Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal al-Murabbi

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KONSEP EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT Asrul Anan

Publisher : Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.545 KB)

Abstract

Pendidikan di Indonesia diharapakan mampu membentuk dan menyiapakan manusia kreatif, produktif, dan berkepribadian luhur, namun proses pendidikan di Indonesia masih terjebak pada pola orientasi kognitif yang terlalu menekankan arti penting nilai akademik, kecerdasan otak atau IQ saja. Konsep Emotional Spiritual Quotient dari Ari Ginanjar Agustian merupakan respon sekaligus kritik terhadap konsep Emotional Quotient karya dari Daniel Goleman dan Spiritual Quotient hasil karya Ian Marshall dan Danah Zohar. Konsep Emotional Spiritual Quotient dari Ari Ginanjar Agustian merupakan respon sekaligus kritik terhadap konsep Emotional Quotient karya dari Daniel Goleman dan Spiritual Quotient hasil karya Ian Marshall dan Danah Zohar. Banyak contoh di sekitar kita bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja, atau banyak mempunyai gelar yang tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Bahkan seringkali yang berpendidikan formal lebih rendah ternyata banyak yang berhasil. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecenderungan akal (IQ), padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilaian baru. Saat ini begitu banyak orang yang berpendidikan dan tampak begitu menjanjikan, namun karirnya mandek, atau lebih buruk lagi, tersingkir akibat rendahnya kecerdasan hati nurani mereka. ESQ berusaha mengembangkan potensi dasar manusia melaui konsep Zero mind proses, Mental Building, personal strength dan social strength.
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN WRITING IN THE HERE AND NOW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI SISWA KELAS X DI SMA 45 PURWODADI Fatichul Huda; Asrul Anan

Publisher : Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.038 KB)

Abstract

Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pada pembelajaran PAI masih terlihat konvensional. Masih dapat dijumpai cara menyampaikan bahan pelajaran semata. Model pembelajaran seperti ini, guru biasanya berdiri di depan kelas, menghadapi sejumlah siswa dan menjelaskan isi pelajaran. Siswa pada umumnya duduk dengan rapi mendengarkan penjelasan guru dan mencatat jika perlu. Perilaku siswa adalah duduk, dengar, catat, dan hafalan. Situasi kelas pada proses pembelajaran seperti ini bersifat pasif dan verbalistis. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai solusi adalah model pembelajaran writing in the here and now. Dengan model pembelajaran Writing in the here and now siswa akan melihat, mendengar dan merasakan, mengamati dan mempraktekkan sendiri, sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami materi pengajaran PAI.
ANALISIS NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL “LOVE IN PESANTREN” SEBAGAI REFORMULASI POLA INTERAKSI GURU DAN MURID DI PESANTREN Achmat Mubarok; Asrul Anan

Publisher : Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.597 KB) | DOI: 10.35891/amb.v4i2.1443

Abstract

Teacher and student interaction is very important in supporting educational success. A good pattern of interaction between teacher and student will create an educational and enjoyable atmosphere. One of the novels by Shachree M. Daroini entitled "Love In Pesantren" is a story of life in pesantren with various patterns of interaction between teacher and student. The educational values ​​contained in the novel "Love In Pesantren" are: the value of faith and devotion, help, enthusiasm to carry out religious rituals, realize self-limitation, be able to accept change, amuse you, self-reliance, the principle of justice, respect and respect fellow human beings, think critically about life, forgive. Things that are less relevant in the pattern of interaction between teachers and students in the pesantren in the novel "Love In Pesantren", among others: giving physical punishment beyond the level of ability, attitude that is not loving, does not respect students, treats students as they wish, does not give opportunity for students to defend themselves, not humanize students, authoritarian attitudes, rely on critical reasoning on the basis of keta'dziman. While the pattern of interaction between teachers and students as a reformulation of interaction in Islamic boarding schools by increasing faith and devotion, gives a great deal of ritual diversity, mutual respect between teachers and students, respect for differences, principles of justice, forgiveness, not feeling right, and mutually open.