Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KAJIAN RESIKO KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI ESTUARI MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR Aisyah Aisyah; Setiya Triharyuni; Eko Prianto; Husnah Husnah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2502.169 KB) | DOI: 10.15578/jppi.25.1.2019.15-26

Abstract

Kawasan estuari merupakan wilayah yang kaya akan unsur hara di daerah pantai. Perubahan ekosistem pantai, seperti terjadinya pendangkalan menyebabkan penurunan luasan mangrove. Dampak yang terjadi merupakan penyumbang bagi kerentanan sumberdaya kepiting bakau di daerah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat resiko potensi kerentanan sumber daya kepiting bakau dan keberlanjutannya di estuari Sungai Mahakam Kalimantan Timur. Analisis kerentanan menggunakan perangkat lunak PSA (Productivity and Susceptibility Analysis). Hasil analisis menunjukkan bahwa potensi kepiting bakau di Eestuari Mahakam mempunyai kerentanan tingkat rendah (tingkat kerentanan =1,3). Nilai produktivitas (kemampuan pulih sumber daya) menunjukan nilai yang lebih tinggi (2,1) dari pada nilai susceptabilitas (tingkat resiko sumber daya ikan terhadap aktivitas perikanan di perairan tersebut) yaitu 1,9. Dengan kondisi tersebut maka peluang keberlanjutan ketersediaan kepiting bakau di estuari Mahakam berada dalam tingkat sedang.Estuaries constitute an extremely valuable natural resource in the coastal areas. The coastal ecosystem changes such as deforestation of the estuarine caused the decrease of mangrove forestry. These impacts directly contribute to the vulnerability of mud crab resources. The purpose of this research was to determine the risk level of potential vulnerability of mangrove crab resources in the Mahakam estuary. Vulnerability analysis using Productivity and Susceptibility Analysis (PSA) software. The results showed that mangrove crabs in the Mahakam estuary were low vulnerable (vulnerability level of 1.3). Value of productivity (the ability to recover resources) higher than susceptibility (level of risk of fish resources to fisheries activities in those areas). It, means that the chances for sustainability of mangrove crab in Mahakam estuary were medium level.
DINAMIKA POPULASI DAN LAJU PEMANFAATAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI WADUK SEMPOR, JAWA TENGAH Aisyah Aisyah Aisyah; Chairulwan Umar; Setiya Triharyuni; Husnah Husnah
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 10, No 1 (2018): April (2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.108 KB) | DOI: 10.15578/bawal.10.1.2018.29-38

Abstract

Ikan bandeng (Chanos chanos) di Waduk Sempor diintroduksi pada tahun 2014 melalui penerapan teknologi perikanan tangkap berbasis budidaya (Culture Based Fisheries, CBF). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan bandeng melalui pengamatan parameter pertumbuhan dan biologi populasinya di Waduk Sempor, Jawa Tengah. Data yang dianalisis diperoleh dari hasil pencatatan enumerator periode September 2014 sampai– Desember 2015. Kajian dinamika populasi ikan bandeng yang meliputi laju pertumbuhan, laju kematian dan tingkat pemanfaatan mengacu pada persamaan Von Bertalanffy dan turunannya. Aspek biologi meliputi hubungan panjang berat mengacu pada model logistik, serta faktor kondisi. Hasil penelitian menunjukan bahwa parameter pertumbuhan panjang-asimtotik L∞ = 55,97 cm TL dan K= 0,38 per tahun. Laju kematian total (Z) = 1,17 per tahun, kematian alami (M) = 0,56 per tahun, kematian akibat penangkapan (F) = 0,61 per tahun serta laju eksploitasi (E) = 0,5. Pertumbuhan populasi dan laju pemanfaatan menunjukkan bahwa bandeng sudah dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat di sekitar Waduk Sempor.Milkfish (Chanos chanos) was introduced at 2014 in the Sempor Reservoir through culture based fisheries (CBF) technology. This study aims to evaluate population growth of the milkfish in Sempor Reservoir. Data were collected from September 2015 to December. Analysis of length-weight relationship is refers to logistic model, population dynamic like growth rate, mortality and mortality rate are refers to Von Bertalanffy. Biology of population like length-weight relationship are refers to logistic model, and condition factor. The results showed that growth parameters were L∞ = 55.97 cm TL and K = 0.38 year-1. Total mortality (Z) = 1.17 year-1; M = 0.56 year-1; F = 0.61 year-1; and E=0.5. This finding stated that the growth rate and exploitation rate of Milkfish  in the Sempor Reservoir has been optimally exploited.
DAMPAK INDIAN OCEAN DIPOLENEGATIF(IOD-)TERHADAP ASPEK REPRODUKSI IKANDI SUNGAI KAMPAR Eko Prianto; Rudi Masuswo Purwoko; Husnah Husnah
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 10, No 2 (2018): (Agustus) 2018
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.76 KB) | DOI: 10.15578/bawal.10.2.2018.%p

