Suryono Suryono
Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM KONSEP PERTANIAN TERPADU GUNA MEWUJUDKAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN Suryono Suryono; Widyatmani Sih Dewi; Sumarno Sumarno
Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture Vol 29, No 2 (2014): October
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.429 KB) | DOI: 10.20961/carakatani.v29i2.13378

Abstract

Utilization of farm wastes in order to realize the concept of integrated farming is a sustainable agriculture community service program in cooperation with two partners, namely : ( 1 ) quail - catfish Breeders 'Agribird', and ( 2 ) dairy farms and agricultural businesses " Andini Mulyo ". This service activities conducted through outreach / awareness, mentoring and manufacture of demonstration plots. Preparation of demonstration plots to make an example of earthworm cultivation ( vermikultur ) and the making of silage. Testing vermicompost and organic fertilizer from cow dung to plant corn and kale using plots measuring 50 x 9 meters, divided into 3 blocks, each 3 x 50 meters. Outcome in the form of products include : Biomass earthworm number 5 Kg / month ; Vermicompost 50 Kg ; Silage, 300 Kg once manufacture ; and quality organic fertilizer from cow dung, 600 kg / process. Outcome in the form of a test product to the plant : the use of manure, vermicompost fertilizer in Litosol very real increase maize crop which includes fresh weight of corn stover, corn stover dry weight and dry weight of seed corn ; the use of manure and fertilizer plants in the ground grumosol not significantly different with kale stover fresh weight, while the use of vermicompost highly significant increase stover fresh weight of spinach.
INOVASI PEMANFAATAN ABU SEKAM DARI PENGUSAHA BATU BATA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI TANAMAN PADI GUNA MENUNJANG PEMBERDAYAAN PETANI Suryono Suryono; Suwarto Suwarto
Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture Vol 31, No 1 (2016): March
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.373 KB) | DOI: 10.20961/carakatani.v31i1.11930

Abstract

Rice husk ash is now mostly used as rub ash. Rice husk ash contains very high silicate that is needed by cereal crops, especially rice plants. The purpose of this study to examine the use of rice husk ash in increasing the production of rice plants, that can be used to support the empowerment of farmers. The research method using field trials with Randomized Complete Block Design (RCBD) consisting of one factor (husk ash) and 8 levels ie I0 (0 kg), I1 (100 kg / ha), I2 (200 kg / ha), I3 ( 300 kg / ha), I4 (400 kg / ha), I5 (500 kg / ha), I6 (600 kg / ha), I7 (700 kg / ha) were repeated three times. The results showed that rice husk ash can be used to increase the production of rice plants, that can be used as an empowering farmers. The highest results of this study are: the number of productive tillers per clump 24.81, grain weight per clump 139.67 g, grain weight per plot 3051 g and grain production 10.17 tons / ha in treatment with husk ash 500 kg / ha. The farmers in the surrounding areas are very interested in using.
Pengelolaan Pupuk Kandang Sapi Dalam Rangka Meningkatkan Mutu di Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen Slamet Minardi; Suryono Suryono
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 2, No 2 (2018): December
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v2i2.36115

Abstract

Program PKM ini bekerjasama dengan dua mitra, yaitu: (1) Kelompok Ternak “Lembu Mulyo”, dan (2) Kelompok Ternak “Andini”. Mitra (1) dan Mitra (2) berlokasi di Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, dengan jarak tempuh sekitar 39 km dari Fak. Pertanian UNS. Bidang usaha yang dikembangkan oleh kedua mitra tersebut adalah usaha peternakan sapi. Lokasi kedua mitra sangat berdekatan, hanya sekitar 1,2 km. Permasalahan dihadapi yaitu banyaknya kotoran sapi yang kurang bermutu dan kurang termanfaatkan, produksi limbah ternak sapi (kotoran sapi) yang sangat tinggi, yaitu sekitar 100 kg limbah per hari (3 ton per bulan) pada masing-masing mitra, dan jika hal ini dibiarkan akan menjadi tumpukan kotoran sapi yang sangat berbau yang mengganggu lingkungan. Kegiatan yang dilakukan meliputi: koordinasi dengan mitra dan pendampingan pengelolaan/pengolahan kotoran sapi melalui fermentasi yang diperkaya dengan bakteri perombak, yang dapat menambah ketersediaan N, K dan Ca sebagai pupuk organik yang sangat bermutu.
IbM Memadukan Pengusaha Batu Bata Dan Petani Pemilik Lahan Dalam Meningkatkan Kualitas Tanah Dan Bentuk Lahan Sudadi Sudadi; Suryono Suryono; Suwarto Suwarto
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 3, No 1 (2019): June
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v3i1.36108

