Umi Chodrijah
Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

MUSIM PENANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI LAUT JAWA Umi Chodrijah; Tuti Hariati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 16, No 3 (2010): (September 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.082 KB) | DOI: 10.15578/jppi.16.3.2010.217-233

Abstract

Penelitian tentang musim penangkapan ikan pelagis kecil di Laut Jawa dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan musim penangkapan dari perikanan purse seine Pekalongan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan serial data periode tahun 2002-2007 berupa informasi tanggal dan bulan pendaratan, nama kapal, hasil tangkapan menurut jenis ikan, lama di laut, dan daerah penangkapan. Pertama, kelimpahan (catch per unit of effort) ikan pelagis kecil dihitung dari data hasil tangkapan dan lama di laut, kemudian data catch per unit of effort dianalisis dengan metode rata-rata bergerak untuk memperoleh indeks musim penangkapan. Hasil penelitian ini menunjukan musim penangkapan ikan layang (Decapterus spp.) terjadi bulan Agustus, ikan siro (Amblygaster sirm) dan selar bentong (Selar crumenophthalmus) bulan Desember. Ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta) bulan September dan ikan tembang atau juwi (Sardinella spp.) bulan Juni. Daerah penangkapan (fishing ground) purse seine Pekalongan sama dengan periode sebelumnya, meliputi perairan Laut Jawa (utara Tegal dan Pekalongan, Karimunjawa, Bawean, Masalembo, Matasiri, dan Kangean), perairan Laut Cina Selatan (Pejantan, Natuna, Midai, Tarempa, serta Tambelan) dan perairan Selat Makassar (Lumu-Lumu, Lari-Larian, dan Kota Baru). Reseach on fishing season index of pelagic fish in the Java Sea was carried out at Nusantara Fishing Port Pekalongan. The objective of this research was to obtain seasonal index of pelagic fish caught by purse seiners based on Pekalongan Nusantara Fishing Port. A series data of the periods of 2002-2007 consist of date of landing, name of vessel, fishing day, catch by (pelagic) fishes, as well as fishing ground were collected from Pekalongan Fishing Port. Firstly, index of abundance data (catch per unit of effort) were estimated from the catch and effort data, then the catch per unit of effort data were analyzed using the moving average method. The result showed that peaks season of Decapterus spp. occured in August, both Amblygaster sirm and Selar crumenophthalmus in December, Rastrelliger kanagurta in September, and Sardinella spp. in June. Basically, the fishing ground of Pekalongan purseiners in the period of years 2002-2007 were still the same as before around the Jawa Sea waters (north of Tegal and Pekalongan, Karimunjawa Islands, Bawean Island, Masalembo Islands, Matasiri Islands, and Kangean Island), the South China Sea waters (Pejantan Island, Natuna Island, Midai Island, Tarempa Island, and Tambelan), and also to the Makassar Straits (Lumu-Lumu, Lari-Larian, and Kota Baru).
PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PEMANGKAT, KALIMANTAN BARAT Tuti Hariati; Umi Chodrijah; Muhammad Taufik
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.55 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.1.2009.79-91

