This Author published in this journals
All Journal Harmoni
M. Taufik Hidayatulloh
Kementerian Agama Kota Bogor, Jawa Barat

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KEBUTUHAN LAYANAN KEAGAMAAN UMAT KHONGHUCU DI DKI JAKARTA M. Taufik Hidayatulloh; Anik Farida
Harmoni Vol. 17 No. 1 (2018): Januari-Juni 2018
Publisher : Research and Development Center for Guidance for Religious Societies and Religious Services, the Research and Development and Education and Training Agency of the Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia (MORA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (667.335 KB) | DOI: 10.32488/harmoni.v17i1.18

Abstract

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk ; (1) mendeskripsikan bentuk layanan keagamaan yang sudah dan belum diberikan oleh pemerintah di DKI Jakarta; (2) mendeskripsikan bentuk layanan keagamaan yang dibutuhkan oleh Umat Khonghucu di DKI Jakarta; (3) mengetahui hubungan sosial Umat Khonghucu dengan umat lainnya, masyarakat dan negara di DKI Jakarta . Penelitian ini dilaksanakan di DKI Jakarta pada Tahun 2017. Subjek penelitian adalah unsur pengurus Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia Pusat, pengurus Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia DKI Jakarta, Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta (Bidang Kerukunan Umat Beragama), Forum Kerukunan Umat Beragama DKI Jakarta, Tokoh agama maupun pengurus Majelis Agama Khonghucu Daerah Kota (MAKIN) yang dipilih secara purposive. Jumlah tineliti dalam penelitian ini berjumlah 8 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan berbagai informan, dan penelusuran dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan teknik yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman, yakni reduksi data (pemilahan, pemusat perhatian), penyajian (display) data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Di antara 2 masalah pelayanan yang diberikan pemerintah, yaitu pelayanan pendidikan dan layanan kependudukan, maka pelayanan pendidikan inilah yang paling banyak ditemukan permasalahan. Namun demikian terhadap kondisi ini tidak dapat berdiri sendiri dan selesai hanya dengan menyelesaikan satu aspek saja, melainkan harus semua aspek terselesaikan sehingga dapat saling bersinergi. (2) Layanan yang dibutuhkan umat Khonghucu yang paling utama dapat disebutkan sebagaimana berikut ; Pertama, bidang status hukum berupa pemulihan status hukum dipulihkan sampai sosialisasi aturan pelaksanaan hingga ke tingkat grass root. Kedua, bidang keagamaan yaitu mulai dari pengembalian rumah ibadah Kelenteng ke pengelolaan umat Khonghucu sampai kepada pengembalian ajaran dan simbol keagamaan. Ketiga, bidang pelayanan hak sipil, Keempat, bidang pembinaan umat, Kelima, bidang pendidikan, Keenam, bidang keorganisasian. (3) Penelitian ini tidak menemukan adanya konflik atau gesekan yang bersifat fisik. Namun tercatat konflik terselubung yang terjadi yaitu ; gesekan mengenai fungsi rumah ibadah Kelenteng, konflik dalam bidang pendidikan dan konflik akibat konversi agama terselubung. Relasi sosial ummat Khonghucu dengan masyarakat masih terbatas pada bidang-bidang tertentu. Sedangkan relasi dengan pemerintah menunjukkan hubungan yang erat.
GELIAT DAKWAH KALANGAN MILENNIAL TERDIDIK : MEMBACA ARAH PENYEBARAN INFORMASI KEAGAMAAN MELALUI GAWAI M. Taufik Hidayatulloh; Kosbi Alfi Sahid
Harmoni Vol. 19 No. 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : Research and Development Center for Guidance for Religious Societies and Religious Services, the Research and Development and Education and Training Agency of the Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia (MORA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32488/harmoni.v19i1.369

Abstract

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk ; (1) Mendeskripsikan konten dan produk informasi keagamaan, (2) Menyebutkan dan menguraikan faktor kritis penyebaran informasi keagamaan serta (3) Menjelaskan model dan strategi penyebaran informasi keagamaan. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dimulai dari bulan Juni 2018-Februari 2019. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berumur 18-22 tahun yang aktif menggunakan media sosial pada dua bidang berbeda, yaitu mahasiswa Fakultas Dakwah maupun mahasiswa Fakultas Umum dengan jumlah subjek 5 orang mahasiswa untuk masing-masing Fakultas. Pemilihan narasumber yang diwawancarai tersebut dipilih dengan snowball method. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman, yakni reduksi data (pemilahan, pemusat perhatian), penyajian (display) data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Narasumber merasa bahwa materi/konten yang perlu dibagikan adalah konten isu agama dan masalah politik. Dalam menyebarkan informasi keagamaan, narasumber memiliki tujuan jangka pendek di antaranya : untuk berbagi, agar bermanfaat buat orang banyak, agar mereview kembali ilmu yang telah diketahui, serta meredam konflik dibanding menyulut konflik. Narasumber juga memiliki tujuan jangka panjang yaitu ; ladang mencari pahala, agar masuk surga, aktualisasi diri, mengingatkan diri sendiri, dan mengimbangi keburukan dengan kebaikan melalui share informasi keagamaan yang positif. Sebagian besar narasumber belum dapat membuat informasi keagamaan sendiri, Narasumber hanya merepost kembali informasi keagamaan yang dianggapnya bagus untuk dishare. Beberapa narasumber berusaha membuat informasi keagamaan sendiri dengan membuat foto, konten tulisan, membuat akun khusus dan membuat quotes. (2) Kebanyakan anggota grup atau followers yang merespon dengan mengajak diskusi lanjutan, menyoal argumentasi sampai membedah berbagai sudut pandang. Sedangkan respon berupa like, emoji jempol, senyum sampai ucapan terimakasih tidaklah demikian banyak. Tantangan penyebaran informasi keagamaan menurut narasumber adalah ; konten yang direpost mengandung kontroversi, konten menimbulkan multitafsir, konten yang sering dijadikan hoax, menshare konten kreatif inovatif, dan bersentuhan dengan masalah politik. Narasumber melihat faktor kritis dalam penyebaran informasi keagamaan yaitu masalah kapasitas perorangan dan sikap atau respon menghadapi keberagaman dan hoax. (3) Dari segi keaktifan narasumber dalam menyebarkan informasi keagamaan, ternyata mereka cukup konsisten dengan aktifitas dakwah di media sosial. Mereka lebih dominan menyebarkan informasi keagamaan kepada pribadi dibandingkan kepada kelompok. Upaya yang dilakukan agar informasi keagamaan dapat diterima dengan baik di antaranya: mengkombinasikan informasi dengan hal-hal lain, diupayakan informasinya tanpa mengusik atau menyinggung orang lain, postingan berasal dari sumber yang jelas, dan penyebaran ke orang terdekat. Dalam upaya penyebaran informasi keagamaan, narasumber melakukan beberapa model : penyebaran video dan artikel. Beberapa strategi penyebaran informasi keagamaan di antaranya : dengan bahasa yang mudah diterima, konten yang menarik, menggunakan emoticon dan caption, dengan personal chat agar bantu disebar, dan disebarkan saat prime time.