Umdatul Hasanah
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Epistemologi al-Ghazali Umdatul Hasanah
Al-Fath Vol 1 No 1 (2007): Juni 2007
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v1i1.3269

Abstract

Setiap ilmu adalah ayat Allah dan manusia berkewajiban menangkap ayat-ayat Allah SWT tersebut. Ilmu sejatinya menghantarkan manusia kepada sang pemilik ilmu yaitu Allah, melalui ketaatan dan kecintaan kepada-Nya. karena ilmu sesungguhnya bukan sesuatu yang diam dalam pikiran maupun tulisan. Ilmu seharusnya melahirkan amal, dan amal adalah pengikut ilmu, dari pengamalan ilmu akan melahirkan kebahagiaan. salah satu tokoh yang berpandangan demikian adalah al-Ghazali dalam pandangan epistemologisnya. Al-Ghazali dipandang sebagai peletak dasar-dasar ilmu pengetahuan yang telah berpengaruh besar terhadap perkembangan pemikiran keilmuan, baik di Timur maupun di Barat. Teorinya tentang ilmu banyak mengilhami dan memberikan spirit pada perkembangan filsafat ilmu dari para pemikir atau filosof kemudian. Pemikiran al-Ghazali dalam filsafat ilmunya merupakan pemikiran yang sistematik dan komprehensif yang ditopang oleh empat pilar utamanya. Pertama, dimensi epistemologis, melipuri tentang sumber, sarana dan tata cara untuk mencapai kebenaran, struktur dan klasifikasi dari kebenaran (ilmu). Kedua, dimensi ontologis menyangkut darimana sumber kebenaran diperoleh. Ketiga, dimensi aksiologis meliputi kaidah penerapan ilmu, tujuan secara praksisi. Keempat, tentang hakikat dari ilmu itu sendiri.
Prinsip dan Etika Komunikasi dalam Islam Umdatul Hasanah
Al-Fath Vol 2 No 2 (2008): Desember 2008
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v2i2.3288

Abstract

Manusia adalah homo simbolicum, ia menggunakan bahasa sebagai wujud interaksi dan menunjukan eksistensi dirinya, yang melingkupi bahasa lisan, tulisan, tubuh. Dalam sejarahnya manusia dalam aktifitas proses komunikasi bukan hanya sekedar interaksi, tapi lebih dari itu memiliki makna dan tujuan. Tujuan-tujuan tersebut di antaranya ; manusia ingin mempengaruhi dan merubah perilaku dan sikap orang lain. Seorang komunikator muslim dalam melakukan kegiatan komunikasi agar dapat diterima dan berhasil dalam kegiatan komunikasinya maka komunikasi yang dilakukan harus sesuai dengan prinsip-prinsip dan etika,terutama yang bersumber dari ajaran Islam.
Filsafat dan Agama Menurut Ibn Rusyd Umdatul Hasanah
Al-Fath Vol 2 No 1 (2008): Juni 2008
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v2i1.3202

Abstract

Hubungan antara filsafat dan agama dianggap sebagai salah satu ciri terpenting dalam filsafat Islam. Seringkali terjadi pertentangan antara kaum_konservatif yang biasanya diwakili oleh kaum agamawan dengan kaum liberal yang diwakili oleh kaum filosofdan ilmuwan selalu terdapat di mana saja dan kapan saja. Kondisi demikian juga masih terjadi pada abad moderen ini, di mana banyak kalangan demikian apriori dan alergi terhadap filsafat karena ia kerap dipandang sesat. Demikian pula yang terjadi pada abad 6 H./12 M masalah demikian menjadi pertentangan yang sangat menonjol. Para filosof dicerca bahkan dipandang tidak beragama dan kafir. Ibn Rusyd sebagai seorang filosof tampil meluruskan pandangan yang keliru terhadap filsafat (pemikiran rasional) dalam hubungannya dengan wahyu, dan ia membela pemikiran para filosof. Menurut pemikirannya sebagaimana umumnya pemikiran para filososof(Muslim), filsafat tidak bertentangan dengan agama, bahkan berfilsafatmerupakan hal yang dianjurkan dalam agama.
The Polemic of Wayang in Da’wah Stage: Digital Contestation for Religious Authority Umdatul Hasanah; Khairil Anam
Jurnal Dakwah Risalah Vol 33, No 1 (2022): June 2022
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jdr.v33i1.16906

Abstract

Understanding the polemic of wayang in da'wah, which is being discussed in the digital space, has shown how religious authority is contested. Differences in understanding, group background, culture, interests, and ideology have made the dynamics of the contestation more complex. This article discusses the factors that influence the polemic about the use of wayang in da'wah in the digital space and complements the shortcomings of previous studies. This qualitative research uses the content analysis method on online media data and Twitter for one month. The results of this study indicate that the contestation occurs not only in the gripping and traditional authorities but also in the new authorities who are present amid polemics. The media is part of an authority that has its logic, where media users are free to produce and market ideas in the digital space. This condition becomes a new problem that can undermine traditional authority's power and make the world of da'wah a religious contestation arena.