Abstract

Pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil di Laut Cina Selatan wilayah Indonesia (luasnya sekitar 595.000 km2), khususnya di perairan pantai Kalimantan Barat dengan sasaran utamanya ikan kembung (Rastrelliger brachyosoma) pada tahun 1991 telah mencapai 94% dari rata-rata hasil tangkapan maksimum lestari. Perkembangan penangkapan ikan pelagis kecil ke arah lepas pantai yang dirintis oleh armada pukat cincin Pekalongan sejak tahun 1985 di perairan Pejantan telah diikuti oleh nelayan Kalimantan Barat, khususnya di Pemangkat pada tahun 1990. Jumlah kapal pukat cincin Pemangkat yang pada tahun 1995 hanya enam unit, pada tiap tahunnya meningkat sampai mencapai 48 unit pada tahun 2003. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran perikanan pelagis kecil yang berbasis di Pemangkat dengan alat tangkap pukat cincin. Analisis dilakukan berdasarkan pada data log book tiap trip kapal pukat cincin pada periode tahun 2004 - 2006. Hasil tangkapan pukat cincin didominansi oleh ikan pelagis kecil, terutama 2 jenis ikan layang (Decapterus russelli dan D. macrosoma), bentong (Selar crumenophthalmus), banyar (Rastrelliger kanagurta), dan tembang (Sardinella gibbosa), serta jenis-jenis ikan lainnya yang bernilai ekonomis. Hasil tangkapan ikan pelagis kecil bervariasi menurut musim, yaitu paling tinggi pada musim peralihan 1 dan peralihan 2, serta paling rendah pada musim barat. Catch per unit of effort jenis-jenis ikan pelagis kecil dari tahun 2005 - 2006 pada umumnya cenderung turun, diduga akibat tingginya jumlah upaya dari banyak armada pukat cincin lain, baik dari wilayah Indonesia maupun dari luar negeri. Exploitation of small pelagic fish resources in the South China Sea of Indonesian region (around 595,000 km2) especially in the coastal waters ofWest Kalimantan Province which short bodied mackerel (Rastrelliger brachyosoma) as the main target had reached at a rate of 94% of the average of maximum sustainable yield. The development of fishing on small pelagic fishes toward off shore pioneered by purse seine fleet of Pekalongan (north coast of Java) since 1985 then followed by fishermen of West Kalimantan, especially in Pemangkat in 1990. The number of purse seine of Pemangkat that only 6 units in 1995 increased every year up to 43 units in 2003. The aim of this research was to describe small pelagis fishery in the Pemangkat landing site by purse seine. Analysis was conducted based on log book data of purse seiners during the period of 2004 to 2006. During the period of 2004 to 2006, the catch of Pemangkat purse seine was mostly small pelagic fish mainly composed of 2 species of scads (Decapterus russelli and D. macrosoma), big eye scad (Selar crumenophthalmus), Indian mackerel (Rastrelliger kanagurta), and fringerscale sardine (Sardinella gibbosa), also the other economic fishes. Both the catch varied between moonson. The highest catch was during the two intermoonsons and the lowest catch was during the west moonson. Catch per unit of effort of the small pelagic fishes from 2005 to 2006 mainly decreased, since the high amount of the efforts from purse seine fleets of the other locations of Indonesia as well as foreign countries.
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN DAERAH PENANGKAPAN KAPAL TUNA LONGLINE DI PERAIRAN LAUT BANDA Budi Nugraha; Umi Chodrijah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (54.866 KB) | DOI: 10.15578/jppi.16.4.2010.305-309

Abstract

Tuna merupakan sumber daya ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting. Masalah utama yang dihadapi dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan ikan, khususnya tuna adalah sangat terbatasnya data dan informasi mengenai daerah penangkapan yang potensial. Oleh karena itu, informasi mengenai daerah penangkapan atau penyebaran tuna sangat diperlukan guna menunjang keberhasilan operasi penangkapan tuna. Komposisi hasil tangkapan kapal tuna longline yang diperoleh dari perairan Laut Banda dan didaratkan di Benoa didominansi oleh madidihang (Thunnus albacares) yaitu 49,69% dan tuna mata besar (Thunnus obesus) 11,74%. Ukuran madidihang dan tuna mata besar yang tertangkap berkisar 101-160 cm (FL) dengan modus 101-110 cm. Daerah penangkapan kapal tuna longline di perairan Laut Banda berada pada koordinat 5-6° LS dan 129-130° BT yang memiliki nilai hook rate total berkisar antara 1,19-1,48 dengan rata-rata 1,34. Tuna is the fish resource having important economic value. The main problems encountered in the effort to optimize the catch of fish, particularly tuna is very limited data and information on potential fishing grounds. Therefore, information about the tuna fishing ground is needed to support the success of tuna fishing operations. The catch composition of tuna longline vessels from the Banda Sea waters and landed at Benoa is dominated by yellowfin tuna 49.69% and bigeye tuna 11.74%. The size of yellowfin tuna and bigeye tuna caught in the range 10-160 cm (FL) with a mode from 101-110 cm. Fishing ground of tuna longline vessels in the Banda Sea waters at coordinates 5-6° S and 129-130° E which have hook rates ranged from 1.19-1.48 withaverage 1.34.
BEBERAPAASPEKBIOLOGI CUMI-CUMI JAMAK(Loligo duvaucelli) YANGDIDARATKAN DI BLANAKAN, SUBANG, JAWABARAT Umi Chodrijah; Tri Wahyu Budiarti
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 6 (2011): (Desember 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.909 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.6.2011.357-362

