Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengusulan dan Asesmen Kawasan Cagar Alam Geologi Gunung Ireng, Pengkok, Gunungkidul Sri Mulyaningsih; Nur Widi Astanto Agus Tri Heriyadi; Dina Tania; Suhartono Suhartono
JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) VOL. 6 NOMOR 1 MARET 2022 JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1250.651 KB) | DOI: 10.30595/jppm.v6i1.7024

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini membantu POKDARWIS Dusun Srumbung, Desa Pengkok, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul menyusun usulan destinasi wisata Gunung Ireng sebagai Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG). Melalui kajian sebelumnya, Gunung Ireng telah diidentifikasi sebagai kawah purba gunung api. Kekhususan Gunung Ireng adalah sebagai kepundan berumur Tersier yang terletak di bawah dasar laut. Tujuan pengabdian adalah untuk meningkatkan frekuensi dan intensitas kunjungan wisatawan. Metode pengabdian adalah dokumentasi, pendaftaran dan proses asesmen. Pendaftaran Gunung Ireng sebagai KCAG telah dilakukan secara daring melalui http://kcag.pag.geologi.esdm.go.id/index.php/trxp/-c_status/list_status_ajax, pada November 2019. Pra-asesmen dilakukan oleh pemerintah daerah tingkat Provinsi dan Kabupaten pada tanggal 20 Februari 2020. Asesmen telah dilakukan pada tanggal 27 Februari 2020 dengan tim asesor terdiri atas Tim Verifikator KCAG Badan Geologi (Direktorat Energi dan Sumber Daya Mineral) dan Tim Pendamping Akademik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Tuan Rumah KCAG Gunung Ireng terdiri atas Tim Pengabdi, Provinsi DIY (terdiri atas wakil Dinas Pariwisata dan Administrasi Pemerintahan SETDA DIY), Kabupaten Gunungkidul, Camat Patuk, Lurah Desa Pengkok dan Pengelola dan POKDARWIS Gunung Ireng. Dokumen yang telah disiapkan meliputi data hasil identifikasi geologi gunung api purba Gunung Ireng, daftar fasilitas pemanfaatan KCAG sebagai destinasi geowisata dan ekowisata, dokumen POKDARWIS dan kegiatan pariwisata yang telah dikelola, dan dokumen tata kelola dan organisasi Gunung Ireng. Hasil verifikasi dikatakan spektakuler dan telah diumumkan, kini menunggu Surat Keputusan Kementerian Sumber Daya Mineral dan Energi.
PENDAMPINGAN KEPEMANDUAN GEOWISATA KAWASAN CAGAR ALAM GEOLOGI GUNUNGKIDUL: MENUJU KEBANGKITAN "THOUGHTFUL" INDONESIA Sri Mulyaningsih; Suhartono Suhartono; Nur Widi Astanto Agus Tri Heriyadi; Dina Tania
Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia (JAMIN) Vol 3 No 1 (2021): JURNAL ABDI MASYARAKAT INDONESIA (JAMIN)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1423.064 KB) | DOI: 10.25105/jamin.v3i1.8248

Abstract

Untuk menghadapi kenormalan baru sektor pariwisata di Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta, terkait pandemic covid-19, perlu disiapkan paradigma pariwisata yang berbasis konservasi dengan menyelaraskan antara kebutuhan para wisatawan dan kebutuhan masyarakat lokal. Konservasi tersebut meliputi unsur abiotic, biotik dan budaya, yang harus disosialisasikan kepada para pemandu, terutama pemandu lokal. Pengabdian kepada Masyarakat ini bertujuan untuk melakukan pendampingan kepada para pemandu wisata terkait dengan langkah konservasi tersebut, karena mereka adalah garda terdepan sektor ini. Pendampingan dilakukan meliputi sosialisasi, pelatihan kepemanduan (di dalam kelas dan lapangan), jejaring kerjasama antar pemandu local, dan strategi pemasaran dan promosi UGG Gunungsewu. Pendampingan dilaksanakan kepada sebanyak 40 pemandu local dari beberapa destinasi wisata dengan predikat Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG) di Gunungkidul, yaitu Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunung Ireng, Gunung Gentong, Bioturbasi Kali Ngalang, Taman Batu Nglirong, Pantai Wediombo dan Sampang-Gedangsari. Melalui pendampingan ini, para pemandu kini memiliki kepemahaman tentang konservasi, sebagai bagian dari tujuan geopark; yang harus dilaksanakan untuk menjamin keberlanjutan terpenuhinya kebutuhan lingkungan, masyarakat local (social, ekonomi dan budaya) dan para wisatawan.