) SEBAGAI PENGAWET UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN IKAN PARI (Dasyatis sp.) Eni Masruriati
Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy) Vol 1, No 1 (2019): PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEFARMASIAN
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37013/jf.v1i1.71

Abstract

Pengawetan merupakan salah satu cara untuk membuat udang dan ikan memiliki daya simpan yang lama sehingga dapat mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan. Kitosan merupakan alternatif pengawetan ikan dan udang. Kitosan didapat dari hasil deasetilasi kitin dari cangkang kerang bulu yang ada di Kendal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pengawetan dengan menggunakan kitosan pada udang vename dan ikan pari. Metodologi pada penelitian ini menggunakan metode deasetilasi kitin dari cangkang kerang bulu. Hasil dianalisa univariate dan bivariat dengan uji t-test. Hasil penelitian menunjukan rendemen kitosan cangkang kerang bulu adalah 7,12%b/v. Hasil t-test menunjukan nilai > 0,05 taraf kepercayaan 95%, dapat diartikan bahwa pada pengawetan udang vename dan ikan pari tidak berbeda siqnifikan. Kesimpulan perbandingan pengawetan udang vename dan ikan pari menggunakan kitosan tidak berbeda signifikan.
RENDEMEN KITOSAN LIMBAH CANGKANG KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes) DAN KERANG KEPAH (Polymesoda erosa) DARI KENDAL JAWA TENGAH Ariyanti Ariyanti; Eni Masruriati; Arin Widya Nuari; M. Himawan Yoga Syahputra
Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Jurnal Ilmu Farmasi & farmasi Klinik Vol 16 No 1 Juni 2019
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.105 KB) | DOI: 10.31942/jiffk.v16i01.2931

Abstract

ABSTRACTChitosan is the result of the deacetylation process of chitin by removing acetyl groups to obtain polymer compounds and glucosamine. Utilization of chitosan derived from waste of Amusium pleuronectes and Polymesoda erosa has not been maximize. This study aims to determine the highest chitosan yield in Amusium pleuronectes and Polymesoda erosa. The method used in this study was a deacetylation isolation method with five replications. The yield of the yield content was analyzed by univariate and bivariate with spps 19.0 using a ttest. Based on the results of the research on the sample of Amusium pleuronectes and Polymesoda erosa, the highest yield of chitosan at 75% b/v concentration of NaOH was 6,972% b/v for Amusium pleuronectes and 5.972% b/v for Polymesoda erosa. The results showed that NaOH concentrations of 15v, 25, 50, and 75% b/v could affect the chitin change to chitosan against Amusium pleuronectes and Polymesoda erosa.Keywords: Amusium pleuronectes, Polymesoda erosa, deacetylation, chitin, chitosan
EFEKTIFITAS ANTIBAKTERI Staphylococcus aureus EKSTRAK RIMPANG TEMU HITAM A Ariyanti; Eni Masruriati; Nur Sulistianingsih
Jurnal Farmasi Sains dan Praktis Vol 5 No 1 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31603/pharmacy.v5i1.2616

Abstract

Rimpang temu hitam merupakan tanaman dengan khasiat sebagai antibakteri. Rimpang temu hitam yang berasal dari daerah Kendal perlu dimaksimalkan pemanfaatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas antibakteri ekstrak rimpang temu hitam dari daerah Kendal terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan metode difusi sumuran. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah metode non random, dengan sistem pengambilan sampel rimpang temu hitam di daerah Kendal secara purposive sampling. Konsentrasi ektrak rimpang temu hitam yang diuji adalah 15%b/v, 20%b/v, dan 25%b/v. Hasil uji efektifitas antibakteri dihitung berdasarkan diameter zona bening pada media menggunakan jangka sorong. Hasil penelitian menunjukan bahwa temu hitam dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus. Rata – rata diameter zona bening yang diukur dengan jangka sorong pada konsentrasi 15%b/v yaitu 7,10 mm, konsentrasi 20%b/v yaitu 12,21 mm dan konsentrasi 25%b/v yaitu 15,19 mm. Hasil analisa statistik uji mann whitney didapatkan nilai signifikasiantara masing – masing konsentrasi yaitu 0,000 dimana nilai tersebut < 0,05 maka H0 ditolak, artinya ada perbedaan rata – rata antara konsentrasi tersebut. Hasil analisa statistik uji t-test antara konsentrasi 20%b/v dan konsentrasi 25% b/v didapatkan nilai signifikasi 0,103 dimana nilai tersebut > 0,05, maka H0 diterima, artinya tidak ada perbedaan rata – rata antara konsentrasi tersebut. Hal tersebut menunjukan bahwa konsentrasi efektif yang memiliki efektifitas antibakteri adalah 20% b/v. Kata kunci :Ekstrak rimpang temu hitam, Efektifitas Antibakteri,Staphylococcus aureus