p-Index From 2019 - 2024
0.659
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Seni Makalangan
Asep Jatnika
Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung Jln. Buah Batu No. 212 Bandung 40265

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

SAEHU DALAM RITUAL KOROMONG Asep Jatnika
Jurnal Seni Makalangan Vol 6, No 2 (2019): "Menjaga Asa Merajut Cita"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v6i2.1063

Abstract

ABSTRAKSaehu sebagai pemimpin identik dengan ahli, guru, dipercaya masyarakat untuk memimpin Ritual Koromong, bahkan sebagai orang yang dituakan mempunyai peran di sisi lain sebagai shaman/dukun. Maka dari itu, yang dipercaya sebagai Saehu adalah orang yang memiliki ke-mampuan spiritual. Peristiwa Ritual Koromong merupakan peristiwa kesuburan dalam mengkultuskan Dewi Sri sebagai Dewi Padi  simbol  yang harus dihormati dan dipupusti, karena dianggap sebagai sumber dari segala kehidupan yang akan membawa berkah keselamatan, kesehatan, rejeki yang melimpah. Peristiwa ritual ini berawal dari krisis hasil pertanian atau paceklik, sehingga masyarakat mengalami kekurangan pangan, terutama padi. Perilaku masyarakat terhadap peristiwa yang terjadi, memunculkan suatu kepercayaan terhadap mitos yang berhubungan dengan Dewi Sri. Sehubungan dengan hal itu, maka yang menjadi permasalahan adalah apa peran Saehu dalam peristiwa Ritual Koromong? Merujuk pada pertanyaan penelitian tersebut, maka teori yang digunakan adalah teori Merton yang menyatakan bahwa ada dua fungsi yaitu fungsi manifes atau fungsi tersirat (hiburan), dan fungsi laten atau fungsi tidak tersirat (ritual). Adapun metode yang digunakan adalah pendekatan metode deskriptif analisis dengan langkah-langkah meliputi; studi observasi, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Dengan demikian, maka hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah bahwa seni Koromong sebagai media ritual merupakan produk kreatif berkaitan dengan kompleksitas kehidupan masyarakat yang memuat peristiwa sosial  dalam kehidupan petani.Kata Kunci: Saehu, Ritual, Koromong. ABSTRACT. Saehu In Koromong Ritual, December 2019. Saehu as a leader is synonymous with experts, teachers, trusted by the community to lead the Koromong Ritual, even as an elder who has a role on the other hand as a shaman/shaman. Therefore, those who are believed to be Saehu are people who have spiritual abilities. The Koromong Ritual Event is a fertility event in culturing Dewi Sri as a Rice Goddess symbol that must be respected and supported, because it is considered as the source of all life that will bring blessings of safety, health, abundant fortune. This ritual event originated from a crisis of agricultural products or famine, so that people experience food shortages, especially rice. Community behavior towards events that occur, giving rise to a belief in the myths associated with Dewi Sri. In this connection, the problem is what is Saehu's role in the Koromong Ritual? Referring to the research question, the theory used is Merton's theory which states that there are two functions, namely the manifest function or the implied function (entertainment), and the latent function or the implied function (ritual). The method used is the descriptive analysis method approach with steps including; observational studies, literature studies, and documentation studies. Thus, the results achieved in this study re that the art of Koromong as a ritual media is a creative product related to the complexity of people's lives that contain social events in the lives of farmers.Keywords: Saehu, Ritual, Koromong. 
TARI GANDAMANAH Setiawan Setiawan; Asep Jatnika
Jurnal Seni Makalangan Vol 8, No 1 (2021): "GERAK TUBUH TARI MENGALIR MENCIPTA ASA DAN CITA"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v8i1.1619

Abstract

ABSTRAKTari Gandamanah merupakan salah satu rumpun tari Wayang dengan karakter monggawa dangah atau gagah, menggambarkan kesigapan Gandamanah sebelum bertanding disayembara Senopati Drupada untuk mencarikan calon suami Dewi Drupadi. Terpilihnya tari ini sebagai sumber garap penyajian tari karena memiliki ciri khas tersendiri, sehingga terbukanya peluang, untuk melakukan proses kreatif menggubah tarian. Adapun tujuan dari penyajian tari ini ialah untuk mewujudkan penyajian tari gaya baru tanpa mengubah esensi sumbernya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka landasan teori yang digunakan adalah teori gegubahan, sedangkan metode yang digunakan adalah metode gubahan tari yaitu pengembangan dari sumber tradisi tertentu dengan cara memasukan, menyisipkan, dan memadukan bentuk-bentuk gerak baru, sehingga menghasilkan bentuk penyajian yang berbeda dengan tetap mempertahankan identitas sumbernya dengan langkah-langkah proses garapnya meliputi: eksplorasi, evaluasi, dan komposisi. Hasil akhir dari proses yang dilakukan melalui gubahan ini ialah mendapatkan sentuhan kreativitas dengan memberikan variasi dalam segi koreografi, baik itu dalam pengolahan pola lantai, perubahan arah hadap dan arah gerak, level menari yang sesuai dengan tarian. Berdasarkan proses tersebut maka akan terwujud inovasi tari Gandamanah dengan gaya yang baru, tetapi tetap mempertahankan esensi sumber tariannya. Kata Kunci: Penyajian Tari, Tari Gandamanah, Gubahan Tari.   ABSTRACTThe Gandamanah Dance, June 2021. The Gandamanah dance is one of the Wayang dance genres with the monggawa dangah or dashing character, depicting Gandamanah's alertness before competing in the Senopati Drupada competition to find a future husband for Dewi Drupadi. The choice of this dance as a source of work on dance presentations because it has its own characteristics, so it opens up opportunities, to carry out the creative process of composing dances. The purpose of this dance presentation is to realize the presentation of a new style of dance without changing the essence of the source. To achieve this goal, the theoretical basis used is composing theory, while the method used is the dance composition method, namely the development of certain traditional sources by inserting, inserting, and combining new forms of motion, so as to produce a different form of presentation with fixed maintain the identity of the source with the steps of the working process including: exploration, evaluation, and composition. The end result of the processMakalangan Vol. 8, No. 1, Edisi Juni 2021 | 21carried out throught this composition is to get a touch of creativity by providing variations in terms of choreography, both in processing floor patterns, changing the direction of the face and direction of motion, dancing levels that are in accordance with the dance. Based on this process, Gandamanah dance innovation will be realized with a new style, but still maintain the essence of the source of the dance.Keywords: Dance Presentation, Gandamanah Dance, Dance Composition. 
HAJAT LEMBUR PERISTIWA RITUAL KESUBURAN Asep Jatnika
Jurnal Seni Makalangan Vol 5, No 1 (2018): "Jari Jemari Membuai Emosi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (560.256 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v5i1.833

