Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

KAJIAN PENGERINGAN PADI MENGGUNAKAN SILINDER PENGERING YANG DILENGKAPI SCREW CONVEYOR DAN KOLEKTOR SURYA TIPE SILINDER PARABOLA Sari Farah Dina; Jufrizal Jufrizal; Siti Masriani Rambe; Harry Parulian Limbong; Edwin Harianto Sipahutar
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 31, No 2 (2020): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28959/jdpi.v31i2.6533

Abstract

Di Indonesia hingga saat ini pengeringan padi adalah dengan cara penjemuran langsung dibawah sinar matahari selama 3 – 4 hari. Dalam penelitian ini telah dilakukan pengeringan padi menggunakan pengering surya tipe kolektor silinder parabola. Ruang pengering berbentuk tabung silinder dengan diameter 20 cm dan panjang 200 cm yang ditempatkan pada posisi titik fokus kolektor. Didalamnya dilengkapi dengan screw conveyor yang digerakkan oleh motor pada kecepatan yang divariasikan 23, 28 dan 35 rpm. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh intensitas radiasi matahari terhadap profil temperatur yang dihasilkan, pengaruh kecepatan putaran screw terhadap waktu dan konsumsi daya selama pengeringan serta menetapkan model kinetika pengeriingan pada kondisi kecepatan screw yang optimum.Pengujian dilakukan secara triplikat dan terbagi dalam 4 batch per hari dan setiap batch mengandung 5 kg padi dengan kadar air awal 28%. Selama pengeringan berlangsung intensitas radiasi, temperatur (lingkungan, diluar dan didalam silinder dryer, serta padi), arus motor penggerak dan penurunan berat padi diukur dan dicatat. Pengeringan dihentikan setelah tercapai kadar air  maksimal 14%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa intensitas radiasi berkorelasi positif sedangkan kecepatan putaran screw berbanding terbalik terhadap waktu pengeringan. Selanjutnya kecepatan putaran screw berbanding lurus dengan daya. Hasil pendekatan model kinetika sesuai dengan pendekatan yang telah dilaporkan oleh Wang and Singh. Kata kunci:  padi, pengering surya, kolektor silinder parabola, waktu pengeringan, model kinetika
KINETIKA PENGERINGAN ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis) MENGGUNAKAN PENGERING SURYA TIPE KOLEKTOR TABUNG VAKUM DENGAN KONVEKSI PAKSA DAN ALAMI Sari Farah Dina; Siti Masriani Rambe; Edwin Harianto Sipahutar; Marisa Naufa; Zupri Adi Irhamsyah Tanjung
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 30, No 1 (2019): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8207.431 KB) | DOI: 10.28959/jdpi.v30i1.5061

Abstract

Pengering surya tipe tabung vakum adalah alat yang berguna untuk mengeringkan hasil pertanian. Alat ini menggunakan dua metode pengeringan yaitu konveksi paksa dan konveksi alami. Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah asam gelugur (Garcinia atroviridis) yang merupakan salah satu komoditas pertanian di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengeringkan asam gelugur dari kadar air 90,6% menjadi 10 -12% dengan variasi kecepatan aliran udara 0 m/s, 3 m/s, 3,5 m/s, dan 4 m/s pada waktu pengeringan pagi dan siang hari, serta menentukan model kinetika yang sesuai pada pengeringan asam gelugur menggunakan pengering surya tipe tabung vakum. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pengeringan dengan kecepatan aliran udara 3 m/s lebih baik di bandingkan dengan kecepatan 0 m/s, 3,5 m/s dan 4 m/s.Cepatnya pengeringan berbanding lurus dengan intensitas radiasi matahari, namun berbanding terbalik dengan kecepatan aliran udara pada ruang pengering. Kelembapan yang terjadi didalan ruang pengering terdapat 2 fasa yaitu perpindahan panas dan perpindahan massa. Model kinetika pengeringan asam gelugur yang diperoleh yaitu model Wang & Singh sesuai persamaan MR = 1-0,0034t + 0,000002t2, dengan RMSE = 0,0040-0,0074, dan MBE terendah = 0,0002-0,0006 dengan waktu 5,5 jam pada pengeringan siang hari. 
RANCANG BANGUN DAN UJICOBA PENGERING SURYA TIPE KOLEKTOR TABUNG VAKUM (EVACUATED TUBE COLLECTOR) Sari Farah Dina; Siti Masriani Rambe; Azwardi Azwardi; Edwin Harianto Sipahutar
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 29, No 1 (2018): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1274.233 KB) | DOI: 10.28959/jdpi.v29i1.3919

