Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

POLA SEBARAN IKAN PELAGIS DAN KONDISI OSEANOGRAFI DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 715 (WPP NRI 715) PADA MUSIM PERALIHAN BARAT Asep Ma'mun; Asep Priatna; Herlisman Herlisman
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.039 KB) | DOI: 10.15578/jppi.24.3.2018.197-208

Abstract

Nelayan penangkap ikan yang efektif membutuhkan informasi sumberdaya ikan dan pola penyebarannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran sumber daya ikan yang dikaitkan dengan kondisi oseanografi WPP-NRI 715. Analisis dilakukan berdasarkan kombinasi metode hidroakustik dan profiling CTD pada stasiun oseanografi yang dirancang secara parallel pada jarak tertentu di lintasan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan, estimasi ukuran ikan pelagis yang terdeteksi didominasi oleh ukuran kecil. Ikan pelagis kecil yang terdeteksi didominasi ukuran ikan antara 12-14 cm dan ikan pelagis besar ukuran ikan 28-31 cm. Kepadatan ikan pelagis kecil cenderung menurun dengan rerata faktor 0,4 dengan bertambahnya kedalaman, sebaliknya meningkat dengan rerata faktor 1,7 untuk ikan pelagis besar. Pada saat observasi, dikawasan perairan Laut Maluku bagian timur diindikasikan terjadinya upwelling ditandai dengan suhu rendah, salinitas tinggi, dan klorofil tinggi. Ikan pelagis besar lebih banyak ditemukan pada lokasi yang memiliki karakteristik suhu dan DO yang relatif lebih tinggi sedangkan salinitas lebih rendah dibandingkan dengan lapisan air yang didominasi ikan pelagis kecil. Informasi pola sebaran ikan pelagis ini diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi pelaku perikanan tangkap dan masukan untuk bahan perumusan kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan.Effective commercial fishers need information on fish resources and their distribution pattern. This study aims to determine distribution of fish resources in Indonesian FMA 715 through tracking hydroacoustic method and CTD profiling at stations within regular distances. The results showed that the estimated size of pelagic fish was dominated by small size fish groups. Small pelagic fish were detected at the size ranged between 12-14 cm and large pelagic fish was dominated by the size of 28-31cm. The density of small pelagic fish decreases with depth with average factor of 0.4, while the large pelagic fish with average factor of 1.7.  An indicated upwelling incidence was likely occurred in the eastern part of Mollucas sea region, which were characterized by the low temperature, high salinity and high chlorophyll concentrations. Large pelagic fish were more occasionally found in locations with relatively higher temperature, DO characteristics and lower salinity compared with small pelagic fish. Information on the distribution pattern of pelagic fish is expected to be used as a reference for capture fishermen and inputs in formulating the policy the sustainable fisheries management.
REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN IKAN LENCAM (Lethrinus atkinsoni Seale, 1910) DI PERAIRAN WAKATOBI, SULAWESI TENGGARA Prihatiningsih Prihatiningsih; Nur’ainun Muchlis; Andina Ramadhani Putri Pane; Herlisman Herlisman; Sri Turni Hartati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 13, No 3 (2021): (DESEMBER) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.13.3.2021.%p

Abstract

Ikan lencam (Lethrinus atkinsoni) merupakan bagian dari grup ikan demersal yang berasosiasi dengan ikan karang. Ikan lencam termasuk famili Lethrinidae yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan lencam tertangkap oleh bubu, jaring muroami, pancing ulur, dan panah. Penelitian ini bertujuan mengkaji biologi reproduksi dan parameter populasi meliputi musim pemijahan, rata-rata ukuran pertama kali tertangkap (Lc) dan pertama kali matang gonad (Lm), pertumbuhan, laju kematian, dan tingkat pemanfaatan ikan lencam. Kegiatan penelitian dilakukan pada April-Desember 2018 di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musim pemijahan ikan lencam terjadi pada September - Desember. Rasio kelamin ikan jantan dan betina adalah tidak seimbang (0,55:1,0). Hubungan panjang-berat ikan lencam adalah isometrik. Nilai pendugaan rata-rata ukuran ikan lencam pertama kali tertangkap (Lc=24,16 cm) lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata ukuran ikan pertama kali matang gonad baik jantan maupun betina (Lm jantan=30,7 cm dan Lm betina=27,18 cm). Panjang asimptotik ikan lencam (L∞) adalah 38,2 cm dan kecepatan pertumbuhan (K) adalah 0,20/tahun. Laju kematian alami ikan lencam lebih besar dibandingkan laju kematian karena aktivitas penangkapan (M>F). Tingkat pemanfaatannya dalam kondisi optimal. Implikasi dalam pengelolaan ikan lencam di Wakatobi adalah menentukan ukuran minimal ikan yang boleh ditangkap dan mengurangi penangkapan ikan pada saat musim pemijahan. The pacific yellowtail emperor (Lethrinus Atkinson) is part of a group of demersal fish associated with reef fish. L. Atkinson belongs to the family Lethrinidae which has high economic value. L. Atkinson in Wakatobi waters is caught by traps, Muro Ami nets, hand lines, and spear guns. This study aims to study reproductive biology and population parameters, including the average value of the length at first capture (Lc) and the average height at first mature (Lm), growth, mortality rate and utilization rate of L. Atkinson. The research activity was carried out in April-December 2018 in Wakatobi, Southeast Sulawesi. The results showed that the spawning season for L. Atkinson occurred in September-December. The sex ratio between male and female fish was unbalanced (0.55:1.0). The length-weight relationship of L. Atkinson is isometric. The average value of the length at first capture (Lc=24.16 cm) was smaller than the average value of the measurement at first mature, both male and female (male Lm=30.7 cm and female Lm=27, 18 cm). The asymptotic length of L. Atkinson (L∞) was 38.2 cm, and the growth rate (K) was 0.20/year. The natural mortality rate of L. Atkinson is greater than the fishing mortality rate (M>F). The level of utilization of L. Atkinson in Wakatobi in optimal conditions. The implication of the management of L. Atkinson is to determine the minimum legal size and reduce fishing during the spawning season.