Suwarto Suwarto
Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

INOVASI PEMANFAATAN ABU SEKAM DARI PENGUSAHA BATU BATA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI TANAMAN PADI GUNA MENUNJANG PEMBERDAYAAN PETANI Suryono Suryono; Suwarto Suwarto
Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture Vol 31, No 1 (2016): March
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.373 KB) | DOI: 10.20961/carakatani.v31i1.11930

Abstract

Rice husk ash is now mostly used as rub ash. Rice husk ash contains very high silicate that is needed by cereal crops, especially rice plants. The purpose of this study to examine the use of rice husk ash in increasing the production of rice plants, that can be used to support the empowerment of farmers. The research method using field trials with Randomized Complete Block Design (RCBD) consisting of one factor (husk ash) and 8 levels ie I0 (0 kg), I1 (100 kg / ha), I2 (200 kg / ha), I3 ( 300 kg / ha), I4 (400 kg / ha), I5 (500 kg / ha), I6 (600 kg / ha), I7 (700 kg / ha) were repeated three times. The results showed that rice husk ash can be used to increase the production of rice plants, that can be used as an empowering farmers. The highest results of this study are: the number of productive tillers per clump 24.81, grain weight per clump 139.67 g, grain weight per plot 3051 g and grain production 10.17 tons / ha in treatment with husk ash 500 kg / ha. The farmers in the surrounding areas are very interested in using.
Penanaman Sengon dalam Gerakan Penghijauan di Desa Sukoharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri Hery Widijanto; Suwarto Suwarto
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 3, No 2 (2019): December
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v3i2.35177

Abstract

Title: Planting Sengon by Afforestation in Sukoharjo Village, Tirtomoyo District, Wonogiri Regency. This service activities aimed at introduce the vegetative conservation methods for minimized erosion and conserve land resources by afforestation with sengon. This activity was in collaboration with two partners, namely: (1) "Ngudi Mulyo" and (2) "Ngudi Tani I" Farmers Groups located in Sukoharjo Village, Tirtomoyo, Wonogiri. The business fields developed by the two partners were dry land agriculture. The problem that the land was hilly and rolling and more degradated due to high erosion. In this program, farmers will be introduced with vegetative method to reduced erosion and preserved land resources by reforestation with sengon. Activities included: preparation (coordination), procurement of seeds, fertilizers, tools and socialization on vegetative soil conservation method to reduced erosion and preserve land resources by reforestation with sengon. After the socialization and giving of sengon seeds, monitoring was carried out related to planting and maintenance. The results of the program  showed the enthusiasm of the community in participating both in socialization and planting of sengon seeds for reforestation
IbM Memadukan Pengusaha Batu Bata Dan Petani Pemilik Lahan Dalam Meningkatkan Kualitas Tanah Dan Bentuk Lahan Sudadi Sudadi; Suryono Suryono; Suwarto Suwarto
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 3, No 1 (2019): June
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v3i1.36108

Abstract

Program IbM ini bekerjasama dengan dua mitra, yaitu: (1) UKM Pengusaha Batu Bata “Suko Makmur”, dan (2) Kelompok Tani “Krido Tani”. Mitra (1) berlokasi di Dusun Tulakan, Desa Sukoharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Bidang usaha yang dikembangkan oleh mitra (1) tersebut adalah usaha pembuatan batu bata. Mitra (2) juga berlokasi di Dusun Tulakan, Desa Sukoharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Bidang usaha yang dikembangkan oleh mitra (2) tersebut adalah usaha pertanian tanaman padi. Mitra (1) dan Mitra (2) berjarak tempuh sekitar 65 km dari Fakultas Pertanian UNS. Permintaan konsumen terhadap batu bata tiada henti sejalan dengan pembangunan yang ada di wilayah tersebut. Permasalahan utama Mitra 1 (UKM Pengusaha Batu Bata “Suko Makmur yaitu hampir setiap hari membutuhkan tanah yang teksturnya halus sebagai bahan pembuat batu bata. Dalam satu minggu UKM ini rata-rata membutuhkan sekitar 5 truk tanah atau 30 ton per minggu setara dengan 120 ton per bulan. Untuk mendapatkan tanah tersebut relatif sulit. Selain hal tersebut dalam pembakaran batu bata menghasilkan limbah yang sangat banyak, berupa abu (abu sekam padi atau abu kayu bakar). Setiap kali bakar membutuhkan sekitar 3 ton sekam padi dan 1 ton kayu bakar, yang akan menghasilkan limbah sekitar 0,5 ton abu. Apabila hal ini tidak digunakan akan menumpuk sebagai limbah. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan utama yang dihadapi mitra (1) adalah menghubungkan/mempertemukan dengan petani yang mempunyai tanah-tanah yang lahannya berteras kecil/sempit untuk diperlebar yang merupakan permasalahan mitra (2). Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan utama yang dihadapi mitra (2) adalah memperlebar teras tanah dari 2 sampai 3 bidang teras menjadi 1 bidang teras dan memulihkan tingkat kesuburan/kualitas tanah bekas galian pengambilan bahan baku batu bata, salah satunya dengan memanfaatkan abu limbah pembakaran batu bata yang menjadi permasalahan mitra (1). Hasil kegiatan adalah bahan pembuatan batu bata bagi pengusaha batu bata (Mitra 1) berupa tanah lempung yang diambil dari bagian sawah yang lebih tinggi, milik Mitra 2. Sedangkan hasil kegiatan yang diperoleh oleh Mitra 2 adalah bentuk lahan yang rata sehingga lahan sawahnya lebih luas. Hal ini akan lebih memudahkan untuk penggarapan tanahnya karena dapat dikerjakan dengan traktor tangan. Sebelumnya tidak bisa diolah dengan traktor tangan karena sempitnya lahan. Kedua mitra memperoleh manfaat ekonomi yang cukup besar karena bagi Mitra 1 tanah lempung adalah bahan utama pembuatan batu bata. Tanpa bahan tersebut usaha akan berhenti karena tidak bisa berproduksi. Sebaiknya bagi Mitra 2 mendapatkan manfaat berupa efisiensi biaya dan waktu pengolahan tanah (lahan) yang sangat signifikan.