Abstract

Research of design of solar dryer with evacuated tube collector for drying coffee bean has been done. This research is done through the stage of formulation, design, circuit and testing tools using coffee as material to be dried.Test results of a solar dryer designed then is being used for drying coffee bean (moisture content  from 52.80% to 12.30%), with forced convection system which the air speed are varied of 2-6 m/sec. During the drying process, the average weather conditions are in the range 143-855 Watt / m2, ambient temperature of 28-36 °C. The air temperature in the collector are 85-192 °C and the temperature in the drying chamber are 35-78 °C. The results showed that air drying velocity is directly proportional to the drying rate and collector efficiency but inversely to drying time and specific energy consumption (SEC).
KINETIKA DAN EFEKTIFITAS PENGERINGAN LAPIS TIPIS ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis ) MENGGUNAKAN PENGERING SURYA TIPE EVACUATED TUBE Sari Farah Dina; Marisa Naufa; Harry Parulian Limbong; Edwin H. Sipahutar; Zupri A.I. Tanjung
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 30, No 2 (2019): JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28959/jdpi.v30i2.5221

Abstract

Asam gelugur (Garcinia atroviridis) merupakan tumbuhan yang telah menjadi popular karena nilai eknomis dan medisnya. Oleh karenanya untuk menjaga dan meningkatkan nilai-nilai tersebut, biasanya setelah dipanen asam gelugur harus segera dikeringkan secara tepat. Studi ini mempelajari kinetika pengeringan asam gelugur menggunakan pengering surya jenis kolektor tabung vakum baik secara konveksi paksa maupun alamiah (kecepatan udara 0 m/det, 3 m/det, 3,5 m/det dan 4 m/det). Pengeringan dilakukan dari kadar air awal 90,6% hingga mencapai 10 – 12% dengan waktu pengeringan berlangsung dari jam 09:00 sampai dengan jam 16:30. Selama pengeringan berlangsung, data penurunan berat asam gelugur, intensitas radiasi matahari dan temperatur diukur dan dicatat. Penurunan berat asam gelugur selama pengeringan dinyatakan dalam rasio kadar air (MR) yang dicocokkan pada empat model matematika yang berbeda. Koefisien determinasi (R²) dan parameter statistik lainnya, seperti pengurangan chi-square (x²), root mean square error (RMSE) dan mean bias error (MBE) digunakan untuk menentukan model yang paling cocok. Hasil percobaan menunjukkan bahwa laju pengeringan berbanding lurus dengan intensitas radiasi matahari dan kecepatan udara pada ruang pengering. Pengeringan paling cepat dihasilkan pada kondisi kecepatan udara 3,5 m/det dengan waktu pengeringan 5,5 jam yakni dari jam 11:00 sampai dengan jam 16:30. Hasil pencocokan model matematika pengeringan asam gelugur yang paling mendekati adalah model Wang & Singh sesuai persamaan MR = 1 - 0,0035.t + 0,000002.t2, dengan nilai koefisien regresi 0,9999 dan nilai RMSE dan MBE berturut-turut 0,0074, dan 0,0006.
Studi Eksperimental dan Pemodelan Matematika Proses Pengeringan Kakao Dengan Energi Surya Secara Intermitten Haznam Putra; Farrel H Napitupulu; Himsar Ambarita; Sari Farah Dina
Jurnal Litbang Industri Vol 4, No 1 (2014)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v4i1.644.49-57