Abstract

ABSTRAK  Ritual  Hajat Lembur  merupakan peristiwa kesuburan dalam mengkultuskan Dewi Sri sebagai Dewi Padi  simbol  yang harus dihormati dan dipupusti, karena dianggap sebagai sumber dari segala kehidupan yang akan membawa berkah keselamatan, kesehatan, rejeki yang melimpah, serta kesuburan hasil pertanian. Perilaku masyarakat terhadap peristiwa yang terjadi dengan munculnya suatu kepercayaan terhadap mitos yang berhubungan dengan Dewi kesuburan dalam hal ini Nyai Sri. Seni Terebang sebagai media ritual merupakan produk kreatif   berkaitan dengan kompleksitas kehidupan masyarakat yang memuat peristiwa sosial kaitannya dengan kehidupan petani. Untuk mengeksplanasi ritual hajat lembur menggunakan pendekatan teori Fungsi laten, ritual ini memberikan manfaat untuk keharmonisan antara manusia juga alam, sehingga terciptanya iklim cosmos dalam kehidupan masyarakat baik secara lahir maupun bathin.Kata Kunci: Hajat Lembur, Ritual Kesuburan, Seni Terebang.  ABSTRACT The ritual of Hajat Lembur is a fertility event in culturing Dewi Sri as the goddess of Padi (rice), a symbol that must be respected and fostered, because it is considered as a source of all life that will bring blessings to safety, health, abundant fortune, and fertility of agricultural products. Community behavior towards the events is the emergence of a belief in the myth related to the Goddess of fertility, in this case Nyai Sri.The art of Terebang as a ritual medium is a creative product associated with the complexity of people life which contains social events related to the lives of farmers. To explain the ritual of hajat lembur, the writeruses the latent function theory approach. This ritual provides benefits for the harmony between humans and nature, so that cosmos atmosphere is created in the life of the community both physical and spiritual.Keywords: Hajat Lembur, Ritual Of Fertility, Terebang Art.
KREATIVITAS DAN INOVASI DALAM PENYAJIAN TARI WAYANG GATOTKACA Syntya Marlina; Asep Jatnika
Jurnal Seni Makalangan Vol 7, No 1 (2020): "GELIAT TARI DI BUMI TRADISI"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v7i1.1287

Abstract

ABSTRAKTari Gatotkaca merupakan salah satu tarian yang termasuk ke dalam genre tari W[PO1] ayang, bertemakan tentang kesetiaan, ketangkasan, kekuatan, serta keramahan. Isi tarian menggambarkan Gatotkaca yang sedang memeriksa dan menjaga Negara Amarta, baik ketika ia berada di darat maupun di udara. Tarian ini termasuk ke dalam jenis tari putra yang berkarakter monggawa lungguh, sehingga memiliki kekhasannya tersendiri dan menjadi tantangan tersendiri bagi penulis karena bergender perempuan sehingga membutuhkan tenaga yang kuat dan konstan. Penggarapan dalam sajian Tari Wayang Gatotkaca menggunakan metode garap gubahan tari. Namun demikian, peluang garapnya berupa pengembangan pada aspek koreografi, iringan tari, pola ruang, arah hadap, arah gerak dan pola lantai tanpa menghilangkan esensinya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis, yaitu berupa observasi pencarian referensi yang berkaitan dengan Tari Wayang Gatotkaca, melakukan ekplorasi, evaluasi, serta komposisi, sehingga menghasilkan penyajian Tari Wayang Gatotkaca dalam konteks kemasan baru dengan sentuhan garap inovatif dalam bentuk pertunjukannya.Kata Kunci: Tari Wayang, Gatotkaca, Gubahan Tari. ABSTRACTCreativity and Innovation in the Performance of Gatotkaca Wayang Dance, June 2020. Gatotkaca dance is one of dances that belongs to Wayang dance genre with the theme of loyalty, dexterity, strength, and friendliness. The content of the dance describes Gatotkaca who was examining and guarding the State of Amarta, when he was on land and in the air. This dance is included in the type of male dance that has the character of monggawa lungguh, so that it has its own uniqueness and becomes a challenge for the writer as a woman that need strong and constant energy. The work of Gatotkaca Wayang Dance uses the method of a dance composition. However, the work opportunities are in the form of developing the aspects of choreography, dance accompaniment, spatial patterns, front direction, motion direction and floor patterns without losing its essence. The steps taken by the writer are observing the search for references related to Gatotkaca Wayang Dance, doing exploration, evaluation, and composition, so as to produce the presentation of Gatotkaca Wayang Dance in the context of a new performance package with innovative working touch.Keywords: Wayang Dance, Gatotkaca, Dance Composition.    [PO1]w