Kekurangan gizi merupakan kunci pokok persoalan kematian balita di dunia, yang salah satu penyebabnya yaitu kurangnya pemanfaatan program pemantauan dan promosi pertumbuhan. Kasus gizi kurang di Kota Cirebon melebihi angka provinsi dan nasional. Pada tahun 2008, partisipasi masyarakat dalam program pemantauan dan promosi pertumbuhan meningkat sebesar 19 persen dari tahun sebelumnya, tetapi kasus gizi kurang meningkat juga sebesar 0,23 persen. Penelitian bertujuan untuk mengkaji efek pemanfaatan program pemantauan dan promosi pertumbuhan terhadap status gizi balita. Jenis penelitian observasional dengan rancangan kohort retrospektif. Subjek penelitian sebanyak 246 balita usia 17-59 bulan beserta ibu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel menggunakan teknik three stage samplingdipadukan dengan purposive dan random sampling.Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder dengan instrumen penelitian meliputi kuesioner, kartu menuju sehat, register gizi, laporan bulan penimbangan balita Kota Cirebon tahun 2008, timbangan injakdigital, length board/ microtoiseserta softwareantropometri WHO (2006). Pengolahan data menggunakan analisis univariabel, bivariabeldengan chi-square dan multivariabel dengan uji regresi logistik. Penelitian ini didukung oleh data kualitatif untuk mengetahui indikator input dan proses serta hambatan dalam pemanfaatan program pemantauan dan promosi pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan program pemantauan dan promosi pertumbuhan berpengaruh secara signifikan terhadap status gizi balita dengan p 0,05. Insidensi gizi kurang pada balita yang tidak memanfaatkan program pemantauan dan promosi pertumbuhan secara teratur 2,7 kali lebih besar dibandingkan balita yang memanfaatkan secara teratur setelah mempertimbangkan kontribusi pengetahuan dan sikap ibu serta umur balita. Indikator input, khususnya peran kader dalam proses program pemantauan dan promosi pertumbuhan tidak optimal. Hambatan pemanfaatan program meliputi faktor individu (kesehatan balita), faktor provider (alasan sosial), serta faktor komunitas (lokasi rumah secara geografis). Pemantauan pertumbuhan pada balita harus dilakukan setiap bulan, terutama pada umur 0-24 bulan. Keberhasilan program pemantauan dan promosi pertumbuhan dapat dicapai apabila mendapat dukungan secara komprehensif dari segi penerima pelayanan, pemberi pelayanan dan pembuat kebijakan. Kata kunci: status gizi, pemantauan pertumbuhan,promosi pertumbuhan, balita