Abstract

In this research, the behaviors of cocoa drying using solar dryers have been studied. Cocoa was taken from plantation area around North Sumatra - Indonesia. Solar energy is used as a source of energy that save and clean for drying. Cocoa is a mainstay in Indonesian commodities, but quality of the current generated is relatively low. The aims of this research to gain the quality with mathematical modelling of drying by producing a good quality of cocoa. Preparation phase started from cocoa fermentation process. With some testing times, it was taken one test where the results of fermented cocoa that had been washed and dried from water content 55.83% to 7.01%, which lasted for three days, 22 to 24 April 2013 from at 7:00 to 17:00 pm (intermittent). The study was conducted at the Solar Energy Laboratory, Faculty of Engineering Department of Mechanical Engineering of North Sumatra University Medan. It is located in Medan city with the position of 3.36 ° N - 98.4 ° E, altitude 200 meters above sea level and meridian time (GMT +7). From the experimental results obtained an experimental equation mathematical model for intermittent drying of cocoa, with the value of diffusivity coefficient was between 1.39 x10-10 to 1.85 x10-10 m2/sec, besides the quality of the dried cocoa in this study was better in colour and not moldy than dried cacao directly under the sun. ABSTRAK Pada penelitian ini, perilaku pengeringan menggunakan pengering kakao tenaga surya telah dilakukan. Kakao diambil dari perkebunan di sekitar daerah Sumatera Utara – Indonesia. Energi surya digunakan sebagai sumber energi pengeringan yang hemat dan bersih. Kakao merupakan komoditi andalan di Indonesia hanya saja mutu yang saat ini dihasilkan masih terbilang rendah. Penelitian ini bertujuan mendapatkan persamaan pengeringan dengan pemodelan matematika untuk menghasilkan mutu kakao yang baik. Tahap preparasi dimulai dari proses fermentasi kakao. Dengan beberapa kali pengujian kakao, diambil hasil salah satu pengujian dimana hasil fermentasi kakao yang telah dicuci kemudian dikeringkan dari kadar air 55,83% menjadi 7,01% yang berlangsung selama tiga hari yakni 22–24 April 2013 dari pukul 07.00 – 17.00 WIB (Intermitten).  Penelitian dilakukan di Laboratorium Solar Energi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan yang berada di kota Medan dengan posisi 3.36 °LU – 98.4 °BT, ketinggian di atas permukaan laut 200 meter dan waktu meridian (7 + GMT). Dari hasil percobaan percobaan didapat persamaan model matematika untuk pengeringan kakao secara intermitten, dengan nilai koefisien difusifitas berada pada nilai 1,39 x10-10 – 1,85 x10-10 m2/detik, selain itu kualitas kakao yang dikeringkan lebih baik dari segi warna dan tidak berjamur dibandingkan dengan kakao yang dikeringkan secara langsung dibawah sinar matahari.
PENGGUNAAN SURFAKTAN PADA PROSES BIODEINKING KETAS BEKAS PERKANTORAN UNTUK KERTAS CETAK Sari Farah Dina; Nina Elyani
JURNAL SELULOSA Vol 44, No 01 (2009): BERITA SELULOSA
Publisher : Center for Pulp and Paper

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5791.124 KB) | DOI: 10.25269/jsel.v44i01.144