Abstract

Program IbM ini bekerjasama dengan dua mitra, yaitu: (1) UKM Pengusaha Batu Bata “Suko Makmur”, dan (2) Kelompok Tani “Krido Tani”. Mitra (1) berlokasi di Dusun Tulakan, Desa Sukoharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Bidang usaha yang dikembangkan oleh mitra (1) tersebut adalah usaha pembuatan batu bata. Mitra (2) juga berlokasi di Dusun Tulakan, Desa Sukoharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Bidang usaha yang dikembangkan oleh mitra (2) tersebut adalah usaha pertanian tanaman padi. Mitra (1) dan Mitra (2) berjarak tempuh sekitar 65 km dari Fakultas Pertanian UNS. Permintaan konsumen terhadap batu bata tiada henti sejalan dengan pembangunan yang ada di wilayah tersebut. Permasalahan utama Mitra 1 (UKM Pengusaha Batu Bata “Suko Makmur yaitu hampir setiap hari membutuhkan tanah yang teksturnya halus sebagai bahan pembuat batu bata. Dalam satu minggu UKM ini rata-rata membutuhkan sekitar 5 truk tanah atau 30 ton per minggu setara dengan 120 ton per bulan. Untuk mendapatkan tanah tersebut relatif sulit. Selain hal tersebut dalam pembakaran batu bata menghasilkan limbah yang sangat banyak, berupa abu (abu sekam padi atau abu kayu bakar). Setiap kali bakar membutuhkan sekitar 3 ton sekam padi dan 1 ton kayu bakar, yang akan menghasilkan limbah sekitar 0,5 ton abu. Apabila hal ini tidak digunakan akan menumpuk sebagai limbah. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan utama yang dihadapi mitra (1) adalah menghubungkan/mempertemukan dengan petani yang mempunyai tanah-tanah yang lahannya berteras kecil/sempit untuk diperlebar yang merupakan permasalahan mitra (2). Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan utama yang dihadapi mitra (2) adalah memperlebar teras tanah dari 2 sampai 3 bidang teras menjadi 1 bidang teras dan memulihkan tingkat kesuburan/kualitas tanah bekas galian pengambilan bahan baku batu bata, salah satunya dengan memanfaatkan abu limbah pembakaran batu bata yang menjadi permasalahan mitra (1). Hasil kegiatan adalah bahan pembuatan batu bata bagi pengusaha batu bata (Mitra 1) berupa tanah lempung yang diambil dari bagian sawah yang lebih tinggi, milik Mitra 2. Sedangkan hasil kegiatan yang diperoleh oleh Mitra 2 adalah bentuk lahan yang rata sehingga lahan sawahnya lebih luas. Hal ini akan lebih memudahkan untuk penggarapan tanahnya karena dapat dikerjakan dengan traktor tangan. Sebelumnya tidak bisa diolah dengan traktor tangan karena sempitnya lahan. Kedua mitra memperoleh manfaat ekonomi yang cukup besar karena bagi Mitra 1 tanah lempung adalah bahan utama pembuatan batu bata. Tanpa bahan tersebut usaha akan berhenti karena tidak bisa berproduksi. Sebaiknya bagi Mitra 2 mendapatkan manfaat berupa efisiensi biaya dan waktu pengolahan tanah (lahan) yang sangat signifikan.
Pengenalan Budidaya Azolla untuk Mendukung Pengembangan Pertanian Organik Jauhari Syamsiyah; Ganjar Herdiansyah; Sri Hartati; Suryono Suryono
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 5, No 1 (2021): June
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v5i1.44865