Abstract

Indian Ocean Dipole negatif (IOD-) terjadi pada bulan Mei-November 2016 yang menyebabkan curah hujan diwilayah pulau Sumatera dan Jawa Barat tetap tinggi. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya banjir yang dapat mempengaruhi aktifitas pemijahan ikan-ikan di Sungai Kampar.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dariIndian Ocean Dipole negatif (IOD-) terhadap aspek reproduksiikandi Sungai Kampar.Penelitian ini dilakukan di Sungai Kampar dari bulan April-Oktober 2016 dengan lokasi pengambilan sampel di Kecamatan Langgam dan Teratak Buluh.Sampel ikan diambil melalui pedagang pengumpul setiap bulan. Jenis ikan yang diamati yaitu ikan tambakan (Helostoma teminckii), ikan baung (Hemibagrus nemurus) dan selais (Ompok sp). Ikan dari pedagang pengumpul dipisahkan berdasarkan jenis dan dihitung jumlah individu serta dilakukan pengukuran panjang-bobot.Ikan-ikan tersebut selanjutnya dilakukan pembedahan untuk diamati gonadnya (jantan dan betina) sehingga diketahui tingkat kematangan gonad.Data yang diamatiyaitudipole mode index, curah hujan, pola pertumbuhan, tingkat kematangan gonad dan faktor kondisi. Hasil analisa data diperoleh nilai IOD- pada bulan Mei hingga Oktober 2016 berada pada kategori kuat negative (> 0.5), sementara bulan November 2016 nilai IOD sudah turun menjadi kategori normal. Curah hujan tahun 2016 sebesar 2.752 mm lebih tinggi dibanding dengan tahun 2014 (1.979 mm) dan 2015 (2.557 mm).Pola pertumbuhan ikan-ikan selama IOD- berlangsung cenderung alometrik positif.Ikan-ikan yang matang gonad baik jantan dan betina ditemukan hampir setiap waktu pengamatan dengan proporsi yang berbeda-beda.Nilai rata-rata faktor kondisi ketiga jenis ikan berdasarkan waktu pengamatan tidak sama, ini menunjukkan ketiga jenis ikan memijah pada saat terjadinya IOD-.
CULTURE BASED FISHERIES (CBF) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN DI WADUK Aisyah Aisyah Aisyah; Setiya Triharyuni; Eko Prianto; Rudy Masuswo Purwoko; Husnah Husnah
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 11, No 1 (2019): (Mei) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1100.489 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.1.1.2019.53-63

Abstract

Sistem pangan global semakin dituntut untuk memenuhi permintaan ikan seiring meningkatnya tingkat konsumsi ikan di masa depan. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran bahwa CBF sebagai solusi cepat dalam meningkatkan produksi ikan termasuk mengoptimalkan produktivitas di suatu perairan sehingga mempersempit kesenjangan antara permintaan akan sumber protein hewani dan pasokan sumberdaya ikan melalui peningkatan produksi. Melalui analisis deskriptif terhadap data statistik perikanan nasional tahun 2002-2017, kajian pustaka terkait dengan CBF dan hasil tangkapan yang didaratkan di Waduk Malahayu tahun 2008-2016, diperoleh gambaran bahwa upaya meningkatkan produksi ikan melalui CBF di Indonesia dengan mengikuti kaidah ilmiah merupakan opsi yang tepat untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap. Penerapan CBF memerlukan penguatan kelembagaan, petunjuk teknis yang jelas dan tersosialisasi dengan baik serta penguatan peran lembaga penyedia benih. The global food system is increasingly being demanded to meet demand as the level of fish consumption increases in the future. The purpose of this paper is to provide an overview of CBF as a solution in narrowing the gap between the demand for sources of animal protein and the supply of fish resources through increased the production include maximizing the productivity. Through descriptive analysis of the national fisheries statistical data for 2002-2017, literature review related to CBF and catches landed in Malahayu reservoir in 2008-2016, an illustration is that efforts to increase fish production through CBF in Indonesia by following scientific rules are the right option to increase capture fisheries production respectively. Implementation of CBF requires institutional strengthening, clear technical guidance and well-socialized and strengthening the role of seed provider institutions.