Abstract

The experiment of surfactant usage in biodeinking process for sorted white ledge (SWL) has been done. Biodeinking processes were carried out in waterbath shaker up to 20 SR and 26 SR freeness at consistency of 25% temperature of 50 ± 5oC, pH 6,5 – 7,0, for 2 hours and 3 hours reaction time. Cellulase addition was varied at 0-0,6% at a constant surfactant of 1,0%. The flotation stage was carried out for 20 minutes at a consistency of 0,8% temperature of 50 ± 5oC and the dosage of collector was 0,08%. The stock was then washed until neutral pH and creened in sommerville screen (150emsh) to remove a small ink particles that was still retained on the treated stock fiber. Handsheets of 60 g/m² made from biodeinking pulp were then tested for dirt count, brightness, tensile index and tear index. The test result showed that the use of SWL- biodeinking pulp up to 30% met the requitment of apacity and water absorption (Cobb). The handsheets caliper still did not meet the satndard yet. The handsheets brightness were lower than standard since the brightness of LBKP used was also low. Although the pH of handsheets were neutral/slighty alkaline (7,0 -7,2), it still did not meet the requirement, i.e. 7.5-8.5.Keywords: waste paper, sorted white ledge(SWL), biodeinking, combined enzyme-surfactant deinking, printing paper propertiesINTISARITelah dilakukan Percobaan penggunaan surfaktan pada proses biodeinking untuk mengolah sorted white ledger (SWL) dengan dua target freeness yakni: 20 dan 26 SR. Reaksi enzim dilakukan di dalam waterbath-shaker pada konsistensi 25% suhu konstant 50 ± 5oC, pH 6,5 - 7,0,dengan waktu reaksi divariasikan: 2 jam dan 3 jam waktu reaksi. Selain selulase bervariasi di 0-0,6% pada surfaktan konstan 1,0%. Tahap flotasi dilakukan selama 20 menit pada konsistensi 0,8% dan suhu 50 ± 5oC. Pada tahap ini ditambah kolektor sebanyak 0,08% terhadap berat kering serat. Stok hasil flotasi disaring menggunakan penyaring Sommervillen (150 menit) untuk menghilangkan sisa partikel tinta kecil yang masih tertinggal dalam serat. Pulp hasil biodeinking dibuat lembaran tangan (60g/m²) dan dievaluasi sifat optik, noda, dan fisik/ekkuatannya. Hasil pengujian lembaran menunjukkan bahwa penambahan pulp SWL hasil biodeinking mkasimum 30% masih dapat memenuhi persyaratan kualitas kertas cetak ditinjau dari opasitas dan daya serap air (Cobb). Tebal lembaran masih belum memenuhi persyaratan.derajat putih LBKP yang rendah yang menjadi penyebabnya. Meskipun pH lembaran sudah ada pada posisi netral / sedikit alkali (7,0 -7,2), itu masih tidak memenuhi persyaratan, yaitu 7,5-8,5.Kata kunci: kertas bekas, Sorted White Ledger (SWL), biodeinking, deinking kombinasi enzim-surfaktan, sifat kertas cetak
Studi Eksperimental dan Pemodelan Matematika Proses Pengeringan Kakao Dengan Energi Surya Secara Intermitten Haznam Putra; Farrel H Napitupulu; Himsar Ambarita; Sari Farah Dina
Jurnal Litbang Industri Vol 4, No 1 (2014)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2114.676 KB) | DOI: 10.24960/jli.v4i1.644.49-57