Abstract

Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang memiliki nilai ekonomis penting dan mengandung nilai gizi tinggi dengan cita rasa yang khas. Pengamatan terhadap beberapa aspek biologi cumi-cumi jamak (Loligo duvaucelli) telah dilakukan pada bulan Juni 2005 sampai Nopember 2006 di Pusat Pendaratan Ikan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran panjang mantel, nisbah kelamin, komposisi makanan, serta hubungan panjang mantel dan bobot cumi-cumi jamak. Pengukuran karakter biologi meliputi panjang mantel (ML), bobot tubuh (W), dan isi perut. Hasil penelitian ini menunjukkansebaran panjang mantel cumi-cumi yang tertangkap berkisar antara 3,0-36,0 cm dengan modus 15 cm dan panjang mantel rata-rata 13,3 cm. Nisbah kelamin cumi-cumi pada bulanApril dan Juni 2006 dalamkeadaan tidak seimbang. Pola pertumbuhan cumi-cumi baik jantanmaupun betina bersifat alometrik negatif. Cumi-cumi merupakan karnivora yang makanan utamanya adalah ikan-ikan kecil. The squid is one of living marine resources that have important economic value and conyain high nutrional value with a distinctive taste. Observation on the biological aspect of squid jamak) was performed in June 2005 to November 2006 in Blanakan, Subang,West Java. This study aims to determine the distribution of mantle length, sex ratio, food composition, and the relationship mantle and weight of squid. Measurement of biological characters include mantle length (ML), body weight (W), and stomach contents. The results showed that the distribution of squid mantle length capture at Blanakan, ranges from 3.0-36.0 cm with a mode at 15 cm and an average mantlelength of 13.3 cm. The squid sex ratio in April and June 2006 in a state of imbalance. The growth rate of the squid both males and females are allometric negative. The squid is a carnivorous diet is primarily small fish.
KAJIAN SISTEM PERIKANAN MINI PURSE SEINE DI TEMPAT PENDARATAN IKAN TASIK AGUNG, REMBANG, JAWA TENGAH Umi Chodrijah; Wiwiet An Pralampita
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 2, No 2 (2010): (November, 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.74 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.2.2.2010.91-99

Abstract

Perikanan mini purse seine di Tempat Pendaratan Ikan Tasik Agung, Rembang sangat kompleks, sehingga perlu pendekatan sistem untuk melakukan pengkajian. Perikanan mini purse seine ini melibatkan banyak pelaku atau pihak yang saling berinteraksi. Pihak yang terlibat dalam kegiatan sistem perikanan tersebut adalah nelayan, pedagang, industri pengolahan ikan, konsumen, Dinas Perikanan, Pemerintah daerah, dan Koperasi Unit Desa. Sub model yang digunakan dalam analisis sistem perikanan mini purse seine di Tempat Pendaratan Ikan Tasik Agung, Rembang adalah sub model sumber daya ikan, teknis, usaha penangkapan mini purse seine, harga ikan, mutu dan pemasaran, pendapatan nelayan, dan pendapatan daerah.Mini purse seine fishery in the Tempat Pendaratan Ikan Tasik Agung,Rembang is very complex, so it needs a systems approach to conduct the assessment. Mini purse seine fishery involves many actors or parties interacting. Parties involved in fisheries systems are fishermen, traders, fish processing industry, consumers, Fisheries, Local Government, and KUD. Sub model used in the analysis of the mini purse seine fishery system at Tempat Pendaratan Ikan Tasik Agung, Rembang is a sub model of fish resources, technical, mini purse seine fishing effort, fish prices, quality, and marketing, the income of fishermen, and local revenue.