Abstract

Azolla merupakan tumbuhan paku air dengan kelebihan memiliki sifat yang cepat dalam proses berkembang biak serta dapat digunakan sebagai pupuk organik dalam bentuk kompos atau pupuk hijau, namun belum banyak dikenal dikalangan petani, khususnya kelompok Tani Makmur dan Margo Mulyo di dusun Nayan, Nangsri, Kebakkramat. Permasalahan utama pada kelompok tani tersebut adalah minimnya pengetahuan dan informasi mengenai budidaya Azolla dan pemanfaatan azolla sebagai sumber pupuk organik serta penerapan pupuk organik ini pada lahan pertanian. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengenalkan Azolla ke kelompok tani, melatih budidaya Azolla dan mengevaluasi penerimaan petani terhadap pengembangan pertanian organik yang ramah lingkungan, dan mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk anorganik atau sintetik dengan memanfaatkan Azolla sebagai sumber daya alam lokal. Kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan pengabdian ini antara lain : Survei lokasi dan waktu pelaksanaan, Edukasi/paparan dan sosialisasi tentang manfaat azolla, Pelatihan budidaya dan pendampingan aplikasi azolla, Focus Grup Discussion (FGD). Metode pengabdian dilakukan melalui penyuluhan, pelatihan dan evaluasi kegiatan dalam pengembangan pertanian organik yang ramah lingkungan menggunakan sumberdaya lokal yaitu azolla. Pengetahuan petani tentang Azolla dan manfaatnya sebagai sumber pupuk organik sebelum dilakukan penyuluhan masih rendah atau <20% yang baru mengetahui manfaat dari azolla. Setelah dilakukan kegiatan, pengetahuan dan pemahaman petani tentang potensi dan manfaat budidaya azolla meningkat serta ketertarikan petani terhadap budidaya azolla secara mandiri mencapai 90%. Azolla merupakan sumber pupuk organik yang dapat menekan penggunaan pupuk anorganik atau sintetik.
Edukasi Pengembangan Budidaya Alpokat pada Kelompok Tani Rukun Makaryo Desa Pereng, Mojogedang, Karanganyar Putri Permatasari; Joko Winarno; Suwarto Suwarto; Sapja Anantanyu; Agung Wibowo; Suryono Suryono
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 5, No 1 (2021): June
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v5i1.43975

Abstract

Penyuluhan merupakan proses penyebarluasan informasi agar terjadi perubahan perilaku menjadi tahu, mau, dan mampu dalam melakukan usahatani demi peningkatan produktivitas, pendapatan, serta, perbaikan kesejahteraan petani beserta keluarganya. Kegiatan penyuluhan dilakukan pada Kelompok Tani Rukun Makaryo Dusun Dani, Desa Pereng, Kecamatan Mojogedang yang telah menerapkan One Village One Product (OVOP) buah alpokat. Kegiatan penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Kelompok Tani Rukun Makaryo dalam melakukan budidaya alpokat sehingga produktivitas meningkat dan menambah pendapatan masyarakat. Metode dan teknik penyuluhan dilakukan secara kelompok dengan demonstrasi cara, diskusi, dan pemutaran video prospek budidaya alpokat. Demonstrasi cara dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pembiakan vegetatif dengan teknik sambung pucuk dan pembuatan biostarter untuk mempercepat proses fermentasi limbah padat ternak sapi. Kegiatan diskusi dapat memunculkan interaksi dengan petani sehingga petani berpartisipasi aktif dan mampu membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi saat ini. Pemutaran video mengenai teknik budidaya alpokat membantu meyakinkan kelompok tani karena dapat menyaksikan secara langsung keberhasilan budidaya alpokat yang dilakukan dengan teknik yang tepat. Kegiatan pengabdian yang dilakukan dengan penyuluhan mampu mengubah pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dalam melakukan budidaya alpokat. Pengetahuan dan keterampilan petani bertambah terutama dalam teknik sambung pucuk dan pembuatan biostarter. Petani dapat membuat pupuk organik dengan memanfaatkan kotoran ternak yang banyak tersedia di sekitar rumah penduduk. Sikap petani juga mengalami perubahan, hal tersebut terlihat pada penggunaan pupuk organik padat oleh petani pada budidaya alpukat. Penggunaan pupuk organik padat mampu mengurangi biaya produksi dan meningkatkan pendapatan.