Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERBANDINGAN NYERI PASCA SIRKUMSISI DENGAN ATAU TANPA PEMBERIAN LIDOKAIN-PRILOKAIN KRIM DINILAI DENGAN VISUAL ANALOG SCALE (VAS) DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KOTA BENGKULU Ahmad Azmi Nasution
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol 6 No 2 (2020): Jurnal Kedokteran Raflesia
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v6i2.9881

Abstract

Latar Belakang: Manajemen nyeri sangat penting dalam melakukan tindakan sirkumsisi maupun setelah tindakan sirkumsisi. Salah satu metode untuk mengurangi nyeri adalah dengan pemberian krim lidokain-prilokain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan nilai Visual Analog Scale (VAS) pasien dengan pemberian krim lidokain-prilokain dan pasien yang tidak diberikan krim lidokain-prilokain pasca sirkumsisi. Metode: Penelitian quasi eksperimental dengan 12 subjek penelitian yang menjalani sirkumsisi dengan rentang usia 5-12 tahun. Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan (diberikan krim lidokain-prilokain) dan kelompok kontrol (tidak diberikan krim lidokain-prilokain). Pasien kelompok perlakuan akan diberikan krim lidokain-prilokain oleh dokter diruang operasi pada daerah sekitar luka bekas insisi, sedangkan pasien kelompok kontrol tidak diberikan krim lidokain-prilokain. Pengukuran nilai VAS dilakukan pada menit ke-45 dan menit 90 setelah penambahan krim lidokain-prilokain. Hasil: Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p =0,004) terhadap nilai VAS pasien yang diberikan krim lidokain-prilokain pada menit 45 dan 90 dibandingkan dengan yang tidak diberikan krim lidokain-prilokain disekitar luka setelah operasi.Kesimpulan: Penelitian ini menununjukkan bahwa pasien yang diberikan krim lidokain-prilokain dapat menurunkan nilai VAS dibandingkan dengan nilai VAS pasien yang tidak diberikan krim lidokain-prilokain pada pasien paska sirkumsisi.
Perbedaan Skor Functional Independence Measure (FIM) pada Pasien Rawat Inap dengan Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik di Rumah Sakit di Kota Bengkulu Tahun 2018 Panji Harry Priya Nugraha; Suryo Bantolo; Annelin Kurniati; Noor Diah Erlinawati; Ahmad Azmi Nasution
Sriwijaya Journal of Medicine Vol. 1 No. 3 (2018): Vol 1, No 3, 2018
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/sjm.v1i3.22

Abstract

Stroke merupakan salah satu penyebab kecacatan terbanyak di dunia. Pasien dengan stroke iskemik memiliki perbaikan fungsional yang berbeda dari pasien dengan stroke hemoragik. Alat yang digunakan adalah kuesioner Functional Independence Measure (FIM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan skor FIM pada pasien rawat inap dengan stroke iskemik dan stroke hemoragik di rumah sakit di Kota Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang. Penelitian ini melibatkan pasien stroke yang dirawat di RS Bhayangkara Kota Bengkulu, RSUD Kota Bengkulu dan RSUD dr. M. Yunus Kota Bengkulu pada bulan Januari - April 2018 dengan total sampel 22 pasien stroke iskemik dan 22 pasien stroke hemoragik yang memenuhi kriteria inklusi. Skor FIM sebagai variabel bebas, sedangkan tipe stroke sebagai variabel tergantung. Perbedaan kedua variabel tersebut dianalisis dengan uji t tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney. Pasien dengan stroke iskemik memilki skor FIM masuk RS yang lebih tinggi dari pasien dengan stroke hemoragik (26 vs 13,5; p=0,006). Tidak ditemukan perbedaan skor FIM keluar RS pada pasien di kedua tipe stroke (1,67 vs 1,58; p=0,081). Tidak terdapat perbedaan pada peningkatan skor FIM antara pasien dengan stroke iskemik dengan pasien dengan stroke hemoragik (4,12 vs4,36; p=0,444). Pasien dengan stroke iskemik memiliki skor FIM yang tinggi saat masuk RS dibandingkan dengan pasien dengan stroke hemoragik, namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada peningkatan skor FIM selama perawatan antara pasien stroke iskemik dan stroke hemoragik di rumah sakit di Kota Bengkulu.
Probiotic Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 Improves Pancreatic Histopathology in Streptozotocin-induced Type-1 Diabetes Mellitus Rats Mardhatillah Sariyanti; Tiara Ayoe Andita; Noor Diah Erlinawati; Elvira Yunita; Ahmad Azmi Nasution; Kartika Sari; Nikki Aldi Massardi; Sylvia Rianissa Putri
The Indonesian Biomedical Journal Vol 14, No 4 (2022)
Publisher : The Prodia Education and Research Institute (PERI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18585/inabj.v14i4.2047

Abstract

BACKGROUND: Intestinal microbial dysbiosis and its metabolites can affect the immune activity of intestinal mucosal cells, causing insulitis and pancreatic β-cell death. Probiotic Lactobacillus acidophilus plays an important role in reducing inflammatory cytokines, hence improves oxidative stress that affects pancreatic β-cell apoptosis. Current study examined the feature of pancreatic histopathology affected by the administration of probiotic L. acidophilus in rats with type-1 diabetes mellitus (DM) induced by streptozotocin (STZ).METHODS: Twelve rats were induced by STZ at double dose of 50 mg/kgBB before administered with probiotic L. acidophilus at a dose of 1.5x10 8 or 1.5x10 9 CFU/mL/day, while other 4 rats were used as control. After 21 days of the L. acidophilus treatment, the average of fasting blood glucose (FBG) levels of rats were measured, then the pancreatic histopathology was assessed to evaluate the degree of insulitis in islet of Langerhans.RESULTS: The induction of STZ had been succeeded to increase blood glucose levels, which indicate DM condition. The highest FBG level after 21 days of treatment was found in DM group with glucose level of 512±81.51 mg/dL. The administration of probiotic L. acidophilus during 21 days treatment at both dose 1.5x10 8 and 1.5x10 9 CFU/mL/day significantly improved pancreatic histopathology (p=0.04 and p=0.034, respectively), with significant decrease on insulitis scores compared to DM group.CONCLUSION: The administration of L. acidophilus at both dose of 1.5x10 8 and 1.5x10 9 CFU/mL/day for 21 days can improve pancreatic histopathology of type-1 DM rats induced by STZ, therefore probiotic L. acidophilus may be potential as supplementation treatment for type-1 DM.KEYWORDS: Lactobacillus acidophilus, pancreatic histopathology, streptozotocin, type-1 diabetes mellitus