Abstract

In this research, the behaviors of cocoa drying using solar dryers have been studied. Cocoa was taken from plantation area around North Sumatra - Indonesia. Solar energy is used as a source of energy that save and clean for drying. Cocoa is a mainstay in Indonesian commodities, but quality of the current generated is relatively low. The aims of this research to gain the quality with mathematical modelling of drying by producing a good quality of cocoa. Preparation phase started from cocoa fermentation process. With some testing times, it was taken one test where the results of fermented cocoa that had been washed and dried from water content 55.83% to 7.01%, which lasted for three days, 22 to 24 April 2013 from at 7:00 to 17:00 pm (intermittent). The study was conducted at the Solar Energy Laboratory, Faculty of Engineering Department of Mechanical Engineering of North Sumatra University Medan. It is located in Medan city with the position of 3.36 ° N - 98.4 ° E, altitude 200 meters above sea level and meridian time (GMT +7). From the experimental results obtained an experimental equation mathematical model for intermittent drying of cocoa, with the value of diffusivity coefficient was between 1.39 x10-10 to 1.85 x10-10 m2/sec, besides the quality of the dried cocoa in this study was better in colour and not moldy than dried cacao directly under the sun. ABSTRAK Pada penelitian ini, perilaku pengeringan menggunakan pengering kakao tenaga surya telah dilakukan. Kakao diambil dari perkebunan di sekitar daerah Sumatera Utara – Indonesia. Energi surya digunakan sebagai sumber energi pengeringan yang hemat dan bersih. Kakao merupakan komoditi andalan di Indonesia hanya saja mutu yang saat ini dihasilkan masih terbilang rendah. Penelitian ini bertujuan mendapatkan persamaan pengeringan dengan pemodelan matematika untuk menghasilkan mutu kakao yang baik. Tahap preparasi dimulai dari proses fermentasi kakao. Dengan beberapa kali pengujian kakao, diambil hasil salah satu pengujian dimana hasil fermentasi kakao yang telah dicuci kemudian dikeringkan dari kadar air 55,83% menjadi 7,01% yang berlangsung selama tiga hari yakni 22–24 April 2013 dari pukul 07.00 – 17.00 WIB (Intermitten).  Penelitian dilakukan di Laboratorium Solar Energi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan yang berada di kota Medan dengan posisi 3.36 °LU – 98.4 °BT, ketinggian di atas permukaan laut 200 meter dan waktu meridian (7 + GMT). Dari hasil percobaan percobaan didapat persamaan model matematika untuk pengeringan kakao secara intermitten, dengan nilai koefisien difusifitas berada pada nilai 1,39 x10-10 – 1,85 x10-10 m2/detik, selain itu kualitas kakao yang dikeringkan lebih baik dari segi warna dan tidak berjamur dibandingkan dengan kakao yang dikeringkan secara langsung dibawah sinar matahari.
Performa Pengeringan Kontinyu dan Terputus Pada Biji Kakao Fermentasi dengan Metode Pengeringan Lapis Tipis Sari Farah Dina; Harry P. Limbong
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol 10 No 1 Juni 2016
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8981.647 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v10i1.1752

Abstract

This study aims to determine the performance of a continuous and intermittent sun drying of fermented-cocoa bean by using thin-layer drying method. Continuous drying using a solar dryer finned-flat plate collector type which is operated in two modes drying time, daytime and night time. During the day, the cocoa beans are dried in the drying chamber using hot air generated by the solar collectors. In the nighttime, desiccant (CaCl2) was added to the drying chamber that had been isolated. Open sun drying as intermittent drying of cocoa beans is done only on daytime. The drying process is terminated when equilibrium moisture content has been achieved. The results showed that the continuous drying rate higher than the intermittent drying. Dried-cocoa beans produced from continuous drying showed a lower moisture content (7.34% vs 7.50%), a better physical appearance, but the higher the degree of acidity (pH = 5.93 vs. 6.13). Total fat content and free fatty acids slightly lower than the intermittent sun-drying.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa pengeringan kontinyu dan terputus pada biji kakao fermentasi menggunakan metode pengeringan lapis tipis. Pengeringan kontinyu menggunakan alat pengering surya tipe kolektor pelat datar bersirip yang dioperasikan dalam dua mode pengeringan, waktu siang dan waktu malam. Pada siang hari, biji kakao dikeringkan didalam ruang pengering menggunakan udara panas yang dihasilkan oleh kolektor surya. Pada malam hari desikan (CaCl2) dimasukkan kedalam ruang pengering yang telah diisolasi. Penjemuran langsung biji kakao di matahari sebagai pengeringan terputus dilakukan hanya pada sinag hari. Proses pengeringan dihentikan ketika kondisi keseimbangan kadar air dicapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeringan kontinyu menghasilkan laju pengeringan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan terputus. Biji kakao yang dihasilkan dari pengeringan kontinyu juga menunjukkan kadar air yang lebih rendah (7.34% vs 7.50%), penampilan fisik yang lebih baik, tetapi derajat keasaman lebih tinggi (pH=5,93 vs 6,13). Kadar lemak total dan asam lemak bebas sedikit lebih rendah dibanding penjemuran langsung. Kata kunci : biji kakao fermentasi, pengeringan kontinyu, pengeringan terputus, performa.